Lontar.id – Usai pertandingan antara Persija melawan PSM Makassar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Suasana antara fans dari kedua menghangat.
Di media sosial, banyak yang saling memaki karena beredar sebuah video yang memperlihatkan seseorang melempar botol plastik ke tribun yang ditempati suporter PSM.
Saya tidak tahu itu siapa. Paling, jika ingin ditanya kejelasannya, orang-orang yang bertanggung jawab akan berkata: suporter liar; oknum; bukan golongan kami.
Hal seperti ini yang menggelikan. Seperti orang-orang yang dilupakan. Dikucilkan. Pas punya barang berharga, orang penting menganggapnya sebagai aset yang baik dan harus dimanfaatkan.
Saya tidak akan membahas itu lebih jauh. Ini sekadar pintu masuk saja, biar kalian menunggu tulisan saya selanjutnya. Kalau ditunggu syukur, jika tidak, rapopo. Saya menulis untuk berbagi pikiran saja.
Ada hal-hal yang luput dari perseteruan dua suporter besar sekarang ini. Soal tiket di Stadion Mattoanging. Kok bisa ya cepat habis? Apakah sengaja tensi dinaikkan, biar orang-orang bergairah untuk menonton?
Sepakbola itu seperti candu. Ia bisa membangkitkan semangat positif dan negatif. Tempat menyalurkan seluruh emosi yang baik dan buruk. Industri paham benar tentang hal seperti ini.
Orang-orang jadi bertanya, kenapa tiket cepat ludes? Berapa banyak orang yang membeli tiket? Apakah saya nanti bisa masuk menonton di stadion Mattoanging atau tidak?
Untuk menjawab soal tensi itulah, saya akan memberikan kata kunci atau sebut saja kisi-kisi tentang siapa yang untung dalam pertandingan yang akan digelar pada 28 Juli mendatang.
- Pemain. Mereka akan dapat untung jika PSM menang atau tidak saat laga nanti. Seperti bonus dari tim dan PSSI serta dilirik pemandu bakat untuk timnas. Ssst, kemarin saya ketemu Danurwindo dan Syamsuddin Umar lo. Katanya mereka lagi memantau pemain.
- Klub. Sudah pasti jika menang, klub dapat keuntungan. Pejabat klub bisa mengambil beberapa dari hadiah. Nilai perusahaan juga meningkat. Jualan untuk sponsor sudah pasti enak. Klub berprestasi kok!
- Sponsor. Kalau orang awam menilai, sponsor merugi. Tetapi mata bisnis tidak melihat itu. Sponsor malah untung, sebab diberi ruang untuk menanjak bersama PSM dan promosi di mana-mana. Anggap saja pemasaran yang tak perlu buang dana besar-besaran. Omong-omong, penonton bola di Indonesia itu banyak lo. Baik off air dan siaran langsung, mata suporter pasti melihat sponsor terus.
- Pengurus stadion. Sebab PSM belum punya stadion sendiri, mereka harus berbagi dengan pengurus Yayasan Olahraga Sulawesi Selatan. Sekarang animo menonton bola semakin besar. Harga tiket juga naik tak seperti biasanya. Masa pendapatan YOSS begitu-begitu saja dengan momen seperti ini?
- Calo. Mereka ini modalnya cuma duit gede saja. Beli banyak tiket dulu, setelahnya dijual ke orang kedua. Nanti, orang kedua berdagang di depan pintu gerbang stadion. Harga dinaikkan. Bisa 100 persen atau 150 persen. Permintaan meningkat, harga dimainkan. Orang kan butuh. Soal ada orang dalam yang terlibat atau tidak, saya tidak tahu soal itu. Hehe.
- Kelompok suporter. Kelompok suporter ikut menjual tiket. Untungnya bisa dibilang tidak seberapa. Hitungannya, ia harus menjamu suporter tamu, kas organisasi dan lain-lain. Menjadi suporter atau ketua suporter itu memang lebih banyak ruginya. Mengurus ini dan itu. Untung duit tidak seberapa, tetapi untung merawat pertemanan itu paling besar. Apalagi diplomasinya bagus.
Nah, saya kira itu beberapa poin yang bisa saya sebutkan. Jika Anda mau menambahkan, silakan. Dalam istilah pasar, ada untung dan rugi. Nah, kira-kira siapa yang rugi? Nanti saja saya lanjutkan.
Selamat menanti final leg 2 di Stadion Mattoanging, saudara-saudaraku yang baik dan budiman. Hati-hati di jalan dan utamakan keselamatan!