Sangat kecil peluang Klok dan Pluim bisa hengkang dari PSM Makassar. Meski kecil, bukan berarti kesempatan itu tak ada.
Jakarta, Lontar.id – Wiljan Pluim dan Marc Klok menjadi motor serangan PSM Makassar yang dahsyat sejauh ini. Di bawah racikan Robert beberapa musim dan Darije kali ini, mereka jadi momok menakutkan.
Dari tahun lalu, kabar soal hengkangnya mereka berdua sudah menguar. Ada yang mengisukan kalau Klok dan Pluim akan pergi ke Malaysia dan di negara-negara Asia yang membutuhkannya.
Contohnya seperti Peserta Liga Super Malaysia, Pahang, yang terang-terangan melirik Wiljan Pluim. Bahkan pelatih Pahang, Dollah Salleh, datang langsung ke Indonesia untuk memantau penampilan Pluim.
Hal itu bukan isapan jempol. Itu terjadi waktu PSM bentrok dengan Bhayangkara FC di Stadion PTIK, Jakarta Selatan, pada 3 Desember 2018 lalu.
Kabar selanjutnya lagi, kalau mereka akan diambil Bali United. Terdengar pantas untuk dihubungkan, sebab Pluim dan Klok, dinilai cocok dengan suasana Pulau Dewata.
Selain itu, Klok juga diisukan akan diambil Persija. Beredar pula pembelian paket. Isu itu menguat setelah ada pertemuan antara Klok dengan Direktur Utama Persija Jakarta, Gede Widiade beberapa waktu lalu.
Membantah itu semua, Widya Syadzwina, Sekretaris PSM, mengaku tak ada niatan PSM untuk melepas kedua pemainnya itu. Kalimat tajamnya membuat para klub yang ingin memakai jasa Pluim dan Klok harus berpikir ulang. Di sinilah peran utama negosiasi PSM untuk mengunci kaki kedua pemainnya itu.
Baca juga: Suporter dan PSM Makassar, Bisakah Sebanding Totalitasnya?
“Kalau tahu kontrak Pluim dan Klok di PSM, pastinya tidak akan muncul kabar seperti itu,” ujar Sekretaris Tim PSM, Andi Widya Syadzwina, dikutip dari Bolaskor.
“Mereka tetap di PSM. Mungkin banyak klub yang mengincar. Tapi mereka tidak akan ke mana-mana. Intinya mereka tetap di PSM,” kata Wina.
PSM jangan berbesar diri dulu. Ia harus berbangga kalau kotanya bisa dicintai Klok dan Pluim. Dari beberapa komentar, mereka terkesan ingin berlama-lama dan mencintai Makassar dengan khusyuk. Seperti petualang yang mencintai lanskap matahari yang tenggelam di Losari.
Melihat dari awal-awal mereka datang, para suporter begitu memanjakan dan memujinya setengah mati. Meski begitu, ada juga kritik teknis yang disampaikan padanya, misal mengapa Klok harus mengeksekusi tendangan bebas melulu, dan seterusnya.
Klok dan Pluim sudah jadi perbincangan warung kopi. Setidaknya dalam beberapa kesempatan, seusai PSM memenangi pertandingan, seperti, “Klok bagus sekali mainnya. Daya jelajahnya luar biasa. Pluim juga, dia pengatur serangan yang baik, pembuka jalan kawan-kawannya untuk mencari posisi matang di mulut gawang.”
Selain membincangkan mereka berdua, para suporter PSM terus menerus mendorong Klok untuk segera berbaju Timnas Indonesia. Bayangkan saja, saat Klok memakai baju garuda merah, para suporter menyorakinya atau menyerbu instagramnya dengan komentar-komentar menyemangatkan.
Baca juga: Tuntut PSM untuk Introspeksi, Bukan Menang Melulu
Mau tidak mau, Makassar menjadi kota yang membuka rezeki Pluim lebih besar. Dukungan fans PSM menjadi jalannya untuk terus-menerus bermain apik. Para fans menganggap Pluim sebagai kawan dekatnya, atau keluarganya, atau apalagi namanya.
