Lontar.id – Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), pada hari Senin (2/12/2019), mengutuk serangan udara yang dilakukan oleh pasukan yang berbasis di Libya Timur dalam beberapa hari terakhir, yang menewaskan lebih dari selusin warga sipil.
“Koordinator Kemanusiaan di Libya, Yacoub El Hillo mengutuk dengan cara sekuat mungkin serangan udara yang terjadi dalam beberapa hari terakhir di berbagai bagian Libya, menyebabkan kematian warga sipil, yang sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan,” katanya kata dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir kantor berita Turki, Anadolu, Selasa (3/12/2019).
Dia menambahkan, bahwa warga sipil, yang kebanyakan adalah anak-anak, masih membayar “harga akhir” dari sebuah konflik yang tidak mereka mulai dan tidak inginkan.
“Saya terkejut dengan serangan mengerikan ini, yang merupakan pelanggaran terang-terangan lainnya terhadap hukum humaniter dan hak asasi manusia internasional,” imbuhnya.
Dia menyerukan kepada semua pihak yang berkonflik, untuk mematuhi kewajiban berdasarkan hukum internasional dan hukum hak asasi manusia. “Serangan tanpa belas kasihan terhadap warga sipil, pekerja kesehatan, serta infrastruktur sipil termasuk rumah sakit dan sekolah harus segera diakhiri,” harapnya.
Pemerintah Libya yang diakui secara internasional mengatakan bahwa pasukan yang berbasis di Libya Timur menewaskan sedikitnya 16 orang. Mereka menyebut serangan di ibukota Tripoli dan kota Murzuq sama dengan kejahatan perang.
Kematian itu terjadi sehari setelah pemerintah yang berbasis di Tripoli mengatakan, lima anak tewas dalam serangan udara oleh pasukan yang setia kepada komandan militer di Libya Timur, Khalifa Haftar.
Sejak penggulingan pemimpin lama Libya, Muammar Gaddafi, pada tahun 2011, dua kursi kekuasaan telah muncul di Libya. Satu di Libya timur, yang didukung terutama oleh Mesir dan Uni Emirat Arab, dan satu lagi di Tripoli, yang menikmati pengakuan PBB dan internasional.