Sunday, May 18, 2025
Jaringan :   Cermis.id   Etnis.id
Lontar.id
  • PaliwaraNews
  • BiwaraIndepth
  • NusantaraBudaya
  • KanggaOlahraga
  • RagamHiburan
  • KolomOpini
No Result
View All Result
Lontar.id
Home News

Pesantren Waria: Mimpi, Cinta dan Pilihan Hidup

Oleh Ais Aljumah
18 September 2019
in News
Pesantren Waria: Mimpi, Cinta dan Pilihan Hidup

Shinta Ratri, Pemimpin Pondok Pesantren Al-Fatah.

44
SHARES
Share on FacebookShare on Twitter

Lontar.id – Stigma negatif dan diskriminasi terhadap kaum transgender di Indonesia, tidak dapat dimungkiri, masih sering ditemukan. Gampang saja mendeteksi bentuk-bentuk diskriminasinya.

Dalam urusan mendapatkan pekerjaan, kaum waria khususnya, kerapkali ditolak. Saya pribadi tidak pernah menemukan mereka, misalnya, bekerja sebagai penjaga karcis, pelayan di restoran, pendiri warung atau pekerja kantoran.

Kerja mereka lebih banyak berkutat di salon atau tempat prostitusi, dengan penghasilan yang rendah dan ancaman kehilangan pekerjaan, serta kekerasan yang rentan didapatkan.

Tidak sedikit dari mereka yang pasrah menerima kondisi yang mendiskriminasi. Namun, bukan berarti tidak ada satu dari mereka yang tidak bergerak memperjuangkan hidupnya sebagai transgender.

Shinta Ratri adalah salah seorang waria. Sosoknya semakin dikenal karena keberaniannya mempertahankan pesantren khusus waria Al-Fatah yang dipimpinnya, di Yogyakarta, setelah beberapa kali dikecam.

Saya mewakili tim Lontar berkesempatan mengunjungi pesantren Al-Fatah, pesantren khusus waria yang berdiri sejak tahun 2008. Di Yogyakarta, pesantren tersebut terletak di daerah Kotagede.

Awalnya saya kesulitan menemukan tempatnya karena tidak ada informasi yang menjelaskan secara detail alamatnya. Setelah berjalan dan tersesat beberapa kali, pula bertanya kepada warga, akhirnya saya menemukan gang kecil, jalan menuju pesantren Al-Fatah.

Saat tiba, kami langsung diterima dengan sambutan hangat dan segera dituntun untuk makan siang bersama. Saat itu, tim pesantren sedang menerima tamu dari Persatuan Mahasiswa Kristen Indonesia (PMKI).

“Kalau rezeki tidak boleh ditolak,” ucap Shinta sembari menuntun saya menuju meja makan.

Sembari makan, saya juga bertemu dan berkenalan dengan santri lain
yang tidak hanya berasal dari Jawa, namun ada yang datang dari Sulawesi, Sumatera dan Kalimantan.

Setelah menjamu para tamu yang berkunjung tadi, saya kemudian mendatangi Shinta dan meminta kesiapan untuk diwawancarai. Saya banyak bertanya tentang kehidupan pribadi, pandangannya tentang Islam dan gender, serta perjuangannya mempertahankan pesantren Al-Fatah.

Seorang waria di Pesantren Al-Fatah/Ais Aljumah

Pesantren Al-Fatah berdiri pertama kali pada tahun 2008 dan sempat digusur oleh Forum Jihad Indonesia (FJI) pada tahun 2016. Al-Fatah lalu bangkit kembali. Upaya-upaya apa yang Anda lakukan untuk mempertahankannya?

Mayoritas masyarakat belum menerima identitas waria. Sejak kecil saya di sini, sehingga masyarakat sudah tahu. Respons masyarakat baik-baik saja, karena saya memiliki tanggung jawab di sini untuk menjaganya.

Saya tahu, membangun pesantren ini berarti memulai dari nol, karena saya harus merangkul teman-teman waria yang lain. Saya tahu apa yang saya lakukan benar. Untuk merebut ruang demokrasi kami, maka saya merelakan ruang privasi saya untuk ruang publik.

