Lontar.id – Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China memperlebar peluang investasi industri alas kaki di Indonesia, dan diharapkan meningkatkan ekspor.
Pernyataan itu disampaikan oleh Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Eko S.A. Cahyanto pada Pembukaan Diklat 3in1 Operator Jahit Upper Alas Kaki Angkatan I-V Tahun 2020 di Garut, Jawa Barat, Jumat (31/1/2020).
Kepala BPSDMI mengungkapkan, sebagai kelompok sektor padat karya dan berorientasi ekspor, industri alas kaki selama ini telah memberikan kontribusi yang signfikan terhadap perekonomian nasional.
Ini tercermin dari capaian nilai pengapalan produk kulit, barang dari kulit dan alas kaki dari Indonesia yang mampu menembus hingga USD5,12 miliar sepanjang tahun 2019.
“Kami tetap optimistis, nilai ekspor alas kaki akan meningkat pada tahun ini. Apalagi dengan adanya peluang investasi industri alas kaki di Indonesia yang semakin terbuka lebar setelah terjadinya perang dagang antara China dan Amerika Serikat,” paparnya melalui keterangan resmi Kemenperin, Sabtu (1/2/2020).
Namun demikian, guna mengejar target dan kinerja positif dari industri alas kaki Indonesia, perlu didukung ketersediaan tenaga kerja yang kompeten sehingga dapat menggenjot kualitas dan kapasitas nasional.
Oleh karena itu, Kemenperin melalui BPSDMI rutin menggelar Diklat 3in1 (pelatihan, sertifikasi, dan penempatan kerja) untuk operator jahit upper alas kaki.
“Bersama industri tekstil dan pakaian, industri alas kaki pun mendapat prioritas pengembangan dan dipersiapkan untuk memasuki era industri 4.0 agar lebih berdaya saing di kancah global. Hal ini sejalan dengan implementasi roadmap Making Indonesia 4.0,” kata dia.
Eko menambahkan, Diklat 3in1 di Garut ini dilaksanakan sebagai salah satu upaya strategis pemerintah untuk menjawab kebutuhan industri alas kaki terhadap pasokan tenaga kerja yang kompeten. “Peserta akan ditempatkan di PT. Changshin Reksa Jaya, Garut. Ke depan, tentu kerja sama dengan perusahaan lain dengan sektor industri yang beragam akan senantiasa dilakukan,” imbuhnya.
Industri alas kaki Indonesia tidak dapat dipandang sebelah mata di kancah dunia. Saat ini, Indonesia berada di urutan keenam sebagai negara eksportir alas kaki terbesar di dunia setelah China, Vietnam, Italia, Jerman dan Belgia.
Kemudian menyusul Indonesia adalah Perancis, Belanda, Hong Kong, dan Spanyol yang menggenapi jajaran 10 besar eksportir alas kaki di dunia.
Selanjutnya, Indonesia menduduki peringkat keempat produsen alas kaki dengan jumlah 1,271 juta pasang sepatu atau 5,3% dari produksi dunia. Selain itu, harga rata-rata ekspor alas kaki Indonesia masih menempati urutan kelima dunia dengan nilai USD16,70, yang menunjukkan Indonesia mampu memproduksi alas kaki dengan harga kompetitif dan kualitas yang baik.
Total peserta Diklat 3in1 Operator Jahit Upper Alas Kaki Angkatan I-V Tahun 2020 sebanyak 500 orang yang berasal dari wilayah Garut dan sekitarnya. Selama 20 hari, seluruh peserta akan dibekali pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam mengoperasikan mesin jahit upper alas kaki oleh tenaga instruktur yang mayoritas berasal dari pihak industri dan asosiasi.