Lontar.id – Umat muslim dunia membelanjakan sekitar 2 triliun dolar AS untuk kebutuhan makanan, farmasi, kosmetik, fesyen, pariwisata, dan sektor-sektor syariah lainnya pada periode 2020 hingga 2021.
Pernyataan itu disampaikan oleh Wakil Presiden (Wapres) RI, KH Ma’ruf Amin dalam sambutannya pada Indonesia Halal Industry Award 2021, Jumat, 17 Desember 2021.
“Pasar industri halal dunia sangat besar dan terus berkembang. Umat muslim dunia membelanjakan sekitar 2 triliun dolar AS untuk kebutuhan makanan, farmasi, kosmetik, fesyen, pariwisata, dan sektor-sektor syariah lainnya pada periode 2020 hingga 2021,” urainya.
Perkembangan tersebut, menurut Ma’ruf, tidak lepas dari meningkatnya jumlah penduduk muslim dunia, ekonomi negara-negara muslim, kepatuhan umat muslim seiring dengan pengarusutamaan gaya hidup halal, serta faktor-faktor lain, seperti konektivitas, kesehatan, dan perkembangan merek global.
Bagi umat muslim, memilih produk halal adalah bagian dari keimanan. Namun, produk halal sesungguhnya memiliki keunggulan di luar perintah agama, seperti kebersihan dan kesehatan.
Daging Halal Disukai Nonmuslim
Produk halal, kata Ma’ruf, memberikan ketenangan bagi konsumennya. Hal ini menjadikan produk halal, seperti makanan, minuman, pakaian, obat-obatan, semakin diminati oleh beragam kalangan masyarakat, di luar agama dan kepercayaannya, hingga berkembang menjadi bagian dari gaya hidup dan menjadi tren kompetisi perdagangan global.
“Bahkan, di beberapa negara seperti di Australia dan beberapa negara maju justru daging halal lebih disukai oleh mereka yang juga non-muslim.”
Seiring dengan peningkatan pasar konsumen produk halal, persaingan produsen produk halal tidak dapat dihindarkan.
Produk halal tidak hanya diproduksi oleh negara-negara muslim, tetapi juga banyak diproduksi oleh negara-negara non-muslim seperti Thailand, Australia, Amerika Serikat, Brazil, China, Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan.
“Korea Selatan itu semua aktif untuk mempromosikan, mendorong produk-produk halalnya, menterinya, gubernurnya, semua karena mereka menginginkan produknya menguasai pasar dunia.”
“Ketika saya pernah ke Korea sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia, ditemui oleh menterinya, ditemui oleh gubernurnya untuk memperoleh pengakuan sertifikat halal. Seperti itu mereka,” lanjut Ma’ruf.