Selama beberapa pertandingan yang sudah dilakoninya baik liga domestik dan internasional pada musim 2018/2019, Coutinho belum menunjukkan permainan di atas rata-rata. Bisa dibilang, performanya menurun.
Jakarta, Lontar.id – Dibeli dari Liverpool dengan harga fantastis, Coutinho, entah mengapa belum bisa nyetel secara utuh dengan permainan Barcelona.
Sempat diproyeksikan sebagai pengganti Iniesta, Coutinho disimpan Ernesto Valverde sebagai sayap kiri, lama kelamaan Valverde sering sekali menukar tugasnya jadi gelandang serang. Belum ditemukan racikan yang cocok untuk memplot sayap timnas Brazil itu.
Kurang mampu memanfaatkan umpan satu dua di Barcelona, Coutinho sekarang ini tampak lebih egois dan berusaha untuk mengelabui semua pemain lawan. Bola jadi gampang putus kalau di kakinya.
Semalam, gerak-gerik itu ditunjukkan kala melawan Leganes. Cou seperti terbebani dengan posisinya. Ia bertandem dengan Alena yang unggul dalam kolektivitas, sementara di sisi sayap, ia melihat Dembele begitu taktis dalam mengolah si kulit bundar.
Sejauh ini, Coutinho mempertontonkan permainan yang monoton dan gampang dibaca. Sungguh membosankan. Entah mengapa, Valverde terus memberinya kepercayaan.
Kontras sekali saat baru menginjakkan kaki di Barcelona. Coutinho tampak superior. Langsung bisa bekerja sama dengan penyerang lain, serta ngotot, membuat publik Catalan sumringah.
Teknik plessing yang kerap ditampilkan, awalnya membuat suporter berdecak kagum. Tidak masalah jika gaya bermain itu terus dipupuk. Namun, lama kelamaan, pola itu jadi gampang dibaca.
Bek-bek lawan sudah tahu pergerakan Coutinho di pelbagai posisi dan dengan sigap menutup ruang gerak dan tembaknya. Lagi-lagi, kondisi buruk yang menerpa Coutinho harus berimbas ke pemain muda Azulgrana yang butuh jam terbang.
Buntut dari itu semua adalah saat ia dicadangkan oleh Valverde. Pilihan pemain sayap Barcelona terbilang cukup mumpuni. Suarez di kiri, Dembele di kanan. Begitupun dengan pemain tengah. Tidak usah disebutkan, semua orang juga tahu.
Dipikir tak memberi warna baru dan menyulitkan pola permainan, Manchester United dan Chelsea disebut-sebut kepincut mendatangkan Cou. Di Chelsea, ia diharapkan menjadi pengganti Hazard yang senang mendobrak. Liga Inggris dianggap cocok untuknya.
Sementara di Manchester United, ia bisa jadi tandem Pogba. Pogba yang tenang di lini tengah dan mampu menjadi kreator serangan terdengar menarik jika disandingkan dengan Cou yang bisa menjelajah lini tengah serta punya cukup kemampuan menggocek.
Selain itu, The Red Devils ingin memperkuat skuat untuk kompetisi musim mendatang setelah menjalani masa yang sulit di bawah asuhan Jose Mourinho, meski kembali menanjak di bawah kendali manajer interim Ole Gunnar Solskjaer.