Lontar.id – Baru-baru ini Presiden Jokowi berencana akan memindahkan Ibu Kota Negara dari DKI Jakarta ke luar Pulau Jawa. Isu pemindahan ibu kota negara ini jadi angin segar bagi wilayah lain, setidaknya wilayah yang masih jauh tertinggal ketimbang Jakarta.
Selama ini Jakarta memang jadi icon negara, bangunan megah berdiri di atasnya, jalan raya terus dibangun mengurangi kemacetan, pusat transaksi bisnis terbesar di Indonesia. Sehingga Jakarta mendapatkan anggaran lebih besar ketimbang wilayah lain.
Padahal, sumbangan terbesar dari pemasukan negara dalam rancangan pendapatan negara, bukan dari Jakarta. Tapi daerah terluar dengan kekayaan sumber daya alam yang terus dikeruk, di eksploitasi habis-habiskan hanya untuk memenuhi kebutuhan Jakarta.
Di Jakarta pula semua tambang di kontrol dan dikelolah, sedangkan pribumi asli hanya menjadi babu di negerinya sendiri. Mereka jadi pekerja kasar yang jauh dari kata layak. Kehidupan masyarakat di daerah tak pernah sama dengan orang di Jakarta, padahal mereka juga adalah warga negara Indonesia. Inilah ketimpangan yang jelas sekali terlihat, coba saja Anda tengok daerah terluar, masih untung ada fasilitas umum yang tersedia.
Pada rapat terbatas Presiden Jokowi dengan sejumlah menteri pada 29 April 2019. Dalam rapat itu juga, Kepala Bappenas Bambang Bojonegoro turut menawarkan tiga opsi menjadi ibu kota. Opsi tersebut memang melalui serangkaian kajian tentang kesiapan daerah yang akan dijadikan sebagai ibu kota negara.
Pertama, tetap di Jakarta yaitu di sekitaran Monumen Nasional (Monas), khusus untuk kantor pemerintahan, kementerian dan lembaga negara. Kantor pemerintahan akan efisien bila berdekatan dengan istana negara, sebab jarak kantor yang ya satu dengan yang lainnya tidak terlalu jauh untuk saling koordinasi.
Opsi kedua di luar Jakarta dengan radius dari pusat kota kira-kira 50-70 kilometer (km). Daerah ini mencakup wilayah Jawa Barat yang berdekatan dengan Jakarta. Lalu opsi ke tiga, pusat pemerintahan akan dipindahkan di luar Pulau Jawa, seperti di kawasan Indonesia di Kalimantan.
Dari tiga opsi yang ditawarkan, yang masuk akal itu memang di Kalimantan. Sebab pembangunan tidak hanya melulu Jakarta dan Jawa atau jawasentris semata, sedangkan daerah terluar masih tergopoh-gopoh dalam pembangunan.
Wilayah Kalimantan masih cukup luas untuk pembangunan pusat kota, apalagi di Kalimantan Timur. Lahan kosong masih banyak dan jumlah penduduk terbilang masih sedikit jika dibandingkan dengan Jawa yang hampir separuh populasi penduduk Indonesia.
Selain tiga opsi tersebut, saya ingin menawarkan satu opsi lagi agar menjadi pertimbangan pemeritah. Tempatnya masih di wilayah Indonesia bagian timur yaitu Papua.
Kenapa harus Papua?
Pemindahan pusat kota akan berbarengan dengan peningkatan taraf hidup masyarakat disekitarnya, wilayah tersebut akan semakin maju dengan adanya pusat kota. Sebab selain terjadinya eksodus PNS besar-besar ya g dikabarkan sebanyak 1 jutaan, juga akan banyak masyarakat urban yang akan pindah di Papua.
Terlepas dari itu, kenapa harus Papua? Menurut saya, Papua selama ini kerap dijadikan sebagai anak tiri. Meskipun menyumbang pendapatan negara melalui tambang Freeport yang jumlahnya triliuanan, Papua tetap saja seperti sekarang. Miskin, terbelakang dan jauh dari kesan maju.
Perbedaan ini memicu lahirnya konflik horizontal dan vertikal, sebagian besar orang Papua ingin memisahkan diri dari NKRI. Membentuk kelompok-kelompok militan seperti Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah imbas dari Ketimpangan pembangunan.
Untuk menghilangkan stigma Papua di anak tirikan dan desakan pemisahan wilayah, maka saya usulkan agar pisat ibu kota ditempatkan di Papua. Dengan begitu, Papua akan merasa dirinya sebagai orang Indonesia, tidak ada lagi perlawanan yang tidak perlu karena mereka ingin keluar dari Indonesia.
Saya percaya, desakan pemisahan wilayah Papua Merdeka merupakan akibat dari gagalnya pemerintah membangun di wilayah Indonesia Timur. Jika memang pemerintah ingin merangkul kembali orang Papua, maka sebaiknya dipindahkan ke sana saja.
Ini juga bagian dari hadiah terbesar untuk orang Papua, solusi atas semua permasalahan selama ini.