Lontar.id – Sebanyak 16 orang meninggal dan 66 lainnya hilang akibat banjir bandang yang menerjang Kabupaten Luwu Utara (Lutra), Sulawesi Selatan, pada Senin, 13 Juli 2020.
Jumlah tersebut berdasarkan data sementara posko induk penanggulangan bencana di Luwu Utara. Ke-16 jenazah tersebut kemudian disemayamkan di tiga tempat, RS Hikmah, RSUD Andi Djemma dan Puskesmas Baebunta.
Selain itu 10 warga ditemukan dalam keadaan selamat tapi luka-luka dan 66 lainnya masih dalam pencarian.
Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani berharap, bencana banjir bandang yang melanda wilayahnya, segera mendapatkan perhatian penanganan tanggap darurat.
“Persoalan bukan lagi bencana nasional, tapi kita berharap segera mendapat perhatian penangangan tanggap darurat di tempat ini,” jelasnya, Selasa, 14 Juli 2020.
Ia mengaku, tim sudah bergerak sejak Senin malam melakukan pendataan kepada para warga korban bencana banjir bandang di Masamba dan Baebunta. “Harapannya titik-titik yang kita ketahui dan nanti suplai distribusi logistiknya juga dapat lebih lancar,” lanjut Indah.
Bencana banjir bandang di Lutra juga turut menerjan rumah jabatan bupati. Karena itu, sementara waktu, Bupati Indah bersama keluarga mengungsi ke rumah salah satu pejabat pemerintah, yang lokasinya tidak jauh dari Rujab Bupati dan relatif lebih aman.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Raditya Jati, menjelaskan, selain korban meninggal dan hilang, sekitar 4.930 keluarga terdampak banjir bandang di enam kecamatan tersebut, yakni Kecamatan Masamba, Sabbang, Baebunta, Baebunta Selatan, Malangke dan Malangke Barat.
Banjir diakibatkan oleh hujan dengan intensitas tinggi, yang menyebabkan debit air meningkat di Sungai Masamba, Rongkang dan Sungai Rada.
Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB melaporkan bahwa PLN masih melakukan perbaikan jaringan listrik, dan BPBD setempat bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) Luwu Timur dan Kota Palopo telah melakukan kaji cepat di lapangan.
“Di lapangan, ada kendala pascabanjir, yaitu jalan lintas provinsi tertimbun material lumpur sehingga menutup akses menuju pos komando utama dan lokasi terdampak. Personel di lapangan harus memutar sejauh 10 km dalam mengakses lokasi terdampak. Saat ini hanya provider XL yang dapat digunakan masyarakat setempat,” ungkap Raditya