Dear, Fujiko F Fujio dan Akira Toriyama. Terima kasih, karena Doraemon dan Son Goku telah menjadi bagian masa kecil kami. Dari karyamu, sesungguhnya kami telah belajar bijak.
Jakarta, Lontar.id – Akhir pekan selalu dinanti saat itu. Televisi swasta tahu betul cara membuat kami, anak kecil nan lugu tak beranjak dari depan televisi. Bahagia betul, saat serial kartun secara bergiliran tayang. Dari Doraemon hingga Dragon Ball. Merekalah pahlawan imajinasi dan menginspirasi.
Yang namanya anak kecil, kita selalu berandai-andai memasuki dunia mereka. Terutama saat Goku dalam keadaan terdesak di hadapan musuh. Atau kita dalam masalah dan berharap Doraemon dengan kantong ajaibnya datang menolong. Seandainya.
Tapi sudahlah, Goku punya dunianya sendiri. Doraemon juga demikian. Kami cukup mengamati alur ceritanya saja. Sebagai anak kecil, kami ikhlas saja. Intinya kami punya bekal cerita, menerka lanjutan kisahnya bersama teman di sekolah.
Beranjak dewasa kami baru sadar. Goku dan kawan-kawan seangkatannya di anime maupun juniornya (belakangan rilis) rupanya selama ini telah membangun komunikasi dengan kami. Tanpa disadari.
Mereka ingin menyampaikan pesan yang kelak itu akan berguna ketika kami dewasa. Dari kalimat-kalimatnya. Terungkap motivasi, atau pesan agar kami kuat menjalani hidup. Sebagaimana para tokoh anime itu.
“Kita tidak bisa menyerah hanya karena segala sesuatu tidak sesuai harapan,” kata Picollo salah satu tokoh dalam serial Dragon Ball.
Goku menjadi figur sentralnya. Sebelum dia menapaki karier hingga menjadi petarung terkuat di galaksi, coba mundur ke belakang saat Goku bukanlah siapa-siapa. Dia hanya lelaki lugu yang punya tekad kuat menjadi petarung hebat. Untuk bisa sampai ke fase itu, perjuangan yang dilalui tidaklah mudah.
Semakin beranjak dewasa, tokoh antagonis yang dihadapi juga semakin hebat dengan jurus yang kerap sulit diterima nalar. Hingga ada satu titik dimana Goku mustahil mengalahkan musuhnya itu. Namun tekadnya yang kuat pada akhirnya Goku mendapatkan posisi terhormat di antara makhluk terkuat. Bahkan sang Dewa menyanjungnya. Kata Pan anak Son Gohan, keberanianmu adalah kekuatanmu.
Semakin Goku dewasa dan semakin kuat musuh yang dihadapi seperti itulah cobaan yang dihadapi kita ke depannya. Semakin bertambah usia tantangan itu akan semakin hebat. Makan lawanlah. Jangan menyerah.
Tekad dan Keinginan yang Berbicara
Bagaimana pun canggihnya alat yang dikeluarkan Doraemon, tetap saja kelimpungan mengurus satu bocah yang bernama Nobita. Robot kucing dari abad 21 itu benar-benar dibuatnya repot.
Nobita pun pada saatnya sadar tentang sikapnya selama ini. Cengeng dan malasnya tak membuatnya berarti apa-apa, bahkan bantuan Doraemon sekalipun. “Aku sudah berjanji padamu Doraemon. Jadi aku akan berusaha dengan kemampuanku sendiri,” kata Nobita. Doraemon pun membalasnya. “Kita masih bisa mengubah masa depan jika kita semangat.”
Jadi kita tak perlu jurus kamehame untuk bisa melapangkan semua tujuan hidup. Cukup dengan mencontoh sikap istiqomah Goku dan ikhtiar Doraemon bersama Nobita dalam menciptakan masa depannya sendiri. Para tokoh kartun itu telah menemukan jalan di kehidupannya masing-masing. Lalu bagaimana dengan kalian?