Lontar.id – Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), menggelar kegiatan Showcase Peringatan 21 tahun Peristiwa Semanggi 1 di Matalokal, M Block Space, Jakarta.
Kegiatan yang bertajuk Antologi: Pameran, Cerita Memorabilia dan Foto Tragedi Semanggi, bekerja sama dengan Amnesty Internasional Indonesia, LBH Jakarta, YLBHI, FAMSI dan BORAK.
Di ruangan diskusi itu, dipajang sejumlah foto tragedi Semanggi 1. Foto-foto dipasang membentuk pola angka 21, sebagai tanda peringatan atas peristiwa Semanggi 1 yang menelan banyak korban dari aktivis mahasiswa.
Para pelaku pembunuhan terhadap aktivis era 1998 ini, sampai kini belum pernah disentuh oleh hukum. Mereka bebas menghirup udara segar tanpa dibawa ke meja pengadilan, bahkan mereka diketahui berada di lingkaran penguasa.
Kemudian terdapat sketsa aksi kamisan Maria Catarina Sumarsih (Sumarsih) di depan Istana. Seorang Ibu yang mencari keadilan terhadap kasus pelanggaran HAM.
Bernardinus Realino Norma Irmawan (Wawan) anak Sumarsih, salah satu korban penembakan aparat militer, hingga hari ini pelakunya belum dijerat.
Lalu ada aksi unjuk rasa mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia, mereka mengepung Gedung DPR dan menolak sejumlah pengesahan aturan. Salah satunya, menolak revisi UU KPK. Aksi itu mengusung tema #reformasidikorupsi.
Di bagian pojok sketsa Sumarsih, berdiri sebuah papan dengan tulisan: “Wiranto, kamu telah menghancurkan hidupku”. Lalu di pintu masuk, dipajang baju Wawan berwarna putih saat kejadian penembakan di Semanggi.
Aktivis NU, Savic Ali yang didapuk sebagai narasumber menjelaskan, peristiwa Semanggi 1 banyak menelan korban jiwa. Korban yang sempat dilaporkan mencapai belasan orang atau tepatnya sebanyak 17.
Namun, melihat eskalasi kekerasan yang cukup besar terjadi di mana-mana, ia menyakini masih banyak korban jiwa yang belum diidentifikasi dan dilaporkan oleh pihak keluarga. Sehingga sampai hari ini belum diketahui berapa jumlah angka pastinya.
“Saya pribadi meyakini, ada belasan yang meninggal, karena susah dicek. Melihat eskalasi kekerasan dari sore hingga malam hari dan tentara banyak juga. Ada keluarga yang hilang anaknya tapi tidak melapor, apalagi saat itu belum ada media sosial,” kata Savic Ali di acara peringatan 21 tahun semanggi, Jakarta, Selasa (12/11/2019).
Para keluarga korban hingga sekarang masih terus mencari keadilan. Mereka melakukan Aksi Kamisan di seberang Istana Merdeka, menutut pelaku kejahatan kemanusiaan agar diproses hukum. Namun hasilnya nihil, meski begitu, Aksi Kamisan yang sudah 600-an kali itu masih tetap digaungkan.
Savic Ali menguraikan, Aksi Kamisan dari keluarga korban dan para aktivis pegiat HAM. Dianggap sebagai bentuk perlawanan, setidaknya melawan lupa. Bahwa pada peristiwa Semanggi pernah terjadi kejadian kejahatan kemanusiaan.
“609 kali aksi kamisan sebagai bentuk perlawanan, yaitu agar kita tetap ingat apa terjadi di masa lalu. Sebuah kekejaman dan kekerasan yang melanggar hukum, tapi tidak pernah diproses hukum,” terangnya.
Editor: Ais Al-Jum’ah