Lontar.id – Masyarakat berpendapatan menengah-rendah dan kaum muda berusia 17-29 tahun berpotensi mendominasi calon pemudik lebaran bulan Mei nanti. Padahal, pemerintah membuat berbagai kebijakan menahan arus mudik tahun ini agar penyebaran virus corona tidak semakin meluas ke daerah-daerah.
Profil calon pemudik tersebut tercermin dari hasil Survei Katadata Insight Center (KIC) tentang perilaku mudik, yang dirlis di Jakarta, Senin 20 April 2020. Survei terhadap 2.437 responden pengguna internet di seluruh provinsi ini mencatat:
- Mayoritas responden (63 persen) tidak akan mudik pada Lebaran tahun ini.
- Namun masih ada 12 persen yang menyatakan ingin mudik,
- 21 persen belum mengambil keputusan dan
- 4 persen lainnya lebih dahulu pulang kampung.
Direktur Riset Katadata Insight Center Mulya Amri, Ph.D menyatakan proporsi yang berencana mudik (12 persen) terkesan kecil. Tapi mengingat jumlah pemudik tahun lalu sebesar 18,3 juta orang maka pada tahun 2020 jumlah pemudik berpotensi mencapai 3 juta orang di masa musim virus corona ini.
“Jadi penting diperhatikan mereka yang menyatakan akan mudik dari hasil survei ini,” ujar Mulya.
Survei KIC secara online pada 29-30 Maret 2020 mengungkap profil masyarakat yang berpotensi nekad mudik tanpa menghiraukan imbauan pemerintah.
Analisis lebih mendalam menunjukkan jenis kelamin, usia, dan tingkat pendapatan mempengaruhi hasrat mudik. Mereka yang berjenis kelamin laki-laki, berusia muda, dan berpenghasilan menengah-rendah (SES C, D, E) cenderung memilih tetap mudik, sudah mudik duluan, atau belum memutuskan mudik.
Dari 12 persen yang berencana mudik, terbanyak adalah karyawan swasta (35,6 persen) dan PNS/ASN (23,4 persen). Hampir 50 persen responden berstatus Sosial Ekonomi (SES) C,D,E atau pendapatan menengah-rendah.
Menurut Mulya, pada masa pandemi yang mengharuskan pembatasan jarak sosial, kaum usia muda dan penghasilan rendah rentan mengalami penurunan pendapatan, bahkan PHK. Dari sisi usia, yang terbanyak akan mudik kelompok usia:
- 17-29 tahun (44,5 persen).
- 30-40 tahun (33,5 persen),
- 41-50 tahun 18,1 persen dan
- 51 tahun ke atas (3,9 persen).
- Sedangkan dari sisi jenis kelamin, laki-laki lebih dominan dibanding perempuan (62,6 persen) dibanding perempuan (37,4 persen).
Gelombang pulang kampung sebenarnya dimulai sejak kasus pertama pandemi corona di Indonesia (1-5 Maret 2020) dan meningkat tajam saat pemerintah mengeluarkan seruan pembatasan aktivitas di luar rumah (social distancing) pada 16-20 Maret 2020.
Sebanyak 34,1 persen dari mereka pulang duluan pada pekan itu. Mayoritas berstatus pelajar/mahasiswa (39,4 persen) diikuti oleh karyawan swasta (23,1 persen). Selain itu, survei ini juga menemukan pekerja sektor informal, seperti pedagang kecil, penjaga toko, pekerja dan pemilik warung makan juga sudah mudik duluan.
Kendaraan pribadi akan dominan menuju 4 provinsi
Menurut Mulya, profil masyarakat yang pulang kampung duluan berbeda dengan yang bakal mudik menjelang lebaran nanti.
- 50 persen responden yang tetap akan mudik meski sedang pandemi beralasan rindu pada kampung halaman dan keluarganya (47,2 persen).
- 39,3 persen yakin dirinya negatif corona, dan
- 16,9 persen yakin tak akan menularkan corona.
Hampir semua responden yang akan pulang kampung ini mengaku memiliki kerabat atau keluarga usia di atas 45 tahun. Padahal, juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto pernah bilang, korban corona meninggal terbanyak di rentang 45-65 tahun.
Baca juga: Sebagian Besar Pasien Covid-19 yang Meninggal di Indonesia Berusia 50 Tahun ke Atas
Hasil survei juga menunjukkan, hampir separuh calon pemudik berencana menggunakan kendaraan pribadi (47,3 persen). Sedangkan persentase yang menggunakan transportasi umum, yaitu pesawat terbang (24,2 persen), dan sisanya kereta api, bus, mobil travel dan sebagainya.
Calon pemudik menuju Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Yogyakarta. Di Jawa Tengah dan Jawa Barat, pergerakan mudik juga berasal dari kabupaten/kota di dalam provinsi.
Mulya mengatakan profil dan faktor yang mempengaruhi mudik dapat jadi masukan pemerintah untuk menahan laju orang yang berpindah dari “red zone” corona ke wilayah lain.
“Temuan bahwa laki-laki dan kaum muda cenderung ingin mudik atau belum memutuskan, serta yang berpenghasilan menengah ke bawah, bisa digunakan untuk merumuskan strategi.”
Editor : Rahardi