Lontar.id – Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, pada hari Kamis (28/11/2019), mengatakan bahwa peluncuran rudal oleh Korea Utara merupakan ancaman bagi Jepang dan masyarakat internasional.
Dikutip dari Reuters, Abe mengatakan, Tokyo akan melakukan kontak dekat dengan para mitranya untuk memantau situasi.
“Beberapa peluncuran rudal oleh Korea Utara adalah tantangan serius, tidak hanya bagi Jepang, tetapi juga masyarakat internasional,” kata Abe kepada wartawan.
Abe menambahkan, pihaknya akan terus berkomunikasi demgan Amerika Serikat dan komunitas internasional terkait peluncuran rudal Korea Utara.
“Kami akan tetap berhubungan erat dengan Amerika Serikat, Korea Selatan, dan komunitas internasional untuk memantau situasi. Kami akan meningkatkan kewaspadaan kami untuk menjaga keamanan dan aset rakyat Jepang, ”katanya.
Kementerian Pertahanan Jepang mengkonfirmasi bahwa objek yang tampaknya berupa rudal diluncurkan dari Korea Utara, sehari sebelumnya.
Terpisah, di Seoul, Korea Selatan, militer negara itu menyebutkan bahwa Korea Utara menembakkan proyektil yang tidak dikenal pada hari Kamis ini.
Mereka juga mengatakan Korut menembakkan dua proyektil dari provinsi timur ke laut lepas pantainya. Peluncuran ini adalah yang pertama sejak Korut menembakkan dua rudal yang diduga ke laut antara semenanjung Korea dan Jepang pada 31 Oktober.
Penjaga Pantai Jepang mengatakan telah mendeteksi sesuatu yang tampaknya merupakan rudal, yang telah diluncurkan oleh Korea Utara, dan sedang memantau di mana ia akan mendarat.
Kementerian pertahanan negara itu, mengatakan proyektil itu tidak memasuki wilayah udara atau Zona Ekonomi Eksklusifnya.
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un telah menetapkan akhir tahun sebagai
batas akhir untuk perundingan denuklirisasi dengan Washington, tetapi negosiasi telah menemui jalan buntu setelah pertemuan tingkat kerja satu hari pada 5 Oktober berakhir tanpa kemajuan.
Pejabat Korea Utara telah memperingatkan Amerika Serikat untuk menghentikan permusuhan terhadap Korea Utara atau Pyongyang.
Korea Utara juga menuntut pencabutan sanksi terhadapnya dan pengabaian latihan militer gabungan oleh Amerika Serikat dan Korea Selatan, yang disebutnya persiapan untuk invasi.