Lontar.id – Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengkubuwono X, menganjurkan agar masyarakat secara dini menangkal adanya tindakan klithih (sekelompok remaja yang melakukan kekerasan di jalanan).
Kata Sultan, fenomena klithih ini biasanya bermuara dari keluarga yang broken home ataupun anak-anak yang kurang perhatian dari orang tuanya, karenanya diperlukan ketahanan keluarga yang tangguh, yaitu agar para orang tua bisa mengendalikan para anak cucunya.
Kata dia, pembinaan keluarga yang tangguh juga masih sering menjadi masalah, seperti kasus kenakalan remaja atau klithih.
“Setelah dilakukan survei, sebagian besar perilaku klithih disebabkan karena kondisi keluarga, yang diakibatkan karena kemiskinan ataupun kondisi anak yang tidak nyaman tinggal di rumah,” jelasnya saat meresmikan Masjid An-Nuur Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta pada Minggu (12/1/2020), melalui keterangan resmi Humas DIY.
Karenanya Sultan menghimbau kepada para orang tua untuk jangan melupakan putra-putinya dalam mendidik dan mengawasi.
Suktan juga menjelaskan bahwa Yogyakarta merupakan daerah yang adem-ayem untuk bertempat tinggal. Keterbukaan kultur masyarakatnya kepada siapapun, baik pendatang ataupun yang berkunjung di wilayah ini akan mendukung suasana adem ayem tersebut.
Namun demikian jangan sampai keterbukaan masyarakatnya disalahartikan bagi pendatang yang mungkin memiliki tujuan yang tidak kita inginkan.
Untuk menjaga suasana kondusif tersebut, perlu diintensifkan ketugasan para Jagawara agar masyarakat di lingkungan lebih nyaman, aman dan tentram.
Himbauan tersebut ditujukan untuk Pemerintah Kelurahan serta warga agar keterbukaan warga terhadap tamu ataupun pendatang juga perlu disikapi oleh warga. Tujuannya adalah agar pendatang tidak menjadi seperti “api dalam sekam”.
Sultan berharap agar masjid yang dibangun dengan biaya yang mahal, hendaknya dimakmurkan dengan berbagai kegiatan yang ada di dalamnya.
Tidak hanya untuk melaksanakan sholat ataupun kegiatan keagamaan saja, namun juga bisa difungsikan untuk aktifitas sosial yang positif ataupun hal-hal yang bisa membangun kebersamaan masyarakat.
Seyogyanya semua dilakukan dengan tidak meninggalkan kultur ataupun tradisi Yogyakarta yang dikemas agar bisa memberikan rasa aman dan tenteram bagi seluruh masyarakat.
Menyinggung masalah kebersamaan, bagi Sultan guyub warga merupakan sesuatu yang sangat penting tanpa membedakan status. Semua aspek kebersamaan tersebut didasari tujuan berupa terciptanya rasa tenteram dan ayem dengan menjaga hubungan sesama warga.
Sementara, Ketua Takmir Masjid An-Nuur, pembangunan masjid tersebut telah menghabiskan Rp 1,2 milyar lebih yang berasal dari sebagian besar dari dana swadaya masyarakat, yang berupa infaq dan shodaqoh. Selain itu diperoleh pula dana dari bantuan stimulan dari Kementerian Agama sebesar Rp 50 juta dan dana hibah sebesar Rp 20 juta dari Pemda DIY.