Jakarta, Lontar.id – “Tim saya bermain tidak dengan kekuatan penuh,” ujar pelatih Kaya FC, Noel Marcaida, usai pertandingan anak asuhnya melawan PSM Makassar, dalam jumpa pers di Stadion Pakansari, Bogor, 2 April 2019.
Hal ini bisa amini. Dalam beberapa kesempatan, saat pertandingan sengit itu, peluang berbahaya memang mampu dibuat anak-anak dari Kaya FC. Namun, mereka belum beruntung. Itu saja.
Pertandingan tersebut akhirnya adalah pertunjukan bagi siapa yang mampu memanfaatkan bola mati. Kaya FC cukup baik, karena mampu percaya diri kalau mereka akan menahan imbang PSM di Indonesia.
Mereka mampu memanfaatkan kesalahan pemain belakang PSM dengan baik. Sewaktu gol inilah, alarm tanda bahaya untuk PSM menyala dan berbunyi dengan nyaring. PSM akan menjalani fase sulit di pertandingan AFC mereka selanjutnya.
Seusai pertandingan, yang terpikir hanyalah model bagaimana lagi yang akan pelatih PSM, Darije Kalezic, turunkan. Beberapa kali ia bilang, kalau PSM belum menurunkan skuat terbaiknya sekarang.
Hal ini menjadi catatan bahwa, sekarang PSM tidak lagi dibebani pertandingan-pertandingan selain dari AFC Cup. Memang masih ada Piala Indonesia, namun itu tidak cukup mengganggu jadwal pertandingan PSM.
PSM sekarang lowong, dan tidaklah sepadat dulu ihwal laga yang akan dimainkannya. Waktu untuk fokus telah dipersiapkan dengan sangat besar. Publik berhak menanti permainan-permainan aktraktif para penggawa Pasukan Ramang.
Fokus pada pertandingan kemarin, PSM tampil dengan tenaga yang cukup baik. Rahmat dan Pellu sudah kembali. Meski begitu, pola bertahan dan menyerang belum mengalami peningkatan. Tentu saja, bermain di Indonesia menjadi satu nilai plus bagi anak asuh Darije, namun penampilan justru sebaliknya.
Dalam beberapa kesempatan, PSM sebenarnya bisa dengan mudah mengemas beberapa gol. Mereka bisa mengunci tiga poin dan mengirim sinyal kepada lawannya bahwa mereka sedang “membara” setelah gugur dari Piala Presiden, piala tempat mereka belajar dan mengetes pemain mudanya.
Kesempatan demi kesempatan mereka buat. Kerja sama apik Markkanen, Rahmat dan Zulham, bisa dibilang cukup baik. Iya, benar, dalam kesempatan mereka baik. Tapi untuk mencuri kemenangan, mereka payah. Sebiji gol yang dibuatnya pun menjadi perdebatan.
Untung saja pelatih Kaya mengaku tak mempersoalkan gol pertama PSM. Diakuinya, untuk mengomentari gol itu, ia tidak bisa. Apa pasal? Posisinya terlalu jauh untuk melihat dengan utuh, bagaimana dan di mana Markkanen jatuh. Bagaimana jika gol tersebut disoal?
Sementara Pluim dan Klok masih menjadi primadona pada klub kebesaran anak Makassar itu. Klok mundur sampai ke pertahanan, sementara Pluim mengatur pola serangan anak-anak PSM.
Pluim juga beberapa kali merepotkan barisan pertahanan Kaya. Ia mengirim umpan dan membuka peluang juga menciptakannya. Ia berkali-kali bekerja sama pada tukang gedor pertahanan Kaya, namun penyerang PSM belum bisa memanfaatkannya dengan sempurna.
Jika bukan penyerang PSM yang lambat mengeksekusi kesempatan tersebut, pasti pemain belakang Kaya yang dengan cepat menghalau bola dan menutup kesempatan manis itu. Sejauh mata melihat pertandingan kemarin, ketepatan yang seharusnya terus diasah para penyerang PSM.
Beda lagi dengan barisan pertahanan Juku Eja. Penampilannya masih sering membuat publik pecinta PSM gemas. Evans masih kurang nyetel dengan para pemain belakang PSM. Beberapa kali ia bikin sport jantung.
Dalam memegang bola, ia banyak menahannya berlama-lama. Untung saja Klok mendekat padanya, dan membuka kesempatan dirinya untuk mengoper pada gelandang bertahan PSM itu. Jika tidak?
Ada banyak pertanyaan beruntun yang harus dipertanggungjawabkan pelatih PSM, setelah komentanya akan menunjukkan permainan yang maksimal setelah beban mereka berkurang di kompetisi domestik.
Pertama, apakah itu skuat inti yang menurutnya sudah pakem? Sebab ia menjanjikan, akan menurunkan skuat terbaik setelah mempelajari PSM dalam beberapa pertandingan. Untuk begitu, ia bahkan menjadikan Piala Presiden sebagai ladang menyemai bibit mudanya.
Jika sudah pakem, masih adakah pemain yang lebih baik dari mereka dalam skuat PSM yang sekarang? Kalau iya dan hasilnya bikin tidak tenang melulu, pilihan line up yang bermasalah atau pemain yang inkosisten?
Kedua, Jika bukan skuat terbaik, lantas apa anggapan Darije soal pertandingan kemarin? Masih uji cobakah? Masih mau melihat potensi dan sedang bikin rancangan lagikah untuk final skuat atau winning eleven buat dia sendiri?
Ketiga, ia terus merotasi para pemainnya. Apakah itu beralasan? Bisa diambil satu jawaban yang barangkali berbunyi seperti ini: pemain-pemain lain, dalam sesi latihan bebas, ada yang menunjukkan performa yang meningkat dan menurun. Kami memilih pemain yang baik performanya.
Jika pemain yang baik performanya saja begitu, lantas yang buruk bagaimana, coach? Apakah PSM bisa membentuk permainan yang konsisten?
Para publik pencinta PSM sudah wajib gusar sekarang, sebab tantangan di depan mata Pasukan Ramang makin besar. Memang peluang belum tertutup peluang di AFC Cup, tetapi dua kali seri, dan sekali menang itu jadi catatan yang krusial.
Iya, benar, mereka menang besar melawan Lao Toyota. Tetapi bukan itu patokan skuat PSM sudah sangat baik, kan? Bangun! Permainan PSM masih tetap bisa dikoreksi. Mengapa mereka bisa kebobolan tiga gol?
PSM nantinya akan melakoni dua laga tandang, dan sisanya akan menjamu Home United lagi. Suporter PSM masih harus perang urat saraf dan belum bisa berbangga diri. PSM masih sangat mungkin untuk dikalahkan pada tiga laga sisa.
Belum lagi tim Liga 1 yang sudah berbenah di level kompetisi domestik yang tidak resmi. Mereka sungguhlah tidak boleh dipandang enteng. Semua klub berpotensi untuk menjegal niat PSM untuk menjadi jawara.
Jika tidak ada konsistensi permainan dan pemetaan skuat yang matang, bisa jadi akan ada yang tersingkir atau ada evaluasi besar-besaran di dalam tubuh PSM jelang Liga 1. Para pelatih dan pemain, siapkah kalian?