Lontar.id – Tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sulawesi Selatan (Sulsel) menangkap seekor buaya di sekitar Dermaga Timampu, Desa Timampu, Kecamatan Towuti, Luwu Timur, Sulsel.
Buaya sepanjang 4 meter tersebut berhasil dievakuasi pada 27 Januari 2020 pukul 06.30 Wita, setelah pada hari Jumat (24/1/2020) lalu, menyerang seorang warga Desa Tokalimbo, Kecamatan Towuti, Furqon (31).
Malam itu, sekitar pukul 01.00, Furqon hendak mengantar istrinya yang sedang hamil ke RSUD I La Galigo, Wotu. Furqon diserang saat mencuci kaki dan sendalnya di tepi Danau Towuti di areal Pelabuhan Timampu.
“Beruntung, Furqon berhasil menyelamatkan diri dari serangan hewan predator tersebut. Akibat serangan itu, Furqon mendapat luka gigitan serius pada bagian paha sebelah kirinya,” jelas Kepala Balai Besar KSDA Sulsel, Thomas Nifinluri, melalui rilis tertulis, Selasa (28/1/2020).
Thomas menambahkan, konflik satwa liar (satli), dengan manusia terjadi karena dinamika perubahan lanskap dan kehidupan yang pesat. Hal ini bisa diminimalisir dengan batas-batas yang jelas, namun tetap terbatas, karena banyak faktor lain yang harus dipertimbangkan.
“Satli ada wilayah jelajah hidup. Sementara ruang hidup sudah terbatas. Sedang Manusia berkegiatan cenderung tanpa batas. Salah satu cara adalah dengan mengelola habitat, baik untuk satli maupun manusianya,” lanjut Thomas.
Sementara, Kepala Bidang Wilayah I Palopo BBKSDA Sulsel, Nur Alam, mengatakan, buaya itu dievakuasi oleh rim Wildlife Resque Unit (WRU) Soroako, dipimpin oleh kepala resort.
Mereka bergerak cepat melakukan pengamanan di lokasi kejadian setelah mendapat laporan, dan menghimbau kepada warga sekitar untuk tidak melakukan aktifitas di sekitar TKP.
“Secara sosial, ini musibah yang kita tidak kita inginkan terjadi, tapi dilain hal danau memang habitat untuk hidup buaya muara sebagai satwa dilindungi,” jelasnya.
Kejadian ini, kata dia, menjadi dilema, sebab penumpang atau pendatang terkena musibah hanya karena turun ke pinggir danau untuk cuci kaki. Dia menyarankan agar pihak pelabuhan memperbanyak fasillitas MCK untuk masyarakat. “Dari kami mustahil buaya bisa dibasmi atau dimusnahkan di Danau Towuti,” lanjutnya.
Buaya yang dievakuasi tersebut akhirnya mati ketika sampai di Lokasi Kantor Daops Manggala Agni. Padahal, buaya itu hendak dirilis ke habitat yang jauh dari penduduk.
“Penyebab kematian buaya masih belum diketahui, dan sedang dilakukan otopsi oleh tim WRU agar diketahui penyebab kematian buaya tersebut,” tutupnya.