Ada apa dengan PSSI? Polanya selalu itu-itu saja. Kalau prestasi timnas jeblok, maka siap-siap ketua umum dikambing hitamkan. Seperti yang dialami Nurdin Halid. Dan terakhir, Edy Rahmayadi. Publik mendesak mundur, karena dinilai tak cakap mengolah tata kelola sepak bola yang semerawut ini. Kasihan para eks ketua itu jadi bahan caci dan maki.
Jakarta, Lontar.id – Posisi ketua umum PSSI memang menjadi jabatan prestisius di negeri ini. Bahkan bisa disejajarkan dengan level menteri– Kemenpora misalnya. Maka jangan heran segala macam cara dilakukan agar ambisi merebut tahta itu bisa terwujud.
Mundur ke belakang pada medio 2016, saat Edy tak begitu dikenal publik. Olehnya, dia melakukan pendekatan dengan banyak petinggi-petinggi klub. Entah apa yang menjadi deal-deal pembicaraan itu, sehingga namanya dijagokan sebagai calon ketua.
Karenanya, Erwin Aksa yang juga rival terkuat langkahnya mulai “dimatikan” sebelum genderang kongres ditabuh. Di antaranya memindahkan lokasi kongres di Jakarta yang sebelumnya telah disepakati di Makassar.
Apa yang diprediksi ternyata benar. Edy terpilih sebagai ketua umum PSSI. Dan, yang memilih mereka tentu voters yang terdiri dari mayoritas klub yang bernaung di bawah kompetisi resmi PSSI.
Sikap voters dalam menggunakan hak pilihnya menimbulkan banyak pertanyaan. Apa yang menjadi alasan mereka memilih Edy? Kenapa harus Edy? Aneh betul. Sangat aneh. Benar-benar aneh. Kewarasan voters dalam memilih calon ketua umum dipertanyakan.
Baca Juga: Dua Gelar Lagi, Rekor Kevin-Marcus Bakal Paripurna
Maka sungguh lucu ketika mereka di forum atau di manapun berteriak mafia. Sementara mereka ketika diberi kendali untuk memilih ketua umum, boleh dikata daya kirits itu hilang. Otak tiba-tiba bersumbu pendek. Hmmm. Ada apa? Ada yang bisa bantu?
Kini Edy sudah mundur. Kasihan lelaki yang kini jadi gubernur Sumatera Utara itu. Jadi bahan bully-an di lini masa media sosial. Harusnya dalam posisi seperti itu mereka yang telah memilih Edy jadi ketua kala itu harus membelanya matia-matian. Bukan malah diam-diam bae. Kasihan betul kamu Edy. Kemana para voters itu.
Kini PSSI akan kembali memimpin ketua umum baru. Untuk sementara sang legenda PSSI (Baca: orang lama yang kinerjanya juga dipertanyakan) Joko Driyono memegang kendali nahkoda sementara.
Wahai para voters, kali ini kewarasan kalian kembali diuji. Kelak jika muncul “Edy-edy” lain dan mau maju maka tolaklah dengan lantang. Pilihlah ketua yang memang track recordnya sudah teruji. Jangan mau harga diri dan nama besar klub dipertaruhkan jika di kongres nanti ada deal-deal haram.
Katanya mau memberantas mafia dan ingin tata kelola sepak bola ini semakin baik. Wahai para voters, jangan kecewakan kami. Dan para suporter, pemain, emak-emak yang bercita-cita anaknya jago menggocek bola, mari kita kawal. Insyaallah semoga PSSI mendapat pemimpin yang baik. Yang keren. Yang membuat kita bangga dengan prestasi timnas ini.