Lontar.id – Sebanyak 2,5 juta petani kesulitan menjual hasil pertanian dan perkebunan sebagai dampak dari pandemi COVID-19. Penjelasan itu disampaikan oleh Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Doni Monardo.
Dalam rapat tertutup melalui telekonferensi bersama Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Sabtu, 2 Mei 2020, Doni menyampaikan strategi baru yang dilakukan untuk menanganani masalah pandemi COVID-19.
Strategi selanjutnya yang perlu dijalankan adalah bagaimana masyarakat terpenuhi gizinya untuk meningkatkan imunitas, kemudian juga sekaligus menggerakkan roda perekonomian.
Doni berprinsip bahwa dalam menyelesaikan bencana, tidak boleh memunculkan bencana baru. Sehingga pantang bagi dia untuk menyelesaikan masalah namun dengan membuat masalah baru.
“Hungry man becomes angry man. Kita tidak ingin arahnya ke sana,” ujar Doni.
Menurut data yang dikantongi Kepala Gugus Tugas tersebut, ada 2,5 juta petani yang kesulitan menjual hasil pertanian dan perkebunan sebagai dampak dari pandemi COVID-19 ini.
Oleh karena itu, Doni meminta kolaborasi bersama Kementerian/Lembaga terkait khususnya Kementerian Perindustrian dan Kepala Daerah untuk mengatasi masalah tersebut dengan inovasi yang tetap menerapkan protokol kesehatan.
Doni mencontohkan apa yang sudah dijalankan dengan baik di Jawa Tengah, Salatiga dan Sumatera Barat, di mana pasar tradisional tetap berjalan dengan penerapan yang berbeda dari biasanya.
Para pedagang diberikan jarak aman sesuai protokol kesehatan dan berjualan di luar ruangan yang telah diatur oleh pemerintah daerah setempat. Kemudian bagi penjual juga diwajibkan untuk melaksanakan anjuran pemerintah dengan tetap memakai masker dan tetap menjaga jarak aman.
Doni menambahkan bahwa selain pendekatan secara medis, penanganan COVID-19 juga harus dilakukan melalui pendekatan secara psikologis yang mengarah ke upaya pencegahan.
Hal itu menjadi sangat penting, sebab jumlah tenaga medis beserta infrasktruktur yang dimiliki Pemerintah saat ini terbatas. Dia berharap agar keseimbangan antara medis dan psikologis dapat berjalan beriringan.
“Keseimbangan itu harus kita jaga,” jelas Doni, seperti tertulis dalam rilis Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
Doni berpendapat, semestinya dokter tidak menjadi garda terdepan dalam upaya penanganan, namun harus menjadi kekuatan terakhir. Sebab, masyarakat harus bisa disehatkan sehingga dokter dapat diselamatkan.
“Dokter bukan jadi benteng utama, tapi benteng terakhir,” lanjutnya.
Pernyataan Doni direspon positif oleh Ketua Komisi VI DPR RI, Faizol Riza. Menurutnya memang sudah sepatutnya dalam urusan penanggulangan bencana, tidak boleh memunculkan bencana baru.
Pihaknya juga mengapresiasi ide dari inovasi pasar tradisional seperti yang sudah berjalan di Salatiga dan beberapa wilayah lain di Jawa Tengah dan Sumatera Barat.
“Kita tetap optimis bahwa ekonomi juga bisa tetap jalan,” ujarnya.
Meski kebijakan inovasi pasar tradisional sudah berjalan, pihaknya akan tetap mengkoordinasikan lebih lanjut mengenai aturan-aturan lain yang sudah termaktub melalui Surat Edaran Kementerian Perdagangan tentang sirkulasi barang dan kebutuhan ekonomi pasar di tengah pandemi COVID-19.
“Langkah-langkahnya seperti apa, nanti kita koordinasikan lagi,” pungkas Riza.