Lontar.id – Hari buruh atau yang dikenal dengan May Day diperingati setiap tanggal 1 Mei oleh kaum buruh Internasional. Pada tanggal ini juga dijadikan sebagai hari libur nasional di Indonesia.
Peringatan hari buruh internasional selalu diikuti dengan aksi unjuk rasa yang tergabung dalam organisasi serikat buruh, mereka turun kejalan-jalan utama, mendatangi kantor pemerintahan dan menyuarakan pelbagai tuntutannya. Secara umum tuntutan buruh adalah perbaikan kesejahteraan, tolak upah buruh murah, penghapusan sistem kerja magang atau outsorching dan sebagainya.
Peringatan hari buruh internasional dimulai pada abad ke-19, yaitu memperjuangkan hak para buruh di seluruh dunia. Peringatan hari buruh mempunyai sejarah panjang dalam pergolakannya, ia dimulai di Negara Amerika Serikat pada tahun 1882. Pada saat itu ribuan buruh menggelar aksi unjuk rasa besar-besaran, ribuan buruh tersebut memadati jalan raya menyuarakan aspirasinya.
Buruh menutut agar perusahaan mempekerjakan mereka secara layak, dengan memberlakukan sistem 8 jam kerja, 8 jam istirahat dan 8 jam waktu rekreasi bersama sanak keluarga. Tuntutan ini memberikan waktu luang bagi buruh bersama dengan keluarga menikmati hidup bebas tanpa terikat dengan waktu kerja sepanjang hari.
Kemudian aksi besar-besaran buruh berlanjut pada pada 1 Mei 1886, aksi tersebut dilakukan selama 4 hari berturut-turut dengan melibatkan kurang lebih 400 ribu buruh yang terlibat. Para buruh yang melakukan aksi damai tersebut, kemudian disambut dengan aksi kekerasan dari aparat kepolisian dengan menembaki para buruh secara membabi buta.
Korban meninggal dunia berjatuhan akibat tembakan yang membrondol massa aksi, para pemimpin massa aksi buruh ditangkap dan dijebloskan kedalam sel tahanan. Peristiwa tragis tersebut kemudian dikenal dengan sebutan Haymarket dan para ratusan buruh yang meninggal dunia karena tertembak peluru tajam dikenal sebagai pejuang atau martil.
Hari buruh internasional kemudian ditetapkan pada 1 Mei 1886 pada konferensi sosialis internasional di Paris pada 1889. 1 Mei kemudian menjadi hari buruh internasional yang disepakati. Sehingga setiap tahun para buruh selalu memperingati hari tersebut dengan melakukan unjuk rasa dengan mendesak pemerintah untuk memperbaiki kesejahteraan para buruh.
Perjuangan kaum buruh khususnya di Indonesia tidak saja hanya dirayakan oleh buruh semata, melainkan dari eksponen aktivis mahasiwa turut terlibat berjuang memperbaiki nasib buruh dengan menggelar aksi unjuk rasa.
Perjuangan mereka memang tidak jauh dari soal nasib buruh, adapun isu-isu lain seperti korupsi, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), kasus Hak Asasi Manusia (HAM) tak pernah di aspirasi kan kelompok buruh. Namun mengapa sekarang mereka terlibat dan mendukung paslon tertentu, apakah ditubuh organisasi ini sudah disusupi oleh gerbong yang menghendaki organisasi buruh ke arah pragmatis.
Yang mengganjal dalam pikiran saya, mengapa pada peringatan hari buruh internasional 1 Mei 2019 ini, organisasi buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pelarja Buruh Indonesia (KSPI). Mereka secara terang-terangan terlibat dalam urusan politik, setidaknya mendukung calon Presiden Prabowo Subianto dan Sandiaga S Uno (Prabowo-Sandi).
Memang masalah pilihan politik adalah urusan pribadi seseorang, karena regulasi sudah mengaturnya. Sehingga tidak boleh ada seorangpun melarang karena akan melanggar regulasi. Tetapi, apakah menggunakan organisasi buruh untuk melegitimasi terhadap calon tertentu dapat dibenarkan, karena perjuangan buruh murni adalah perjuangan perbaikan kesejahteraan nasib buruh yang masih jadi perdebatan.
Ketika acara May Day yang digelar KSPI di Tennis Indoor Senayan, menghadirkan Prabowo Subianto untuk membongkar kasus kecurangan pemilu 2019 dan teriakan Prabowo Presiden.
Saya berpendapat secara pribadi, seharusnya organisasi buruh hanya fokus pada isu-isu tentang buruh, bukan merembes pada isu lain yang tidak punya korelasi dengan mereka.
Masalah ketenagaakerjaan di Indonesia masih sangat rumit diatasi, di mana sebagian perusahaan memberlakukan sistem kerja yang masih jauh dari tuntutan para buruh.
Inilah yang harus menjadi fokus kaum buruh untuk diperjuangkan. Bukan pada masalah isu demokrasi dan mengawal pemilu 2019 yang penuh dengan kecurangan. Bila para buruh terjebak pada isu politik dan mengabaikan masalah yang menyangkut kesejahteraan buruh, maka perjuangan selama ini akan tampak sia-sia, karena disusupi dengan kepentingan politik.