Sunday, June 8, 2025
Jaringan :   Cermis.id   Etnis.id
Lontar.id
  • PaliwaraNews
  • BiwaraIndepth
  • NusantaraBudaya
  • KanggaOlahraga
  • RagamHiburan
  • KolomOpini
No Result
View All Result
Lontar.id
Home Artikel

Parlemen dan ‘Dosa’ KMP yang Belum Terlupakan

Oleh Ruslan
9 October 2019
in Artikel, Politik
Potret Puan Maharani: Ketua DPR Perempuan Pertama Indonesia

Ketua DPR RI, Puan Maharani bersama 4 pimpinan DPR usai pengambilan sumpah. (Lontar.id/Dumaz Artadi)

128
SHARES
Share on FacebookShare on Twitter

Lontar.id – Masih ingat dengan perseteruan sengit antara Koalisi Merah Putih (KMP) pendukung Prabowo-Hatta dengan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) pendukung Jokowi-JK pada pemilu 2014?

Meski PDIP sebagai partai pemenang pemilu dan memegang kendali eksekutif, tak lantas PDIP berkuasa di parlemen. Buktinya koalisi KMP memborong semua unsur pimpinan dan mendepak PDIP beserta dengan partai koalisi melalui UU MD3.

‘Dosa’ masa lalu tersebut masih sempat disinggung oleh Pimpinan PDIP di DPR RI, Puan Maharani. Puan yang kini menjabat sebagai Ketua DPR RI sempat menyinggung dominasi KMP 5 tahun lalu kala ngotot memonopoli unsur pimpinan.

Misal di unsur Pimpinan DPR diduduki Setya Novanto (Golkar), Fahri Hamzah (PKS), Fadli Zon (Gerindra) Agus Hermanto (Demokrat) dan Taufik Kurniawan (PAN).

Sementara di MPR Zulkifli Hasan (PAN), Evert Ernest Mangindaan (Demokrat), Mahyudin (Golkar), Hidayat Nur Wahid (PKS) dan Oesman Sapta Odang (DPD).

Kekuatan KMP cukup besar dan membuat KIH cukup khawatir bila sewaktu-waktu oposisi bermanuver, memanfaatkan posisi untuk menjungkal Jokowi-JK melalui proses pemakzulan di parlemen.

Pada akhirnya PDIP harus berpuasa selama satu periode di parlemen tanpa punya jabatan strategis, lantaran dikuasai KMP. Namun di tengah perjalanan, koalisi KMP mulai bubar satu persatu dan bergabung dengan koalisi pemerintahan.

Pemilu 2019 yang pada akhirnya memenangkan kembali Jokowi yang berpasangan dengan Ma’ruf Amin, secara otomatis menguasai parlemen dengan jumlah kursi lebih besar. Ditambah dengan merapatnya sejumlah parpol oposisi melalui tawaran kursi menteri.

Gerindra sebagai kepala oposisi mulai ketar-ketir mengimbangi koalisi pemerintahan. Pada proses penentuan Ketua MPR yang saling diperebutkan oleh partai politik, Gerindra turut ikut dalam kompetisi meski tahu secara jumlah kursi tak akan mungkin melawan.

Namun pada kenyataannya, detik-detik terakhir sidang Paripurna MPR, Gerindra masih getol mengejar bahkan membangun komunikasi politik dengan Golkar dan Ketua Umum PDIP Megawati.

Upaya Gerindra tidak semata-mata mulus dan mendapatkan restu, bahkan partai oposisi yang jelas-jelas solid berada di kubu Prabowo serentak mendukung Bambang Soesatyo (Golkar) sebagai Ketua MPR.

Gerindra berkilah ingin duduk di kursi Ketua MPR, agar proses pemerintahan berlangsung dengan baik melalui mekanisme check and balance. Namun alasan itu tak menyurutkan niat koalisi pemerintah memberikan jatah ke Gerindra.

Melihat dalam proses perebutan pimpinan Alat Kelengkapan Dewan (AKD), di mana Gerindra kesulitan menentukan posisi komisi dan badan strategis–lantaran ada dendam masa lalu yang belum selesai. Dendam politik itu mengakar kuat di PDIP yang seharusnya mendudukkan kadernya sebagai Ketua DPR periode 2014-2019 lalu.

