Jakarta, Lontar.id – Sekisar pukul 16.00 WIB, peserta Munajat 212 berdatangan ke lokasi acara di Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, pada Kamis (21/2/2019) kemarin.
Baju mereka putih bersih, menggunakan atribut bendera bertuliskan kalimat tauhid, ikat kepala, dan spanduk bergambar Habib Rizieq Shihab dan Habib Bahar Bin Smith.
Di bagian selatan dan barat gerbang masuk Monas, peserta yang berdatangan diperiksa satu per satu oleh kepolisian yang berjaga-jaga bersama dengan TNI, menggunakan alat metal detector sebelum masuk. dipasang.
Di situ juga terlihat juga sejumlah personel dari Laskar Pembela Islam (LPI). Mereka mengarahkan peserta masuk dan meminta agar korek api dilarang untuk dibawa ke dalam lokasi acara.
Peserta yang baru saja tiba, tak ingin ketinggalan mengabadikan momen bersejarah itu, dengan berswafoto bersama keluarga dan rombongan, dengan latar tugu Monas.
Kerlap-kerlip lampu sorot di Monas pada malam hari, menambah semarak Munajat 212. Para peserta terlihat mengabadikan momen dirinya di gelaran itu dengan berfoto bersama, swafoto, dan lainnya.
Saya menyaksikan sendiri suasana keramaian saat itu. Dari arah pintu gerbang masuk Monas, peserta pun semakin ramai berdatangan, meskipun acara sudah dibuka panitia.
Hampir tak ada ruang kosong di halaman Monas. Jalanan padat dikerumuni peserta anak-anak hingga pria uzur yang terlihat meramaikan acara itu.
Sekira pukul 21.00 WIB, terlantun doa dan zikir bersama, syahdu sekali. Para pengunjung memohon pada Allah, agar negeri ini diselamatkan dari rezim yang dianggap tak pantas memimpin bangsa.
Tak lama setelah zikir dan berdoa, di atas podium, pekikan kalimat tauhid diikuti oleh peserta mulai terdengar. Bahkan sebelum itu semua, peserta mulai meneriakan nama calon presiden 02, Prabowo Subianto, saat persiapan salat Magrib dimulai.
Dalam momen Munajat 212 ‘Mengetuk Pintu Langit’, tak hanya masyarakat biasa yang hadir. Ada juga politisi pendukung Prabowo-Sandi, seperti Zulkifli Hasan, Amien Rais, Fahri Hamzah, Fadli Zon, Hidayat Nur Wahid; juga Neno Warisman, Novel Bamukmin dan Munarman.
Dalam momen itu pula, Imam Besar FPI, Rizieq Shihab berkesempatan berpidato melalui video conference dari Mekkah. Rizieq menyinggung soal rezim saat ini yang kerap memenjarakan kelompok yang berseberangan dengannya melalui kritikan.
Katanya, hukum dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi, membungkam kelompok yang berani bersuara kepada penguasa. Makanya, perlu doa dan munajat kepada Allah.
Rizieq juga mengadu kepada pencipta agar tanah air Indonesia diselamatkan. “Pengkritik pemerintah dipenjara, kenapa hukum tajam ke pengkritik?” tanya Rizieq.
Sementara Zulkifli Hasan dalam orasinya, sempat menyinggung perjuangan umat muslim atau dikenal dengan gerakan 212 pada Pilkada DKI Jakarta 2016 lalu.
Gubernur Anies Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno menang melawan petahana Basuki Tjahaja Purnama. Kemenangan itu berkat perjuangan umat muslim, dan akhirnya Anies Baswedan terpilih sebagai gubernur.
Menurut Zulkifli, jika petahana ‘Ahok’ menang, bukan tak mungkin acara Munajat 212 sulit terwujud, lantaran akan diperhambat masalah izin kegiatan.
Namun karena Anies merupakan hasil perjuangan gerakan 212, maka acara yang berkaitan dengan keagamaan, dinilainnya lancar-lancar saja.
Zulkifli Hasan juga menyinggung tentang siapa yang bakal dipilih pada Pilpres 2019 dan peserta meneriakan slogan yang digembar-gemborkan capres 02, Prabowo-Sandi yaitu ‘ganti presiden’.
“Yang terpenting persatuan jadi nomor satu, soal presiden nomor?,” tanya Zulkifli Hasan. “Nomor dua,” pekik peserta Munajat 212.
Usai acara berlangsung, saya menemui Fadli Zon dan menyinggung soal isi pidato Zulkifli Hasan. Fadli menjawab, kalau tak ada muatan politik praktis atau kampanye politik mengendarai acara keagamaan.
Apa yang disampaikan Zulkifli Hasan, dianggap masih dalam batas kewajaran dan sekadar bumbu-bumbu retorika, jika menyebut Pilpres dalam pidatonya. Disebabkan dia sedang memberikan pencerahan terhadap peserta Munajat 212
“Masih dalam batas yang sangat normal. Beliau menyampaikan, apalagi dalam kerangka bernegara, mengutip konstitusi. Menurut saya, jelas merupakan bagian dari tanggung jawab kita sebagai warga negara. Kita juga harus menyalurkan aspirasi masyarakat,” akunya
Kegiatan Munajat 212 sebenarnya diinisiasi oleh MUI DKI Jakarta untuk berdoa dan berzikir bersama para ulama. MUI bermaksud, gelaran acara itu diperuntukkan untuk menyatukan umat Islam agar tidak tercerai-berai, tidak mudah diadu domba, dan tidak ada unsur politik praktis dan kegiatan kampanye di dalamnya.