Lontar.id – Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan bahwa pemerintah akan melakukan revitalisasi koperasi berbasis sektor produksi yang memiliki komoditas unggulan. Hal ini dilakukan agar koperasi dapat menjadi besar dan mampu unggul baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
“Saya ditugaskan Bapak Presiden untuk melakukan revitalisasi koperasi. Kita ingin fokus untuk membangun koperasi sektor produksi, baik itu yang misalnya berbasis komoditas, perkebunan atau sektor kelautan termasuk memproduksi alat pertanian dan alat kesehatan,” ungkapnya dalam acara Dialog Interaktif Menteri Koperasi dan UKM dengan Pengurus Koperasi, Asosiasi dan Pelaku UMKM Provinsi Riau, Pekanbaru, Riau, Sabtu (27/11), seperti dilansir laman resmi Kemenkop UKM.
Lebih lanjut, Teten menambahkan bahwa revitalisasi koperasi berbasis sektor produksi dilakukan karena saat ini Indonesia masih mengandalkan impor untuk berbagai produk yang sebetulnya dapat diproduksi di dalam negeri. Mulai dari alat kesehatan, alat pertanian, jagung, beras, kedelai, daging dan lainnya saat ini masih sangat mengandalkan impor.
Menurutnya, hal ini terjadi karena berbagai produk unggulan di Indonesia masih dilakukan oleh perorangan. Dengan memproduksi produk secara perorangan, menurutnya produk unggulan di Indonesia menjadi tidak efisien.
“Kenapa koperasi perlu diperkuat? Karena misalnya di sektor pertanian itu kepemilikan lahan dibawah setengah herktare, tidak mungkin kita bisa membangun korporat tani seperti di negara maju Austria, New Zealand, Amerika mereka ribuan hektare satu kebun. Kita ga mungkin pertahankan sistem kecil ini karena nggak produktif dan kurang efisien. Ini yang kita revitalisasi lewat koperasi,” ujar Teten.
Teten menegaskan, Indonesia harus membangun konsolidasi koperasi besar yang masuk dalam skala bisnis. Beberapa contoh yang dapat dijadikan motivasi untuk membangun koperasi besar ialah New Zealand yang memiliki koperasi susu terbesar di dunia dan juga Australia yang memiliki koperasi gandum terbesar didunia.
“Jadi kebijakan kami adalah mendorong pelaku usaha untuk bergabung di koperasi seperti di luar negeri. Ini awalnya mereka juga kecil, tapi jadi besar. Koperasi kita yang besar itu hanya KSP (Koperasi Simpan Pinjam), tapi koperasi produksi itu masih kurang,” tuturnya.
Teten menekankan, saat ini di seluruh dunia tengah mencari keunggulan domestik untuk dikembangkan dan diperdagangkan. Ini menjadi peluang bagi Indonesia karena Indonesia memiliki sumber daya alam melimpah dan mampu dikembangkan menjadi produk unggulan yang mendunia.
Oleh karena itu, menurutnya koperasi jangan lagi hanya fokus dalam wilayah sendiri, tapi harus mengembangkan diri memasuki industri manufaktur berbasis bahan baku.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Provinsi Riau, Asrizal menuturkan bahwa Provinsi Riau memiliki sumber daya alam unggulan yang dapat dikembangkan lebih lanjut.
“Kita punya kebun kelapa sawit sebesar 4,2 juta hektare, kebun karet, kebun kelapa, kebun sagu dan lainnya. Ini potensi yang besar. Kita juga punya ikan patin, udang vaname dan masih banyak lainnya yang jadi komoditas unggulan dan bisa dikembangkan ke depan,” pungkas Asrizal.