Lontar.id — Nenek moyang umat manusia Adam bersedih. Habil salah satu putra terbaiknya tewas di tangan saudaranya sendiri, Qabil. Dibalik duka yang mendalam, sang pencipta menganugerahi Adam sebuah hadiah. Syits.
Syits sendiri memiliki arti yang ditunjukan ditempatkan atau hadiah. Dia salah satu anak Adam yang juga diberi gelar kenabian. Syits kelak akan memainkan peran penting dalam menegakkan syariat. Disamping karena usia Adam yang semakin lanjut membuatnya tak mampu lagi leluasa untuk memberikan peringatan kepada anak-anaknya. Terutama pasca peristiwa Qabil dan Habil.
Dan sejak Adam wafat, Syits pun memegang alih kendali kepemimpinan ayahnya. Seperti wasiat yang diterima, Syits harus menunjukkan sisi keadilan dan persatuan serta menegakkan hukum Allah. Namun iblis tak berhenti sampai disitu saja. Qabil yang telah berpaling dan membentuk basis tersendiri telah memiliki anak keturunan yang jumlahnya terus berkembang. Bahkan melebihi orang-orang yang bersama Syits.
Qabil atau Kane sendiri diriwayatkan memiliki sifat serakah dan sombong. Dia memiliki karakter yang keras. Qabil pun memutuskan pergi sendiri ke suatu tempat yang sangat jauh. Sementara Syits telah menerima perintah dari Allah di dalam syariatnya bahwa dilarang untuk bercampur dan berbaur bersama orang-orang yang telah pergi ke golongan Qabil.
Antara kaum Syits dan Qabil ada perbedaan tanda dari golongan mereka. Para pria dari pihak Qabil memiliki wajah yang jelek sementara para wanitanya memiliki wajah yang cantik. Kaum Syits sebaliknya, memiliki pria tampan dan wanita yang tak cantik.
Munculnya Alat Musik
Berdasarkan riwayat dikisahkan bahwa Iblis mengubah dirinya dalam bentuk seorang lelaki muda layaknya seorang pencari kerja dan dia pergi ke pandai besi yang biasa bekerja dengan logam dan dia bekerja untuk pandai besi tersebut. Dan apa yang dilakukannya? Iblis menciptakan sebuah seruling. Dan dengan seruling tersebut si iblis lalu memperkenalkannya ke semua orang.
Dari seruling itu keluar suara yang mendayu-dayu. Suara yang sangat asing ditelinga umat manusia kala itu lantaran baru memasuki awal zaman kehidupan manusia. Sang iblis pun juga menciptakan sebuah gendang.
Suara dari seruling dan gendang itu pun menarik perhatian. “Suara apa itu?” kata kerumunan orang-orang. Mereka akhirnya ikut menabuh dan memainkan seruling itu.
Awal Mula Perzinahan
Kaum Syits juga turut mendengar alunan musik yang tercipta. Mereka juga memuji akan kemajuan dari orang-orang dari golongan Qabil. Perlahan kaum Syits karena didorong rasa penasaran mulai berbaur. Syits berulang kali memberi peringatan namun tak diindahkan.
Wanita-wanita dari kaum Qabil yang cantik akhirnya berbaur dengan pria tampan dari kaum Syits. Mereka saling mengagumi. Dipertemukan lewat sebuah alat musik. Dan tanpa sadar mereka akhirnya terjebak pada perzinahan.
Perang Antara Pengikut Syits dan Qabil
Dikisahkan pula Syits mengajak keturunan Adam lainnya untuk memerangi Qabil. Ternyata para anak-anak Adam terbagi menjadi dua kelompok. Ada yang ikut dengan nabi Syits dan ada pula yang mengikuti Qabil. Dua kelompok tersebut menggunakan tanda-tanda khusus untuk mengenali pihaknya.
Kelompok yang mengikuti nabi Syits A akhirnya berperang dengan kelompok yang mendukung Qabil. Inilah peperangan pertama yang terjadi di muka bumi. Akhirnya pihak nabi Syits AS memenangkan pertempuran dan selanjutnya menawan Qabil di sebuah tempat yang panas hingga dia meninggal.
Sebelumnya kematian Qabil, dia menanyakan pada nabi Syits, kenapa beliau tidak menjaga persaudaraan di antara mereka. Nabi Syits kemudian mengatakan kenapa Qabil sendiri tidak menjaganya. Akhirnya Qabil dibelenggu hingga akhir hayatnya.
Nasihat Adam kepada Syits
1. Janganlah kamu merasa tenang dan aman hidup di dunia. Karena aku merasa tenang hidup di surga yang bersifat abadi, ternyata aku dikeluarkan oleh Allah daripadanya.
2. Janganlah kamu bertindak menurut kemauan hawa istri-sitri kamu. Karena aku bertindak menurut kesenangan hawa istriku, sehingga aku memakan pohon terlarang, lalu aku menjadi menyesal.
3. Setiap perbuatan yang kamu lakukan, renungkan terlebih dahulu akibat yang akan ditimbulkan. Seandainya aku merenungkan akibat suatu perkara, tentu aku tidak tertimpa musibah seperti ini.
4. Ketika hati kamu merasakan kegamangan akan sesuatu, maka tinggalkanlah ia. Karena ketika aku hendak makan syajarah, hatiku) merasa gamang, tetapi aku tidak menghiraukannya, sehingga aku benar-benar menemui penyesalan.
5. Bermusyawarahlah mengenai suatu perkara, karena seandainya aku bermusyawarah dengan para malaikat, tentu aku tidak akan tertimpa musibah.