Lontar.id – Isu tentang keperawanan seperti selalu ‘seksi’ untuk dibahas dan diulas. Seperti hari ini, tagar perawan menjadi trending di Twitter.
Hampir semua hal tentang keperawanan, viral di dunia maya. Mulai dari sekolah yang mewajibkan tes keperawanan untuk calon siswa, hingga yang terbaru, tentang atlet yang dikabarkan batal mengikuti SEA Games 2019 karena dituding tidak perawan.
Dari pemberitaan beberapa media dalam jaringan (daring), atlet tersebut merupakan atlet senam. Menurut pengakuan keluarganya, siswi kelas 3 SMA yang telah mengoleksi puluhan medali itu, dipulangkan paksa karena alasan keperawanan.
Pihak keluarga pun memeriksakan si atlet ke rumah sakit, dan hasilnya, selaput dara gadis itu masih utuh.
Jika yang dikatakan pihak keluarga itu benar, bahwa dia dipulangkan karena tudingan tidak perawan, maka hal itu sungguh menjadi hal yang sangat aneh. Bagaimana tidak, keperawanan membatalkan seorang atlet membela negaranya.
Di mana hubungan antara keperawanan seseorang dengan prestasi seorang atlet?. Sungguh sangat menggelikan. Jauh lebih menggelikan daripada ditolak oleh seorang gadis sebelum menyatakan cinta.
Untung saja isu itu dibantah oleh pihak Kementerian Pemuda dan Olahraga. Tidak tanggung-tanggung, Menpora, Zainuddin Amali sendiri yang langsung mengklarifikasi.
Menurut Zainudin, pihak Persani (Persatuan Senam Indonesia) menjelaskan padanya, bahwa atlet itu dipulangkan bukan karena alasan keperawanan, tapi karena prestasinya. Dia digantikan oleh atlet lain yang peringkatnya jauh lebih tinggi.
Atlet tersebut juga disebut tidak disiplin dan tidak fokus dalam menjalani latihan, yang berdampak pada penurunan prestasi.
Terlepas dari kasus atlet tadi, tudingan tidak perawan, dalam artian rusak atau robeknya selaput dara, seperti momok yang sangat menakutkan bagi perempuan lajang.
Selaput dara menjadi sesuatu yang sangat diagungkan. Seorang gadis mungkin akan sangat ketakutan saat mengetahui selaput daranya robek, meski dia belum pernah sekali pun melakukan hubungan seks.
Padahal keperawanan bukan sekadar selaput dara yang utuh. Karena banyak hal yang bisa membuat ‘hal terpenting” itu robek.
Menurut beberapa artikel, robeknya selaput dara tergantung pada elastisitas dan ketebalannya. Dalam kasus tertentu, bisa saja selaput dara itu tidak robek meski beberapa kali berhubungan seks. Tapi, apakah itu berarti dia masih perawan?.
Perawan atau tidaknya seseorang, sangat tergantung dari sisi kita melihatnya. Begitu pun dengan seberapa penting keperawanan, tergantung bagaimana kita menyikapinya.
Mungkin keperawanan menjadi penting saat seorang pemuda akan menikahi seorang gadis. Tapi, pembuktian keperawanan seseorang bukan hal yang mudah.
Jika mengacu pada kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), gadis perawan memiliki dua arti. Pertama, anak perempuan yang sudah patut kawin; anak dara; gadis. Kedua, belum pernah bersetubuh dengan laki-laki.
Dengan kata lain, tes keperawanan yang mengacu pada keutuhan selaput dara, tidak relevan untuk membuktikan keperawanan seseorang. Lalu, untuk apa dilakukan tes keperawanan?
Mungkin akan ada yang mengaitkan keperawanan seseorang dengan moral. Ya, kemungkinan itu ada. Bisa saja ketidakperawanan seseorang disebabkan oleh perbuatan amoral. Tapi, tidak semua seperti itu.
Pemerkosaan bisa menjadi penyebab seseorang tidak perawan. Mungkin saja korban perkosaan tidak melapor, atau tidak memberi tahu siapapun karena malu.
Bukan hanya malu. Tidak menutup kemungkinan dia mengalami trauma. Pertanyaan tentang keperawanan, bisa jadi membawanya memorinya kembali ke masa lalu.
Pria mungkin akan mengatakan dia menerima apa adanya. Tapi, bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah, itu akan mengorek luka lama, dan menimbulkan rasa bersalah.
Pertanyaan itu membuatnya berada dalam dilema. Dia bisa saja berkata jujur, tapi kejujuran itu akan menghantuinya seumur hidup. Jika pun dia berbohong, rasa bersalahnya juga akan dibawa seumur hidup.
Lalu, apa gunanya membahas hal itu dengan calon istri? Bukankah pernikahan dilakukan untuk saling membahagiakan? Toh keperawanan itu nantinya juga akan hilang saat sudah menikah.
Apakah ini berarti pembelaan terhadap wanita lajang yang sudah tidak perawan? Jawabnya, bukan. Menjaga kesucian tetap menjadi hal penting.
Tapi, masih banyak hal lain yang lebih penting daripada sekadar label perawan, atau pertanyaan tentang itu. Kecuali jika otak dan pikiran hanya diisi dengan selangkangan dan seks semata.
Membahas mimpi-mimpi besar yang harus diraih, pasti akan lebih mengasyikkan. Setidaknya, tidak menyakiti siapa pun.
Jadi, masihkah keperawanan penting untuk diperdebatkan? Masih perlukah menanyakan keperawanan pada wanita pilihan kita?