Jakarta, Lontar.id – Ribut-ribut soal Munajat 212 di Lapangan Monas, Kamis (21/2) lalu, membuat Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta mengeluarkan kesimpulan kalau agenda itu tak ada kaitannya dengan politik.
Secara diplomatis, semua tokoh diundang. Namun bukan tokoh politik. Hal itu disimpulkan oleh Ketua MUI DKI, KH Munahar Muchtar HS.
“MUI DKI Jakarta tidak pernah mengirimkan undangan khusus kepada para tokoh politik. Kalaupun ternyata ada beberapa yang hadir, tentu mereka datang sebagai pribadi, seorang warga negara, kami terbuka menerima tidak melarang mereka untuk hadir. Siapapun tokohnya,” kata Munahar, dikutip dari CNNIndonesia.
Tanggapan Munhar itu menyusul usai acara Munajat 212 dianggap politis karena diinisiasi oleh Presidium Alumni 212 (PA 212) dan dihadiri sejumlah politisi seperti Ketua Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan, hingga Ketua Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman.
Selain itu, Munajat 212 juga banyak disorot setelah puisi dari Neno Warisman yang kontroversial, menjadi viral di dunia maya. Neno adalah anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Namun BPN menyebut Neno datang secara pribadi.
“Kegiatan ‘Senandung Sholawat dan Dzikir Nasional’ kemarin bebas dari politik praktis, karena tidak ada satupun atribut partai politik atau calon presiden-calon wakil presiden yang ada di lokasi acara,” kata Munahar.
“Jika ada pedagang yang memanfaatkan momen keramaian untuk berjualan atribut politik, tertentu di luar lokasi kegiatan, tentu MUI DKI Jakarta tidak bisa melarang orang untuk mencari rezeki,” kata Munahar.