Lontar.id– Pagi ini, di Gereja Katolik Paroki St Servatius yang berada di Kampung Sawah, suasa natal begitu terasa. Semua masyarakat Nasrani pergi ke Gereja untuk merayakan suka cita natal sekaligus melakukan misa pagi.
Tidak ada yang berbeda dari masyarakat Nasrani pada umumnya. Namun yang membuat unik di kampung ini yakni, toleransi umat beragama sangat terbentuk. Hal itu kemudian menjadi budaya dan kearifan lokal dari Kampung Sawah.
Dalam satu deret jalan di kampung ini berdiri Gereja Katolik Santo Servatius, Gereja Kristen Pasundan (GKP) Jemaat Kampung Sawah, dan Masjid Agung Al Jauhar Yasfi. Seolah, ketiga tempat ibadah ini membentuk bidang tertentu. Hal itu meneguhkan toleransi di antara mereka.
Mayoritas Penduduk di kampung sawah diisi oleh Etnis Betawi yang telah berabad – abad menempati tempat tersebut dan sudah menjadi tanah leluhur mereka.
Masyarakat Betawi di Kampung Sawah hidup dalam keyakinan yang beragam, namun tetap menjadi masyarakat yang utuh dan tidak pernah bersinggungan dengan keyakinan satu sama lain.
Pagi itu Romo Yohanes Wartaya, SJ, sebagai Imam Gereja Katolik Paroki St Servatius di Kampung Sawah memberikan khitbah kepada Jemaat Gereja yang bertema “Hidup Sebagai Sahabat Bagi Semua Orang”
Mungkin saja tema itu di pilih arena di kampung sawah tidak ada isu ras dan identitas. Semua masyarakat rukun dalam keberagaman. Masyarakat larut dengan keakraban dan semangat gotong royong.
Di kampung sawah akan mudah di temui laki – laki yang menggunakan songkok dan baju koko serta aksesoris sarung pergi ke Gereja. Mereka menganggap bahwa baju koko dan songkok yang identik dengan pakaian ummat Islam adalah pakaian yang mewakili adat mereka dan juga bisa di pakai untuk beribadah.
Kampung Sawah kini terbagi menjadi beberapa kelurahan. Secara administratif, sebagian wilayah Kampung Sawah terletak di Jatiwarna, Jatimelati, Jatimurni (Kecamatan Pondok Melati Kota Bekasi), dan Jatiranggon (Kecamatan Jatisampurna Kota Bekasi).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Pondok Melati 2016, jumlah penduduk berdasarkan agama adalah sebagai berikut. Di Kelurahan Jatiwarna ada 17.187 penduduk beragama Islam, Kristen 782, Katolik 612, Hindu 453, dan Budha 533.
Di Kelurahan Jatimelati ada 10.112 orang Islam, 2.240 Kristen, 2.098 Katolik, 85 Hindu, dan 192 Budha. Di Kelurahan Jatimurni, ada 15.423 orang Islam, 2.581 Kristen, 5.153 Katolik, 625 Hindu, dan 726 Budha.
Di Kelurahan Jatiwarna ada 9 mesjid dan 7 musala. Di Jatimelati ada 11 mesjid, 3 musala, dan 4 gereja. Di Jatimurni ada 16 mesjid, 2 musala, dan 12 gereja.
Berdasarkan data BPS Kecamatan Jatisampurna 2017, di Kelurahan Jatiranggon ada 21.229 penduduk beragama Islam, 1.628 Kristen, 459 Katolik, 59 Budha, 104 Hindu, 15 Konghucu, dan 73 lainnya. Ada 20 mesjid, 19 musala, dan 2 gereja Kristen.
Keunikan lain dari tempat ini juga dapat dilihat ketika melewati Jalan Raya Kampung Sawah. Kita akan mendapati kuburan Muslim Dan Keristen juga saling berdampingan yang semakin menguatkan persatuan mereka dalam keberagaman, bahkan hingga merka telah meninggal duin.
Editor: Ais Al-Jum’ah