Hampir tak ada ruang bagi Gerindra di parlemen kecuali mendapatkan posisi wakil ketua di MPR dan dua komisi berdasarkan hitungan proporsional. Sedangkan pimpinan fraksi masing-masing tersebar ke semua parpol.

Istilah ‘balas dendam’ saya kira sangat tepat bila melihat komposisi di parlemen yang dikuasai pro pemerintah. PDIP sepertinya tak ingin kecolongan seperti 2014 lalu, tak mendapatkan posisi apa-apa. Momentum saat ini seakan menjadi celah balas dendam dengan manuver Gerindra yang pernah mengabaikan mereka.

Bila melihat lebih jauh ke depan, plus minus PDIP memberikan porsi kursi ke Gerindra, seperti menyimpan duri dalam daging. Bila Gerindra menguasai MPR, bukan tidak mungkin akan ada upaya dan manuver politik di luar kendali.

Mengingat fungsi MPR sangat sentral, yaitu bisa mengamandemen UU 1945, melantik presiden hingga dapat memakzulkan presiden dari jabatannya. Meski harus melewati proses panjang dan sulit di sidang Paripurna, MK hingga kembali ke MPR.

Namun dalam hitungan politik sepertinya tak ada yang tidak mungkin, semuanya bisa dilakukan apabila Gerindra mampu menarik dukungan parpol koalisi Jokowi-Ma’ruf.

Sementara kekurangan lainnya apabila partai oposisi bergabung, maka tak ada lagi sistem pengawasan yang ketat terhadap pemerintah. Kebijakan pemerintah akan mudah diloloskan, tanpa melihat apakah kebijakan tersebut pro terhadap masyarakat atau menguntungkan korporasi.

Model seperti ini menciptakan pemerintahan yang sangat kuat, efektif dan program kerjanya tak akan terhambat. Hanya saja cenderung dimanfaatkan untuk kepentingan individu dan kelompok tertentu.

Praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) bakal tumbuh subur menjangkiti pemerintahan, karena tidak ada lagi benteng pengawasan terakhir.

Editor: Syariat

Share51Tweet32Share13SendShare
ADVERTISEMENT
Previous Post

Sidang Kedua Nunung dan Suami

Next Post

2 Penyelenggara Diberhentikan dan 1 Komisioner KPU Langgar Kode Etik

Related Posts

Bawaslu Harap Seleksi Debat Penegakan Hukum Pemilu Tidak Diintervensi
Politik

Bawaslu Harap Seleksi Debat Penegakan Hukum Pemilu Tidak Diintervensi

by Kurniawan
3 February 2022

Lontar.id - Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Ratna Dewi Pettalolo, berharap proses seleksi debat penegakan hukum pemilu yang digelar oleh...

Read more
Pemerintah dan penyelenggara Pemilu Sepakati Pilpres Digelar 14 Februari 2024

Pemerintah dan penyelenggara Pemilu Sepakati Pilpres Digelar 14 Februari 2024

24 January 2022
Bawaslu Inventarisir Masalah Perbawaslu tentang Penanganan Pelanggaran

Bawaslu Inventarisir Masalah Perbawaslu tentang Penanganan Pelanggaran

13 January 2022
Spirit Doll di Mata Peneliti Pusat Studi Kebudayaan UGM

Spirit Doll di Mata Peneliti Pusat Studi Kebudayaan UGM

12 January 2022
Ketua Bawaslu Sulsel Sebut Sosialisasi dan Pendidikan Demokrasi Tidak Boleh Berhenti

Ketua Bawaslu Sulsel Sebut Sosialisasi dan Pendidikan Demokrasi Tidak Boleh Berhenti

26 December 2021
Bawaslu RI Uji Coba Sistem Penanganan Pelanggaran Pemilu

Penanganan Pelanggaran Netralitas ASN Adalah Hal Unik

10 December 2021
Lontar.id

PT. Lontar Media Nusantara

Follow us on social media:

  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
  • Redaksi

© 2019 Lontar.id - Aktual Relevan Menyegarkan

No Result
View All Result
  • PaliwaraNews
  • BiwaraIndepth
  • NusantaraBudaya
  • KanggaOlahraga
  • KolomOpini
  • RagamHiburan
  •  Etnis.idwarta identitas bangsa
  •  Cermis.idaktual dalam ingatan

© 2019 Lontar.id - Aktual Relevan Menyegarkan

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In