Lontar.id – Ratusan pengunjuk rasa di sebuah mal di Yuen Long, dekat perbatasan Cina, Hong Kong, memperingati lima bulan serangan pipa oleh gerombolan bersenjata berkaus putih di stasiun kereta.
Polisi setempat dikritik karena tidak merespons cepat untuk memberi bantuan, dan karena tidak menangkap tersangka pelaku di tempat kejadian.
Mereka kemudian melakukan beberapa penangkapan dan mengatakan bahwa para penyerang memiliki hubungan dengan geng-geng penjahat terorganisasi, atau triad.
Para pengunjuk rasa menuntut keadilan atas serangan itu, meneriakkan “Berjuang untuk Kebebasan” dan “Berdiri Dengan Hong Kong”.
“Pemerintah tidak melakukan apa-apa sejauh ini setelah 5 bulan … Saya pantas mendapat jawaban, penjelasan,” kata seorang pengunjuk rasa berusia 30 tahun yang bermarga Law, seperti dikutip Reuters, Sabtu (21/12/2019).
“Yuen Long bukan lagi tempat yang aman dan kita semua hidup dalam teror putih ketika kita khawatir jika kita akan dipukuli ketika berpakaian hitam,” imbuhnya.
Puluhan polisi anti huru-hara kemudian menyerbu mal untuk mengusir pengunjuk rasa, jendela sebuah restoran sushi rusak akibat serbuan itu, dan toko-toko terpaksa tutup.
Protes di Hong Kong telah memasuki bulan ketujuh. Meskipun relatif tenang. Warga marah ketika Cina ikut campur dalam kebebasan kota yang dijamin dengan formula “satu negara, dua sistem” ketika kembali ke pemerintahan Cina pada tahun 1997.
Banyak juga yang marah karena kebrutalan polisi, dan menuntut penyelidikan independen atas dugaan kekerasan yang berlebihan. Tuntutan lain termasuk pembebasan semua demonstran yang ditangkap dan demokrasi penuh.
Pada Jumat (20/12/2019) malam, polisi menangkap seorang pria yang menembakkan satu tembakan dengan pistol ke petugas pakaian biasa di distrik Tai Po utara. Tidak ada yang terluka.
Pencarian di sebuah flat di dekat lokasi, menemukan senjata termasuk senapan semi-otomatis dan peluru. Steve Li, seorang perwira polisi senior di tempat kejadian, mengatakan kepada wartawan, bahwa polisi memiliki informasi bahwa tersangka berencana menggunakan pistol selama protes untuk menyebabkan kekacauan dan untuk melukai petugas polisi.
Di Tsim Sha Tsui, pada hari Sabtu (21/12/2019), kelompok-kelompok pengunjuk rasa juga berkumpul di sebuah mal yang populer dengan pembeli barang mewah Cina daratan.
“Kita tidak bisa merayakan Natal ketika kota kita diambil alih oleh polisi. Ketika Anda melihat polisi di luar mal, apakah Anda ingin berbelanja hadiah? ”Kata Bob, 17, seorang pengunjuk rasa.