Lontar.id – Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menyelenggarakan kegiatan refleksi hari jadi yang ke-47 tahun, di Kantor DPP PPP Jl Diponegoro, Jakarta Pusat. Adapun tema yang diangkat kali ini yaitu ‘Mengamalkan ke Islaman untuk Indonesia Maju’.
Pada acara refleksi PPP tersebut ditandai dengan pemotongan tumpen lalu dibagikan kepada kader yang hadir. Sementara pengurus teras PPP yang hadir dalam kegiatan tersebut di antaranya Sekjen DPP PPP Arsul Sani, Waketum Amir Uskara, Wasekjen Achmad Baidowi dan sejumlah kader lainnya.
Pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum DPP PPP Suharso Monoarfa mengatakan, acara puncak peringatan hari lahir PPP nantinya akan dilaksanakan di Kota Jogjakarta. Presiden Jokowi salah satu yang akan menghadiri peringatan puncak PPP.
Kemudian pada peringatan yang ke-48, acara akan dilaksanakan di Sumatera, lalu ditahun selanjutnya disusul Sulawesi Selatan dan Bandung. Menurut Suharso Monoarfa, peringatan hari jadi di Bandung mendatang punya makna tersendiri bagi PPP.
Bandung memiliki makna sejarah yang tak pernah dilupakan bangsa Indonesia, dengan simbol ‘mari bung rebut kembali’ ini menandakan PPP akan siap berjuang dan merebut kembali kejayaan.
“Kita merayakan hari jadi PPP ini agak kolosal, agak besar pada tahun ini. Jadi saya mengusulkan yang ke-47 (peringatan hari jadi) ini di Jogjakarta,” kata Suharso Monoarfa saat memberikan sambutan, Sabtu (04/01/2020).
Di usia yang hampir setengah abad, Suharso Monoarfa mengaku banyak hal yang sudah dilewati partai berbasis Islam ini. Meski tantangan kerap datang menghantam Partai PPP, namun dapat bertahan dengan kegigihan dan komitmen untuk membesarkan partai. Maka semua permasalahan tersebut satu persatu mampu diselesaikan.
“47 tahun PPP sebagai partai warisan para ulama, masih tetap eksis dan berdiri. Meskipun banyak hal yang kita hadapi kita semakin kuat. Mudah-mudahan ini akan membangkitkan kita semua di tahun 2020,” imbuhnya.
Sementara Waketum PPP, Amir Uskara menjelaskan, refleksi 47 tahun PPP sebagai partai berbasis Islam harus dilihat secara menyeluruh. Misalnya, menurunnya perolehan kursi PPP di Pileg 2019 lalu. Koreksi tersebut perlu dilakukan agar pada kontestasi politik mendatang, PPP benar-benar sudah siap bersaing dengan partai lain.
“Pertama secara internal, kita ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi pada PPP. Sehingga kita terpuruk dalam artian 39 kursi (DPR RI) menjadi 19 kursi, sekitar 6,4 persen menjadi 4,52 persen ini harus bermuhasabah koreksi ke dalam apa saja hal yang terjadi,” kata Amir Uskara saat diwawancarai usai acara refleksi 47 Tahun PPP.
Koreksi lainnya lanjut Amir Uskara, PPP harus mengenang kembali perjuangan para ulama dan senior yang telah mendirikan partai. Perjuangan para ulama itu harus dijadikan sebagai kekuatan positif dan dilanjutkan oleh pengurus sekarang, sehingga ada sinkronisasi perjuangan para ulama terdahulu dengan pengurus saat ini.
“Mungkin ada beberapa hal yang luput dari perhatian pengurus, terkait bagaimana perjuangan senior yang mungkin belum tersentuh. Dan ada musibah internal yang tidak bisa kita hindari, itu jadi koreksi internal,” tutupnya.
Editor: Ais Al-Jum’ah