Begitu juga dengan Klok. Jalannya untuk berseragam timnas makin terbuka lebar, karena dorongan para suporter yang sangat getol. Suporter mencintai Klok, dan Klok mencintai mereka juga. Seperti itu jatuh cinta, saling berbalas.
Baru-baru ini juga, Klok juga dinobatkan sebagai pencetak gol terbaik pada pertandingan kedua, dalam AFF Cup 2019 saat melawan Lao Toyota. Tendangan keras dan terukurnya membuat ia merengkuh gelar baru, setidaknya.
Membayangkan Klok tanpa didukung siapapun dengan permainan yang apik begitu, sepertinya sulit didapat. Banyak orang yang mencintai Klok di Makassar, juga di kota lain, yang bahkan memujinya sekali dua.
Jika ingin sadar secara penuh, Klok dan Pluim punya peran vital di dalam skuat. Peralihan dari bertahan dan menyerang, bisa diberi pada Klok. Ia mampu menahan bola selama mungkin untuk membiarkan ruang-ruang kosong diisi oleh pemain PSM.
Tak hanya itu, umpan-umpan terukur, baik trought pass hingga umpan lambung, sering dilakukan oleh Klok. Lini tengah bisa dipercaya sejauh ini, jika Klok masuk dalam pemain inti.
Sementara Pluim berubah menjadi garang setiap harinya. Apalagi eks pelatih PSM, Robert, tahu betul bagaimana mengasah taring pemain asal Belanda ini. Ia bisa jadi pemain sayap seketika, bisa jadi striker bayangan, dan paling penting bisa jadi gelandang serang yang berbahaya.
Bukannya ingin mengecilkan peran pemain lokal. Dalam tubuh PSM, bisa dibilang, Pasukan Ramang terus melahirkan gelandang bertahan yang kuat. Ada Arfan, Asnawi, dan Rasyid.
Jika ditanya, adakah gelandang serang untuk menggantikan Klok dan Pluim jika mereka absen dalam satu pertandingan saja? Jawabannya belum, bukan tidak ada. Setiap pemain yang dicoba, selalu jauh dari ekspektasi, namun bukan berarti ia tidak mau mencobanya.
Seperti Pellu, Arfan, Asnawi dan Rasyid, permainannya tak pernah cukup untuk menggantikan peran Pluim sejauh ini. Jika menjadi gelandang bertahan, tidak ada yang menyangkal, kalau ia bisa menjadi suksesor Klok dari segi transisi bermain dan sepakan terukur ke depan.
Baca juga: Anda Suporter PSM, Bukan Barcelona, Jangan Pilih-pilih Piala
Sekiranya itulah hal yang paling sederhana yang barangkali bisa dipikirkan. Tak usah dulu berbicara soal bagaimana taktik dan strategi khusus dalam menempatkan mereka, seperti free role, box-to-box, dan bahasa-bahasa sepak bola yang kurang bisa kita pahami.
Setelah isu Robert akan menangani Persib makin menguat setelah Miljan Radovic mengecewakan Bobotoh, bukan tidak mungkin ia menjadi suksesor Radovic.
Yakin benar anak Makassar, kalau mereka bahkan tidak takut untuk menghadapi Robert di mana pun ia melatih dan klub apa yang dilatihnya. Namun, yang mesti ditakuti, apakah mereka siap jika kehilangan Klok dan Pluim?
Bisa saja terjadi, sebab koneksi Pluim dan Klok di Indonesia, secara tidak langsung dibuka oleh meneer dari Belanda itu. Mereka bisa pindah tergantung bagaimana PSM dan kedua pemain itu dilobi.
Jika Robert ngotot, suporter PSM dan hangatnya Makassar menjadi palang pintu terbaik buat mereka berdua. Juga manajemen dalam bersiasat mengatur kontraknya agar betah di PSM. Jika semua itu diabaikan?
Selalu ada kemungkinan, sebab, tak ada jaminan bahwa pesta akan selalu menyala di Makassar dan tak akan selesai. Sekali lagi, barangkali PSM butuh pengganti mereka biar tidak begitu bergantung. Karena Klok dan Pluim bukan Xavi dan Iniesta. Mereka juga mungkin bukan sosok Totti atau Del Piero yang setia pada klub.