Saturday, June 7, 2025
Jaringan :   Cermis.id   Etnis.id
Lontar.id
  • PaliwaraNews
  • BiwaraIndepth
  • NusantaraBudaya
  • KanggaOlahraga
  • RagamHiburan
  • KolomOpini
No Result
View All Result
Lontar.id
Home Opini

Sumpah, Sampah, dan Pemuda: Jejak Narasi dan Deklarasi Kebangsaan

Oleh Ais Aljumah
1 November 2019
in Opini
Bentrok antara Siswa SMK dan Brimob

Demo mahasiswa pada 23 Oktober lalu di belakang gedung DPR RI. Sumber Foto: Lontar.id/Dumaz Artadi.

426
SHARES
Share on FacebookShare on Twitter

Sudah 91 tahun, sumpah itu diucapkan, oleh Jong Java, Jong Soematera, Pemuda Indonesia Sekar Roekoen, Jong Islamiten, Jong Bataksbond, Jong Celebes, Pemuda Kaum Betawi, dan Perhimpunan Pelajar Indonesia.

Tepat pada 20 Oktober 1928, ikrar tekatpun diucapkan: Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia; kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia; kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia. Suatu ikrar putusan kongres pemuda-pemuda Indonesia, atau yang saat ini dikenal sebagai Sumpah Pemuda.

Bukan sekadar ikrar biasa, atau putusan kongres yang bersifat seremoni biasa. Putusan pemuda ini dikemukakan melalui proses perdebatan yang panjang selama tiga hari lamanya. Perdebatan epistemik, ideologis, kebudayaan, sosiologis, politik dan nasionalisme.

Dari perdebatan itu, bukan sekadar menawarkan secarik tulisan, melainkan selaksa gagasan. Gagasan-gagasan itu diperdebatkan, dipertengkarkan, dihujam ke dalam isi kepala dan sanubari jiwa juang kaum bumi putera.

Mereka bukanlah kumpulan pemuda biasa. Mereka pemuda penuh isi kepala. Pemuda yang haus membaca. Orang-orang yang gila diskusi. Manusia yang memiliki visi peradaban. Idealismenya sekokoh karang. Prinsipnya segarang gelombang. Ketahanan mentalnya seangkuh rimba raya. Namun hatinya sepeka kopi hitam.

Dengan prinsip, idealisme dan pikiran besar yang mereka punya, bukan hanya ikrar identitas, tapi juga sekaligus deklarasi berdirinya bangsa Indonesia. Benar kita merdeka tahun 1945, namun itu hanyalah pembacaan demi pembacaan proklamasi berdirinya sebuah negara republik. Sebab sebagai sebuah bangsa kita telah lama ada.

Bukan hanya itu, dari peristiwa ke peristiwa heroik yang pernah ada. Yang menjejaki lanskap nasionalisme. Mulai dari peristiwa sumpah pemuda, proklamasi kemerdekaan, hingga peristiwa reformasi 1998. Bukanlah sekedar peristiwa politik, tetapi merupakan sebuah peristiwa pertengkaran pikiran, argumen dan ideologi.

Lalu setelah reformasi, apa lagi? Kosong!. Setelah itu hingga hari ini hanya omong kosong. Tidak punya isi. Isinya hanyalah pragmatisme, pengkhianatan, dan kemunafikan. Manusia-manusia di dalam masa ini, termasuk juga para aktivisnya dan intelektualnya, adalah makhluk hidup tanpa kepala. Ajaib.

Demikianlah masalah-masalah komplit yang hinggap di tubuh generasi kita. Ada intelektual tapi tidak peduli, ada yang peduli tapi tidak intelek. Ada juga yang tidak peduli sekaligus tidak intelek. Kita memerlukan orang intelek dan sekaligus punya kepedulian tinggi. Inilah yang disebut manusia yang bermanfaat. Yang tidak hanya bersumpah tetapi juga menepatinya.

Karena fakta hari ini, sumpah, sampah dan pemuda hampir serupa.
Tapi apapun masalahnya, jangan berhenti membaca. Kurangi komentar dan perbanyak mendengar. Jangan diam teruslah bergerak. Karena di era sulit ini, jangankan diam, bergerakpun sulit. Bicaralah dengan gagasan bukan dengan cacian, sampaikan argumen dengan rasional bukan dengan emosional.

Menjadikan pikiran sebagai pusat pergerakan, seperti hati yang menjadi pusat peraduan cinta dan rindu.

*Tulisan ini menjadi intisari dari makalah yang disampaikan dalam diskusi AIMI, Rabu (30/10/2019), Ciputat, Tangerang Selatan.

Penulis: Alfarisi Thalib Direktur Eksekutif Indonesia Political Studies (IPS)

Share170Tweet107Share43SendShare
ADVERTISEMENT
Previous Post

Akhir Pekan Ini, Run Makassar Half Marathon Digelar

Next Post

SYL: Saya Harap Pak Jokowi Tak Menyesal Pilih Saya

Related Posts

Opini

by Dumaz Artadi
21 June 2022

Lontar.id - Seiring berjalannya waktu, tuntutan masyarakat pada peningkatan kinerja pemerintah semakin tinggi. Tata kelola pelayanan administrasi yang handal, profesional,...

Read more
Khutbah Fahmi Salim: Tabah Menyikapi Takdir di Tengah Wabah

Khutbah Fahmi Salim: Tabah Menyikapi Takdir di Tengah Wabah

24 May 2020
Wabah Virus Covid-19 di China Diperkirakan Berakhir April 2020

Peluang Akselerasi Pendidikan 4.0 di Tengah Covid-19

19 April 2020
Gini Nih Kalau Pendidikan Seks Dianggap Tabu

Gini Nih Kalau Pendidikan Seks Dianggap Tabu

28 February 2020
Wanita Pembawa Anjing Masuk Masjid dan Sikap Kita

Setengah Toleransi

22 December 2019
Demokrasi Desa dan Ember Suara

Demokrasi Desa dan Ember Suara

7 December 2019
Lontar.id

PT. Lontar Media Nusantara

Follow us on social media:

  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
  • Redaksi

© 2019 Lontar.id - Aktual Relevan Menyegarkan

No Result
View All Result
  • PaliwaraNews
  • BiwaraIndepth
  • NusantaraBudaya
  • KanggaOlahraga
  • KolomOpini
  • RagamHiburan
  •  Etnis.idwarta identitas bangsa
  •  Cermis.idaktual dalam ingatan

© 2019 Lontar.id - Aktual Relevan Menyegarkan

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In