Lontar.id – Syahrul Yasin Limpo (SYL), diangkat oleh Presiden Jokowi sebagai Menteri Pertanian Republik Indonesia di Kabinet Indonesia Maju (KIM). SYL dilantik pada 23 Oktober 2019 di Istana Merdeka.
Sebelum menapaki karier sebagai Menteri Pertanian, SYL dikenal seorang birokrat tulen dan pernah menjabat sebagai Kepala Desa Karabasse, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa. Setelah itu dipercaya jadi Lurah Karabasse dan Camat Bontonompo pada tahun 1984. Kemudian ia ditempatkan disejumlah jabatan penting, baik itu di Kabupaten Gowa, Kota Makassar sampai menjabat di beberapa posisi di Pemerintahan Provinsi Sulsel.
Pada 1980, SYL diterima sebagai PNS, kemudian memimpin Kepala Seksi Tata Kota Makassar 1982. Kepala Sub Bagian Perangkat IV dan V Biro Pemerintah Makassar 1983.
Pria berusia 64 tahun ini adalah seorang tamatan kuliah strata 1 hingga doktor di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar. Anak dari pasangan Haji Muhammad Yasin Limpo dan Nurhayati Yasin Limpo
SYL pernah menjadi Kepala Bagian Pemerintah Setwilda Tingkat 1 Sulsel 1987. Kepala Bagian Pembangunan Setwilda Sulsel dan Kepala Bagian urusan Generasi Muda dan Olahraga Sulsel 1989. Lalu jadi Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Gowa 1991, Kepala Biro Humas tingkat 1 pada 1993. Setahun kemudian, SYL terpilih sebagai Bupati Gowa sejak 1994-2002. Setelah itu terpilih sebagai Wakil Gubernur Sulsel 2003-2008 dan Gubernur Sulsel 2007-2018.
Tak sedikit penghargaan yang pernah diraih oleh pria kelahiran Ngawing, Makassar 15 Maret 1955. Seperti penghargaan Upakarti Presiden RI tahun 1997, Satya Lencana Kebangkitan Sosial Presiden RI 1998, Satya Lencana Pembangunan Presiden RI 2001 dan Pataka Samkarya Nugraha Parasamya Purnakarya Nugraha.
Di organisasi, SYL pernah menjabat Sekretaris DPP KNPI 1990-1993, Ketua DPP AMPI Sulsel 1993-1999,Sekretaris SPP Golkar Sulsel 1993-1999. Kemudian ia menjadi Ketua DPD 1 Golkar Sulsel 2009-2018. Setelah habis masa jabatan Ketua DPD Golkar, SYL pindah ke NasDem 2018 dan mencalonkan diri sebagai Anggota DPR RI Dapil Sulsel II, meski akhirnya gagal lolos.
Editor: Ais Al-Jum’ah