Lontar.id – Ada yang berubah pada tata cara memandu wisata di situs Taman Sari, Yogyakarta, sejak kembali di buka pada 8 Juli 2020. Kini para wisatawan bisa lebih nyaman berpose di beberapa spot yang ada di deatinasi wisata dalam kota tersebut.
Sejak mulai dibuka kembali, ada jeda waktu sekitar 10 menit antara kelompok wisatawan yang masuk ke area Taman Sari, dengan kelompok wisatawan berikutnya. Jumlah per kelompok pun dibatasi maksimal 10 orang.
Dengan diberlakukannya sistem itu, maka tidak akan terjadi penumpukan wisatawan di dalam area Taman Sari. Sehingga mereka bisa lebih bebas berpose tanpa terganggu oleh orang-orang lain di sekitar obyek foto.
“Agar tidak ada penumpukan. Di satu spot kita rata-rata berhenti delapan sampai 10 menit,” kata Ketua Umum Paguyuban Pramuwisata Taman Sari Yogyakarta (PPTSY) Agus Purwanto, Jumat, 10 Juli 2020.
Dia mengatakan, untuk keamanan dan kenyamanan semua pihak, baik wisatawan maupun pemandu wisata atau warga sekitar, pihaknya juga telah menerapkan aturan lain yang wajib dipatuhi oleh wisatawan maupun pemandunya.
Pemandu wisata harus dalam kondisi prima, wajib mengenakan masker, faceshield, dan membawa hand sanitizer. Sementara, wisatawan dilarang berinteraksi secara langsung dengan warga sekitar, misalnya berhenti dan bercakap-cakap. Kedua, dilarang menyentuh bangunan apa pun. Pengunjung juga wajib diperiksa suhu tubuhnya.
Hak lain yang dilakukan oleh PPTSY adalah membagi pemandu wisata yang bertugas menjadi dua tim, yakni Tim Guide bertugas mengantar wisatawan berkeliling dan Tim Support yang membantu Tim Guide dalam mengestimasi waktu kunjungan.
Pemandu wisata yang sudah mengantar wisatawan, wajib melapor ke TIC (tourist information center) kemudian mereka menggantikan Tim Support. Sementara Tim Support beralih tugas menjadi Tim Guide.
Dari sekitar 80 pemandu wisata yang ada di tempat itu, PPTSY membagi mereka menjadi tiga grup, yang berisi 23 orang. Masing-masing grup bertugas sesuai dengan jadwal yang diberikan, yakni sehari bekerja dan dua hari libur.
Pembagian pemandu wisata menjadi tiga grup atau kelompok, menurutnya agar tercipta rasa keadilan. Sebab pada hari biasa belum tentu mereka mendapatkan tamu.
“Kita ada istilah adil dan merata. Semua memiliki kesempatan untuk mengantar wisatawan dan mendapatkan hasil, tapi mereka juga mempunyai tanggung jawab untuk membantu teman-teman lain dalam melaksanakan rule perjalanan wisata di kompleks ini,” beber Agus.
Sementara, seorang pemandu wisata, Salsa, 20 tahun, mengatakan hal yang sama. Menurutnya, dalam sehari kedua puluh tiga orang ini akan bergantian mengantarkan wisatawan, dengan harga jasa yang harus dibayar oleh eisatawan sebesar Rp100 ribu.
“Kalau dulu kan setiap hari kita bisa cari tamu nih, dan jamnya flexibel, nggak ditentuin atau dipatok. Kalau sekarang, berangkat harus jam setengah delapan, pulang jam lima. Bener-bener pakai jam kerja. Kalau dulu kan orang ngeliat guide itu santai, cuma kayak orang main tapi dibayar,” urainya.
Dengan sistem baru tersebut, menurut Salsa, pemandu menjadi lebih tertata. Tapi wisatawan yang sudah memiliki pemandu langganan, akan lebih sulit diantar oleh pemandu yang disukainya, sebab untuk membuat janji menjadi lebih sulit.
“Sekarang nggak bisa begitu, karena ada jadwalnya. Jadi kalau belum waktunya dia bawa tamu ya nggak bisa,” tambah Salsa.