Lontar.id – Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) 2019 berada pada titik terendah selama tiga tahun terakhir, yakni pada angka 6,92 persen. Angka itu jauh dari target pertumbuhan, yakni antara 7,0 hingga 7,4 persen.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Sulsel 2017 sebesar 7,23 persen, sementara 2018, meski menurun dari tahun sebelumnya, tapi masih lebih tinggi daripada 2019, yakni 7,07 persen.
Kepala BPS Sulsel, Yos Rusdiansyah, mengatakan, setidaknya ada dua sektor yang membuat pertumbuhan ekonomi Sulsel sulit bergerak ke angka 7 persen, yakni sektor pertanian dan transportasi.
Pada sektor pertanian, banjir yang terjadi pada Januari 2019 lalu, memegang peran terhadap penurunan produksi pertanian.
“Pada Januari 2019 lalu terjadi banjir besar yang melanda 13 kabupaten/kota di Sulsel yang berdampak pada lahan pertanian seluas kurang lebih 13 hektar,” jelasnya, Jumat (14/2/2020).
Selain banjir yang terjadi pada awal tahun, kemarau panjang di Sulsel pada akhir 2019 juga menyebabkan kekeringan, yang berakibat berkurangnya lahan panen sekitar 15 persen.
Pada sektor transportasi, Yos menyebut kenaikan tarif tiket pesawat sebagai faktor yang berperan dalam perlambatan ekonomi. Mahalnya harga tiket memicu penurunan jumlah penumpang pesawat yang cukup drastis di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.
Dia membandingkan data jumlah penumpang pesawat pada 2018 dan 2019, yang turun sekitar 900 ribu penumpang, yakni sebesar 4,4 juta pada 2018 menjadi 3,5 juta.
Hal itu juga berdampak pada tingkat hunian kamar hotel berbintang yang ikut turun. “Sehingga memengaruhi jumlah kunjungan ke Sulsel,” tutur Yos.
Sementara, Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah, berpendapat bahwa perlambatan itu hanya sementara. Dia meyakini akselerasi perekonomian Sulsel bisa kembali stabil pada 2020 ini. Misalnya dengan menggenjot pertumbuhan di sektor lainnya, misalnya investasi.
Untuk mempermudah aliran investasi di Sulsel, Nurdin akan mempermudah perizinan para investor dengan memangkas aturan-aturan yang dinilai menghambat laju investasi. Menurutnya, perizinan merupakan ujung tombak pembangunan di Indonesia, termasuk di Sulsel.
“Kita optimistis tahun ini bisa kembali stabil. Guna meningkatkan kebutuhan pembangunan, kita sudah berkomitmen untuk menggenjot investasi yang masuk ke Sulsel,” ungkap Nurdin.