Lontar.id – Pemerintah akan menerapkan hal strategis pada bidang pariwisata, yaitu inbound strategy, untuk mendatangkan devisa bagi negara.
Pernyataan itu disampaikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama, seusai Rapat Terbatas (ratas) di Kantor Presiden, Provinsi DKI Jakarta, Senin (17/2/2020).
“Kenapa inbound strategy, karena untuk mendatangkan, ujungnya untuk mendatangkan devisa kepada Indonesia itu sendiri. Sehingga mindset daripada maskapai dan lain sebagainya akan diarahkan untuk membawa orang luar yang ingin masuk ke Indonesia, bukan orang Indonesia pengen keluar ke mana,” kata Menparekraf memberikan contoh inbound strategy, seperti dikutip dari keterangan tertulis Sekretariat Kabinet (Setkab).
Sebelumnya, Menparekraf menjelaskan juga mengenai peningkatan Travel Tourism Competitiveness Index Indonesia yang sekarang berada posisi di 40. “Kita berniat untuk meningkatkan rangking kita menjadi posisi ke-38, antara 36-38 di tahun 2021 dan itu dilakukan setiap 2 tahun sekali. Sebagai gambaran Thailand sekarang posisi 31, Vietnam 63, dan Malaysia 29,” tambahnya.
Masalah konektivitas dan seat capacity, menurut Menparekraf, Presiden memutuskan untuk meningkatkan jumlah seat capacity menuju Indonesia.
Sebagai gambaran, sambung Wishnutama, Thailand seat capacity-nya ada 57 juta, Singapura ada 35 juta, Malaysia ada 44,8 juta, dan Indonesia 25 juta.
“Dan sebagai catatan penting, 25 juta seat ini ternyata loud factor-nya 76%. Dan 76% ini loud factor sudah termasuk paling tinggi dibandingkan negara-negara lain di tetangga kita, di sekitar kita,” katanya.
Jadi, kalau 25 juta, lanjut Menparekraf, 76% loud factor-nya tinggal 19 juta, dan tambahannya lagi 5,5 juta dipakai oleh orang Indonesia, sehingga sisa seat-nya adalah 13,6 juta.
“Nah, artinya ini bagaimana kita bisa meningkatkan apa namanya jumlah konektivitas dan seat capacity. Begitu juga kita juga harus mencari potensi-potensi dari negara-negara atau kota-kota yang menjadi target market kita,” ujar Menparekraf seraya menambahkan untuk mencari kota-kota lain yang menjadi target market atau menambah frekuensi penerbangan.
“Tentunya ini juga salah satu upaya kita untuk meningkatkan kualitas tourism kita,” katanya.
Ia menggambarkan bahwa meski Australia jumlah wisatawannya tahun 2019 hanya 9 juta, tapi devisa yang dihasilkan adalah 31 billion USD, namun Malaysia 25 juta visitor-nya, kurang lebih hasil devisanya juga 25 billion USD.
“Jadi memang strategi meningkatkan kualitas tourism ini adalah satu hal yang penting untuk pariwisata kita ke depan,” tambahnya.