Jakarta, Lontar.id – Kasus hukum yang menjerat Pablo Benua, Rey Utami, dan Galih Ginanjar menjadi perhatian besar masyarakat. Karena pernyataan Galih yang mengumbar privasinya dengan sang mantan istri, artis Fairuz A. Rafiq—istilah ‘ikan asin’ akhirnya ramai dibahas. Pernyataan Galih berawal dari akun youtube Rey Utami & Benua. Galih seolah tak merasa risih sedikitpun saat mengungkap berbagai privasinya dengan mantan istri maupun dengan istrinya saat ini. Entah itu benar-benar dia katakan ataukah hanya pernyataan yang sengaja dibuat-buat. Entahlah.
Yang jelasnya ungkapan tersebut sangat menyudutkan mantan istrinya, Fairuz dan keluarga besarnya. Sehingga Fairuz bersama suami dan sang kakak akhirnya resmi melaporkan Galih, Pablo dan Rey Utami ke polisi. Imbasnya, ketiganya lalu resmi ditetapkan tersangka dan ditahan.
Cukuplah kasus trio ‘ikan asin’ tersebut menjadi peringatan bagi siapa saja. Mengumbar privasi yang belum tentu benar demi perhatian besar adalah contóh kebodohan. Tingkah laku kalian sedikit-banyaknya telah memberikan contoh buruk bagi sebagian besar masyarakat kita yang memang doyan infotainment.
Entah sudah beberapa tahun ini dunia selebritis Indonesia memang penuh dengan hal-hal tidak penting yang dipaksakan menjadi penting. Beragam cara dilakukan, lewat gimmick, peran dan sandiwara di film juga dimainkan apik ke dunia nyata. Melahirkan sebuah kontroversi demi perhatian besar publik sudah bukan hal yang baru lagi. Bahkan ada sebuah candaan dari seorang kawan saya soal pernyataan jujur dalam sebuah acara selebritis bagaikan sebuah sandiwara film yang menular ke dunia nyata.
Memang tak semua selebritis Indonesia memilih jalan kontroversi untuk sebuah popularitas. Sebagian memilih tenar lewat sebuah karya dan prestasi. Namun, jika membandingkan jumlahnya, mungkin yang memilih kontroversi tak kalah banyaknya.
Namun, sebuah kontroversi yang diselingi dengan buka-bukaan privasi sudah sangat keterlaluan. Nilai edukasi apa yang ingin disampaikan ke masyarakat? Dalam pertemanan bahkan persahabatan saja— mengungkit rahasia pribadi atau rumah tangga akan lebih banyak mudarat ketimbang manfaatnya.
Naluri alami manusia pastilah begitu besar ingin tahu soal rahasia pribadi seseorang. Sehingga memancing siapa saja yang mencoba bercerita lewat sebuah simpati yang seolah-seolah peduli. Tapi pikirkanlah apa yang terjadi setelah privasi terlanjur diumbar, tidak ada yang menjamin apa yang disampaikan ke kawan atau sahabat akan selamanya terjaga.
Apalagi memang sengaja disiapkan hanya untuk sebuah konten demi keuntungan pribadi dan ketenaran. Mempercayai rahasia anda terjaga kepada teman bicara saja itu sama dengan percaya saat anda mulai berpacaran dan berharap akan berakhir ke pernikahan. Sama saja dengan berjudi bukan?
Memang tak semua privasi seseorang harus selamanya menjadi rahasia. Akan membutuhkan sebuah solusi dengan menjalin komunikasi dengan orang yang tepat. Orang yang paling tepat adalah suami atau istri jika telah berkeluarga. Dan Ayah, Ibu, dan saudara kita jika belum menikah. Memang tak selamanya suami atau istri akan menjaga privasi anda. Apalagi jika hubungan berujung ke perpisahan.
Tetapi kasus Galih Ginanjar cukuplah menjadi pelajaran berharga bagi siapapun. Karena mengumbar privasi yang entah benar atau tidak pada akhirnya akan berimbas ke diri anda sendiri. Bahkan, orang-orang yang bersama anda pun akan ikut ketiban buntung. Itulah contoh hidup yang diberikan oleh kita. Belajarlah menjaga privasimu dan orang-orang di sekitarmu. Jangan karena privasi yang diumbar tubuh yang di jeruji. Itu masih hukuman dunia, belum di dunia lain kan.