Setelah penggusuran itu, empat bulan kemudian, kami bisa beribadah kembali, walau dengan nekat. Tapi, sebetulnya mereka itu (FJI) memengaruhi masyarakat agar berjarak kepada kami.

Tapi, kami mengembalikan kepercayaan masyarakat. Sedikit demi sedikit, masyarakat percaya kembali degan melihat aktivitas kami yang jauh dari prasangka yang sebelumnya mereka keluhkan.

Salah satu yang menguatkan kami, adalah Ibu Gubernur. Ia menjamin keamanan, meski belum resmi. Walau demikian, setidaknya beliau telah mengakui keberadaan kami.

Bagaimana soal pembiayaan pesantren ini?

Untuk pembiayaannya dari simpatisan-simpatisan. Kami juga bekerja sama dengan organisasi lokal, nasional dan internasional seperti APTN (Asia Pacific Transgender Networking), kalau nasional ada ABK (Alinsi Bhineka Tunggal Kita), ada Suarakita yang berupa situs yang memberikan informasi tentang transgender dan Arus Pelangi. Kalau lokal, yaitu dengan LBH, UKDW, Fakultas Ushuluddin, Fisipol UGM.

Selain menjadi santri, apakah mereka juga ikut bekerja?

Iya, mereka cari uang masing-masing. Kami hanya memberikan pelajaran dan pencahayaan, karena teman-teman waria butuh juga mengekspresikan keimanannya.

Apakah ada santri yang merupakan non-muslim?

Iya, ada.

Bagaimana para santri waria melaksanakan ibadah salat? Maksud saya, apakah mereka menggunakan mukenah atau sepeti apa?

Tergantung. Kalau mereka merasa nyaman dengan mukenah, ya silakan. Kalau nyaman menggunakan sarung, ya silakan. Sebab salat itu urusan masing-masing, tergantung nyamannya mereka, agar dapat salat secara khusyuk.

Sejauh yang Anda pelajari, di mana posisi waria atau transgender dalam Islam?

Transgender itu adalah tubuh-tubuh laki-laki dengan jiwa perempuan. Jadi mereka seperti terperangkap dalam tubuh laki-laki. Ehmmm, seorang waria itu fisiknya laki-laki, tapi jiwanya perempuan. Kemudian itu terekspresikan keluar, ya sebagai perempuan.

Jadi, kalau kita mendefinisikan transpuan adalah mereka perempuan secara sosial dalam masyarakat. Itu tertuang dalam Komnas Perempuan, bahwa waria adalah perempuan secara sosial dan urusan HAM-nya ikut ke dalam Komnas Perempuan.

Adapun dalam agama, kita memahami dari individunya masing-masing. Kalau saya sendiri, saya merasa perempuan dan secara sosial, di arisan Ibu-Ibu, pokoknya habluminannas ini saya sebagai perempuan.

Apakah saya boleh bertanya tentang kehidupan pribadi Anda?

Ya.

Sejak kapan Anda menyadari bahwa Anda ini seorang perempuan?

Sejak kelas 5 SD. Bahkan seorang waria itu, tangisan pertamanya sudah terlihat sebagai tangis bayi perempuan. Akan tetapi, saya baru bisa mengeekspresikannya sebelum TK. Misalnya ketika saya ikut main boneka. Di situ terlihat.

Misalnya juga kalau didekati laki-laki, perempuan kan biasanya menjauh, nah saya juga ikut seperti mereka. Kalau cowok kencing berdiri, saya kencing jongkok. Saya waktu SMP juga sudah diikutkan kelompok olahraga perempuan.

Apakah Anda mendapatkan risakan?

Waria tidak akan kena risak kalau punya prestasi di sekolah. Kedua, kalau keluarga menerima, apalagi saya berasal dari keluarga terpandang. Hal-hal itu yang mempengaruhi juga kenapa saya tidak dirisak. Saya mewakili sekolah untuk cerdas cermat, saya meminjamkan teman-teman kelas saya PR sehingga mereka merasa membutuhkan saya.

