Sunday, May 18, 2025
Jaringan :   Cermis.id   Etnis.id
Lontar.id
  • PaliwaraNews
  • BiwaraIndepth
  • NusantaraBudaya
  • KanggaOlahraga
  • RagamHiburan
  • KolomOpini
No Result
View All Result
Lontar.id
Home Budaya

Kitab Centhini dalam Falsafah Persetubuhan

Oleh Ais Aljumah
3 February 2019
in Budaya
Kitab Centhini dalam Falsafah Persetubuhan
275
SHARES
Share on FacebookShare on Twitter

Lontar.id – Ada kekagetan setelah menulis tentang Assikalaibineng, Kitab Persetubuhan Bugis yang ditulis oleh Muhlis Hadrawi. Beberapa teman yang merespon tulisan itu mengaku tidak tahu sebelumnya jika ada kitab persetubuhan Bugis (Assikalaibineng). Pasalnya, kitab-kitab persetubuhan seperti itu memang selalu ada hampir di semua suku di nusantara. Sayangnya memang, tak semua orang bisa membuka tabirnya.

Tak heran, hampir semua yang belum pernah mengetahui sebelumnya, berbondong-bondong menanyakan bagaimana cara mendapatkan kitab tersebut.

Baca Juga: Membaca Assikalaibineng, Kitab Persetubuhan Bugis

Salah satu teman saya dari Jawa memberi komentar jika dalam suku Jawa ada yang dimaksud dengan Centhini. Memang, kitab Centhini lebih sering kita dengar dibandingkan kitab Assikalaibineng. Akan tetapi, pandangan yang tidak mapan tentang cerita-cerita dalam kitab Centhini masih sering ditemukan.

Guru saya berkata, “Kitab Tjenthini mengisahkan kehidupan sehari-hari dalam masyarakat dalam falsafah persetubuhan. Tubuh manusia adalah bagian penting dari keberalaman. Sebagai wadah yang fana tidak selayaknya bersenggama hanya bermakna erotisme bukan perjalanan mendasar keberhidupan.”

Kata-kata teman saya yang berusaha menyoal kembali pemaknaan mainstream tentang kitab Centihini agaknya berkaitan dengan apa yang ditemukan oleh Elizabeth D Inandiak saat pertama kali menerjemahkan Centhini dari Bahasa Prancis ke Indonesia. Inandiak berkata jika kita ingin memaknai erotika maka perlu menelusuri perjalanan bahasa yang panjang sebab bahasa erotika sendiri berasal dari Barat.

Serat Centhini atau lebih lengkapnya Centhini Tambangraras-Amongraga, ditulis pada tahun 1814 sampai 1823 oleh Adipati Anom Amangkunagara III. Ia adalah putera mahkota kerajaan Surakarta, yang kemudian menjadi raja dengan gelar Sunan Paku Buwana V (1820-1823). Adapun anggota tim penulis diantaranya, Kiai Ngabei Ranggasutrasna, Kiai Ngabei Yasadipura II, dan Kiai Ngabehi Sastradipura.

Centhini banyak diklaim sebagai salah satu karya sastra terbesar di dunia. Kehadirannya mengupas kehidupan manusia yang erotik sekaligus mistik dan dengan penggambaran yang sangat metaforis dan alegoris. Karenanya banyak peneliti dan petinggi suku Jawa yang mengatakan jika serat Centhini terlalu suci untuk dibaca, alih-alih untuk diterjemahkan. Meski demikian, bagi sebagian pihak, Centhini justru terlalu kotor.

“Demikianlah, selama satu abad lebih kerohanian yang terlalu tinggi dan syahwat yang terlalu bejat telah menghalangi penerjemahan suluk erotik dan mistik itu,” tulis Inandiak dalam makalahnya yang dipaparkan pada tahun 2012 di Salihara.

Lebih dari itu, menurutnya ajaran utama serat Centhini adalah erotika dan mistik tidak dapat dipisahkan. Puncaknya erotika terjadi pada puncaknya mistik.

Share248Tweet11Share5SendShare
ADVERTISEMENT
Previous Post

Saling Tuding di Perjanjian Nuklir, AS dan Rusia Ancam Tarik Diri dari INF

Next Post

Apang Bugis, Kue Sakral yang Kini Komersil

Related Posts

Main Ketoprak Bareng Dokter Reisa, Ganjar Bikin Gibran Tertawa
Budaya

Main Ketoprak Bareng Dokter Reisa, Ganjar Bikin Gibran Tertawa

by Kurniawan
22 December 2021

Lontar.id - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo membuat pengunjung di Taman Balekambang Solo, termasuk Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka...

Read more
Baju Bodo Masa Kini yang Kental dengan Unsur Islam

Baju Bodo Masa Kini yang Kental dengan Unsur Islam

11 February 2020
Mengenal Tradisi Adu Betis Masyarakat Bima dan Bugis Bone

Perempuan Bugis Berkalung Rimpu

26 December 2019
Potret Keberagaman di Kampung Sawah

Potret Keberagaman di Kampung Sawah

25 December 2019
Bissu Tidak Mengenal Gender, Alih-Alih Melihatnya Sebagai Transgender

Melihat Bissu Melampaui Identitas Gendernya

17 December 2019

Seksualitas Memang Sakral namun Bukan Berarti Tabu untuk Diobrolkan

11 December 2019
Lontar.id

PT. Lontar Media Nusantara

Follow us on social media:

  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
  • Redaksi

© 2019 Lontar.id - Aktual Relevan Menyegarkan

No Result
View All Result
  • PaliwaraNews
  • BiwaraIndepth
  • NusantaraBudaya
  • KanggaOlahraga
  • KolomOpini
  • RagamHiburan
  •  Etnis.idwarta identitas bangsa
  •  Cermis.idaktual dalam ingatan

© 2019 Lontar.id - Aktual Relevan Menyegarkan

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In