Lontar.id– Secanggih apapun tekhnologi, setinggi apapun pengetahuan manusia tentang modernisasi, tidak ada yang bisa mengalahkan kearifan lokal orang Indonesia. Imajinasi kita terhadap segala sesuatu yang sifatnya mistis, primitif, bahkan gaib tidak lekang oleh waktu.
Kalau ditelisik lagi, setiap peristiwa yang berbau gaib dapat dengan mudah viral. Mulai dari bayi bermata satu, manusia titisan Nyi Roro Kidul dan baru-baru ini heboh berita Ningsih Tinampi dan Keraton Agung Sejagat (KAS).
Sebelum heboh KAS, masyarakat Indonesia sempat heboh dengan pengakuan Ningsih Tinampi yang bisa melihat dan berkomunikasi dengan Rasul. Selain itu, Ningsih juga disebut mampu mengobati orang-orang yang kena santet, guna-guna, dan penyakit semacamnya. Tidak tanggung-tanggung, tempat pengobatannya ramai didatangi orang setiap hari.
Banyak netizen mengatakan Ningsih hanya berhalusinasi mampu bertemu Rasul, di sisi lain banyak pula netizen yang memberikan pembelaan. Mereka yang membela Ningsih mengatakan, itu tidak mungkin sebab terbukti, orang silih berganti mendatangi tempatnya untuk berobat. Dengan kata lain, pengobatannya ampuh sehingga orang-orang berdatangan.
Belum selesai dengan berita heboh Ningsih, muncul kembali berita yang tidak kalah geger, namun berita ini lebih bikin kita geleng-geleng kepala. Saya sendiri berharap ini hanyalah sebuah prank. Maksudnya, dulu saat kecil saya juga pernah jadi ratu yang punya raja tapi tentu itu hanyalah imajinasi polos anak kecil. Namun, seorang laki-laki yang diketahui bernama Toto Santoso berani mewujudkan kerajaan itu. Ia mendirikan sebuah kerajaan yang diberi nama Keraton Agung Sejagat (KAS).
Seperti saat dulu saya menjadi ratu, Toto yang dalam kerajaannya disebut maharaja agung juga memiliki permaisuri bernama asli Dyah Gitarja tapi dipanggil Kanjeng Ratu. Belakangan terungkap ternyata dalam kehidupan “nyata” mereka bukanlah pasangan. Akan tetapi, belum berdiri lama dan belum sempat menguasai dunia, mereka dan beberapa pengikutnya telah ditangkap oleh aparat kepolisian.
Kasus ini terus didalami polisi dan terungkap tidak hanya di Purworejo saja sang ‘raja’, Toto Santoso, punya kerajaan di beberapa daerah. Bukan hanya di Jawa, tapi hingga di Lampung. Dari pengakuan Toto, kerajaannya selain di Purworejo juga ada di Klaten, Yogyakarta, dan Lampung. Nama kerajaannya sama yaitu Agung Sejagat.
“Tempat lain dari hasil interogasi tidak di Purworejo saja, salah satunya di Klaten, Yogya, Lampung. Kerajaannya sama, Agung Sejagat, raja juga sama,” kata Kabid Humas Polda Jateng, Kombes (Pol) Iskandar Fitriana Sutisna, seperti dikutip pada detikcom.
Jika diperhatikan lebih seksama, KAS ini seperti mencoba merekonstruksi kerajaan-kerajaan yang ada di nusantara. Lihat saja, pakaian kebesaran maharaja dan kanjeng ratunya serta para pengkutnya yang samasekali tidak menyerupai pakaian nusantara. Bahkan, beberapa netizen menyebut pakaian mereka serupa seagam marching band. Akan tetapi, ironisnya mereka mengaku sebagai penerus Kerajaan Majapahit. Selain itu, dalam pengakuannya, Toto mengatakan KAS berdiri dengan tujuan untuk mempertahankan kebudayaan nusantara.
Apakah ini sebuah modifikasi dari sistem kerjaan lama untuk menunjukkan kerajaan yang lebih milenial sehingga dapat diterima? Namun, yang lebih menegangkan setelah berita ini heboh, bermunculan informasi tentang ditemukannya kerajaan-kerajaan lain Keraton Djipang dan Kekaisaran Sunda. Ada dua kemungkinan jika berita ini terus-menerus memantik perhatian masyarakat. Pertama, menjadikan masyarakat sensitif dengan fenomena keberadaan kerajaan di Indonesia. Kedua, bisa jadi trend baru buat kerjaan secara “sepihak” seperti itu. Wah, Indonesia memang seru!