Bagaimana respons keluarga Anda?

Menerima. Jadi begini sebenarnya, orangtua itu kan melihat perkembangan anaknya sejak kecil. Begitu pun dengan saudara-saudara kita yang hidup bersama. Mereka hanya pernah bertanya sekali, “mau sampai kapan kamu seperti ini?” Lalu, saya jawab, “seperti apa maksudnya?” Mereka bilang, “ya jadi waria ini.”

Saya katakan kepada mereka, saya tidak bisa melakukan apa-apa. Kalau boleh memilih, saya juga ingin menjadi laki-laki atau perempuan. “Seperti kamu dan kamu,” saya katakan itu, sembari menunjuk saudara-saudara saya.

Akhirnya, dari situ mereka mulai paham, bahwa nanti kalau saudara saya sudah menikah dan punya anak, mereka akan memanggil saya dengan sebutan Bude.

Bagaimana dengan hubungan asmara Anda?

Saya pernah dua kali menikah. Suami pertama saya pergi menikah dengan perempuan lain, tapi saya mengizinkan, karena dia juga perlu berketurunan.

Apakah Anda punya keinginan untuk menjalin hubungan serius lagi?

Tidak menutup, tapi saya memilih untuk fokus mengembangkan ini “pesantren” saja.

Kalau boleh tahu hobi Anda apa?

Saya suka menulis.

Apa harapan Anda ke depannya?

Para waria diberikan ruang. Pernah suatu waktu, teman-teman waria melakukan bakti sosial tapi dibubarkan karena polisi takut ada FPI, dsb. Jadi bagaimana waria bisa berkonstribusi jika tidak diberi ruang?

Editor: Almaliki

Share18Tweet11Share4SendShare
ADVERTISEMENT
Previous Post

Kolektor Kaset Membuktikan: Rock N’ Roll Tak Pernah Mati

Next Post

Bukan Melemahkan, Pemerintah-DPR Hanya Batasi Kewenangan KPK

Related Posts

Kerumunan warga Lisbon memenuhi jalanan setelah terpaksa meninggalkan stasiun Metro akibat listrik padam.
Internasional

Eropa Terguncang: Pemadaman Listrik Massal Luluhlantakkan Spanyol dan Portugal

by N. Halim
28 April 2025

Senin yang kelam melanda Eropa Barat. Dalam hitungan detik, jutaan penduduk Spanyol dan Portugal terseret ke dalam kegelapan total setelah...

Read more
Ketua KIP Pusat Mundur dari Posisi Ketua Umum Ika Usakti

Ketua KIP Pusat Mundur dari Posisi Ketua Umum Ika Usakti

8 July 2022
Wapres TInjau Gedung Sarinah

Wapres TInjau Gedung Sarinah

28 June 2022
Ma’ruf Amin Sebut Pisang Buah Paling Banyak Dikonsumsi Masyarakat Indonesia

Ma’ruf Amin Sebut Pisang Buah Paling Banyak Dikonsumsi Masyarakat Indonesia

31 March 2022
Perluas Pasar UMKM dan Hasil Pertanian dengan Digitalisasi di Pedesaan

Perluas Pasar UMKM dan Hasil Pertanian dengan Digitalisasi di Pedesaan

29 March 2022
Selama Libur Natal 2021 Jumlah Penumpang Kereta Rata-Rata 48.878 per Hari

Catat Tanggalnya, KAI Beri Potongan Harga Tiket Kereta hingga 60 Persen

26 March 2022
Lontar.id

PT. Lontar Media Nusantara

Follow us on social media:

  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
  • Redaksi

© 2019 Lontar.id - Aktual Relevan Menyegarkan

No Result
View All Result
  • PaliwaraNews
  • BiwaraIndepth
  • NusantaraBudaya
  • KanggaOlahraga
  • KolomOpini
  • RagamHiburan
  •  Etnis.idwarta identitas bangsa
  •  Cermis.idaktual dalam ingatan

© 2019 Lontar.id - Aktual Relevan Menyegarkan

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In