Lontar.id – Kabar kematian pelaut asal Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan (Sulsel) menghentak publik tanah air. Informasi kematian pelaut bernama lengkap Muhammad Alfatah tersebut awalnya viral di media sosial. Foto serta keterangan menyebutkan jika Alfatah meninggal dan jenazahnya dimakamkan di laut.
Media daring lalu ramai memberitakan soal kebenaran peristiwa itu. Kepala Seksi Perlindungan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Makassar, Rini, membenarkan soal informasi kematian Alfatah yang bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK) di Kapal Cina Long Xing 629.
Kronologis dan penyebab kematian Alfatah terungkap jelas lewat surat yang ditujukan kepada Kepala BP3TKI Makassar. Dalam surat Kementerian Luar Negeri melalui Direktorat Perlindungan WNI dan BHI yang ditujukan ke Kepala BP3TKI Makassar dijelaskan soal kabar dari KBRI Wellington tanggal 3 Januari 2020.
Perihal kasus jenazah dan kasus lainnya di Kapal Long Xing 629 di Apia, Samoa, yang merupakan sebuah negara kecil di Samudera Pasifik.
Isi surat yang tertulis 16 Januari tersebut juga melaporkan bahwa dua WNI yang bekerja di kapal itu meninggal dunia di atas kapal dan jenazahnya telah dibuang oleh kapten kapal ke laut lepas, karena khawatir ada penyakit berbahaya yang dapat menular ke kru lainnya. Salah satu dari kedua jenazah adalah Muhammad Alfatah. Sementara satu jenazah WNI lainnya belum diungkapkan lengkap.
Dalam surat poin kedua menjelaskan, berdasarkan laporan dari agen penyalur ABK, Ming Feng Internasional yang berlokasi di Republik Rakyat Tiongkok, pada 18 Desember 2019, kapten kapal memberi obat kepada almarhum Alfatah yang merasakan tidak enak badan. Kaki dan wajah almarhum bengkak, napasnya pendek dan merasa nyeri di dada tetapi kondisi Alfatah tidak kunjung membaik.
Karena sakit, pada 27 Desember 2019 pukul 13.30 waktu setempat, Alfatah dipindahkan ke kapal Long Xing 802 yang akan berlabuh di Samoa untuk diantar ke rumah sakit. Namun belum sampai rumah sakit, almarhum mengembuskan napas terakhir delapan jam setelah dipindahkan ke kapal Long Xing 802 sebelum akhirnya jenazah dimakamkan di laut.
Di Inggris, Pemakaman di Laut Sering Dilakukan
Fakta-fakta terkait pemakaman di laut sendiri bukanlah hal baru di Inggris. Dilansir BBC.com,ada sekitar belasan jenazah yang dimakamkan setiap tahunnya di laut lepas Kepulauan Inggris. Itu menurut angka yang diungkapkan oleh layanan Organisasi Manajemen Kelautan Inggris (MMO).
Meskipun banyak orang yang dikubur di laut adalah mantan pelaut atau personel angkatan laut di Inggris, namun tak hanya mereka yang memiliki hubungan dengan kehidupan maritim saja. Siapapun dapat dikubur di laut, selama orang yang mengaturnya memiliki lisensi dari MMO dan mematuhi beberapa aturan lingkungan.
Pelamar harus memberikan sertifikat dari dokter bahwa tubuh bersih dari demam dan infeksi, dan dan petugas kesehatan juga perlu diberitahu. Orang yang dikubur tidak boleh dibalsem dan harus mengenakan pakaian yang ringan.
Beberapa direktur pemakaman akan mengatur acara tersebut, dan Britannia Shipping Company berspesialisasi di dalamnya. Organisasi amal Layanan Relawan Maritim juga membantu melaksanakan pemakaman di laut.
Angkatan laut Inggris melakukan pemakamannya sendiri di laut— itu bagi para veteran yang menginginkannya. Untuk informasi yang lebih terperinci, mereka harus menghubungi ahli agama di pangkalan tempat orang yang dilayani itu meninggal.
Hanya ada tiga situs pemakaman yang ditunjuk di perairan pesisir Inggris. Mereka berada di Newhaven di Sussex Timur, The Needles Spoil Ground dekat Isle of Wight dan Tynemouth, Tyne and Wear. Situs pemakaman juga perlu menyediakan koordinat dan bukti yang tepat untuk menunjukkan bahwa lokasi tersebut cocok untuk penguburan di laut.
Sebab, hal yang pasti di suatu tempat akan ada risiko minimal tubuh dikembalikan ke pantai oleh arus yang kuat atau terganggu oleh jaring ikan komersial. Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi disebutkan tubuh jenazah bisa ditemukan mengapung. Karena itu, orang yang dikubur harus memiliki tanda pengenal yang terlampir padanya.
David Hughes dari Marine Volunteer Service, yang menangani penguburan, juga membutuhkan waktu sekitar lima jam untuk mencapai lokasi pemakaman dan cukup berombak. Karena alasan ini, banyak keluarga jenazah memilih untuk mengadakan upacara di darat, sebelum mengucapkan selamat tinggal dari dermaga.
Hughes mengatakan dia mengucapkan doa singkat ketika peti mati itu akan dimakamkan ke laut.
Layanan Organisasi Manajemen Kelautan Inggris (MMO) juga menentukan peti mati harus dibuat dari kayu lunak dan tidak boleh mengandung plastik, timah, tembaga atau seng. Ini untuk memastikan biodegradasi dan melindungi daerah dari kontaminasi. Untuk memastikan peti mati tenggelam dengan cepat ke dasar laut dan tidak mengapung, lubang sepanjang dua inci (50mm) harus dibor panjang.