Lontar.id – PBB telah mengirim satu kontingen pasukan penjaga perdamaian ke sebuah daerah di Sudan Selatan tengah, lokasi sekitar 80 orang tewas dalam pertempuran antara dua komunitas etnis.
Dilansir Reuters, Selasa (3/12/2019), Benjamin Laat, Menteri Informasi untuk negara bagian West Lake, mengatakan, kekerasan antara komunitas Gak dan Manuer pecah pada 27 November lalu, dan telah berlangsung berhari-hari.
“Itu adalah pembunuhan balas dendam ketika salah satu Manuer dibunuh oleh orang-orang dari Gak. Pemerintah turun tangan,” kata Laat.
Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Sudan Selatan (UNMISS) mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa pasukan Nepal selaku pasukan penjaga perdamaian telah dikirim ke daerah tersebut, menyusul laporan dari pemerintah setempat bahwa sebanyak 79 orang telah terbunuh dan 101 lainnya cedera dalam serangkaian bentrokan di West Lake.
Sudan Selatan penghasil minyak, yang menjadi negara merdeka pada 2011, terjun ke perang saudara pada 2013 setelah Presiden Salva Kiir memecat mantan pemimpin pemberontak Riek Machar sebagai wakil presiden.
Setelah konflik lima tahun, Kiir dan Machar menandatangani perjanjian damai pada September 2018 tetapi mereka masih berjuang untuk membentuk pemerintah persatuan.
Konflik menewaskan sekitar 400.000 orang, memicu kelaparan dan menciptakan krisis pengungsi terbesar di Afrika sejak genosida 1994 di Rwanda