Lontar.id – Mengapa harus Bayu Gatra yang diusulkan untuk ditambah menit bermainnya? Pertanyaan ini sederhana untuk dijawab, tetapi ada banyak hal yang harus diterima dulu sebelum membahasnya lebih jauh.
Awalnya saya juga merasa kalau Bayu Gatra perlu menit bermain. Dia seorang winger yang baik–punya kecepatan, visi bermain yang bagus, tendangan keras, dan asyik saat penetrasi ke pertahanan lawan.
Saat di Timnas Indonesia dan di Persisam Samarinda, Bayu menunjukkan hal itu. Senang sekali melihatnya bermain dan mengancam begitu banyak pemain bertahan dan kiper lawannya.
Sekarang, di PSM, situasi agak begitu sulit. Sepertinya ia meredup. Apalagi sewaktu diajak kembali ke Sape Kerrab dalam sebuah unggahan fans Madura United. Dalam unggahan itu, ia membalas dan ia menjawab “insyallah”.
Terakhir, ia tidak masuk dalam daftar susunan pemain melawan eks timnya di Ratu Pamelingan. Sebab saya menontonnya di televisi, untungnya Bayu bisa saya lihat di samping Achsanul Qosasi. Mereka berdua berbicara.
Lalu muncul kabar kalau ia akan hengkang. Pemain bernomor punggung 23 ini, memberi sinyal kalau musim depan kemungkinan besar ia akan mencari labuhan yang lain.
“Saya lihat sampai setengah musim atau satu musim ini. Kalau kondisinya masih begini, kemungkinan besar saya akan mulai berpikir bagaimana yang terbaik buat saya,” ungkap Bayu dikutip dari Indosport.
Akhirnya orang-orang menekan manajemen. Meminta Bayu agar diberi menit bermain. Menggantikan sayap-sayap dahsyat PSM yang lain. Orang-orang merasa sangat perlu untuk memasukkan Bayu dalam skuat.
Masuk akal, sebab pemain sayap PSM butuh juga istirahat. Mereka, seperti bagaimana kita, mungkin butuh istirahat dan rehat sejenak. Di situlah gunanya rotasi pemain. Memberikan napas baru dalam tim.
Jika alasannya begitu, itu sudah tepat. Siapa coba pemain egois yang ingin bermain terus-menerus? Tentu saja harus diukur juga dengan lawannya pula. Jika selisih poin jauh dan kelas lawan di bawah kita, maka rotasi perlu.
Yang merasa tidak perlu, tentunya harus didengar juga. Begini. Bukannya saya membela Darije atau tidak menganggap Bayu ada dalam skuat. Sama sekali tidak.
Tetapi situasi antarpemain dalam PSM sedang saling sikut. Pemain lapis kedua, jika bisa menggigit, akan melakukan itu pada pemain inti. Contoh sederhananya: lini pertahanan sedang jadi sorotan utama.
Kekalahan Juku Eja sebab blundernya para pemain belakang saat melawan Madura United, kian memberi pemain lapis kedua kepercayaan diri untuk mengganti pemain utama.
Hal begitu sangat masuk akal, jika Anda meminta kepada manajemen untuk memberi pemain lain jatah. Sebab yang jadi pemain inti juga tidak bermain maksimal. Sering bikin kesalahan dan membuat PSM sampai kalah.
Mengapa mesti meributkan hal yang kurang substansi soal Bayu Gatra? Memangnya sisi sayap PSM sedang menurun? Beberapa pertandingan memperlihatkan, kalau Rahmat dan Zulham sedang berapi-api.
PSM sekarang butuh menang. Beberapa pertandingan yang dilakoninya terbilang penting. Masih sangat dini menilai kalau PSM sudah zalim kepada Bayu karena saat ini ia jarang diturunkan.
Mau berhitung musim lalu? Musim lalu permainan Bayu kurang memuaskan. Seniornya seperti Zulham dan Rahmat bermain baik apalagi musim ini. Saya tak melihat keberanian Bayu dalam menerobos pertahanan. Sepertinya ia sedang beradaptasi.
Jika ia ingin beradaptasi, maka sudah terlambat. PSM ditekan dari segala arah untuk bermain apik, mengejar juara, dan menunjukkan kepada seluruh pendukungnya kalau mereka bukan tim yang jago kandang.
Lagipula yang saya lihat adalah, Pelatih PSM Makassar, Darije Kalezic senang dengan winger yang cepat. Ia bisa menambah winger jika situasi sedang tidak kondusif. Ia senang bermain di sayap dan mengandalkan Pluim untuk mengeksplorasi lini tengah lawan.
Lalu mengapa Bayu sampai sekarang tidak dapat tempat? Jawaban dari itu yang sampai sekarang masih menjadi misteri. Tetapi jika ingin jujur, kalau toh nantinya ia pindah karena keputusan pelatih, biarlah. Saya juga bingung, pemain siapa dan posisi siapa yang akan ia gantikan.
Siap bilang “sayonara Bayu Gatra”?