Lontar.id – Satu lagi kepala daerah diduga memanfaatkan bantuan sosial untuk kampanye terbuka. Hal itu dikritik Mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Laode Muhammad Syarif.
Adalah Ali Mazi, Gubernur Sultra. Ia memasang fotonya di karung-karung berisi kebutuhan pokok bantuan sosial. Di karung itu terlulis keterangan ‘Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi.’
Syarif bertanya berapa biaya cetak foto Ali Mazi di karung bansos itu. Menurutnya, bantuan tersebut itu dari hasil uang rakyat, bukan uang pribadi.
Sampai sekarang, untuk memastikan apakah betul itu bansos pemerintah atau bantuan pribadi dari Ali Mazi ke masyarakat, belum ada komentar dari Ali atau pejabat teras Pemprov Sultra.
Pemprov Sultra dan DPRD sebelumnya menyepakati anggaran Rp300 miliar untuk penanganan virus corona. Anggaran tersebut digunakan untuk pengadaan fasilitas kesehatan dan bantuan logistik untuk warga.
Selain Ali, Bupati Klaten, Sri Mulyani juga sempat disoal karena bantuan cairan sanitasi tangan untuk masyarakat, terpampang wajahnya. Padahal, bantuan itu berasal dari Kemensos.
Selain itu, ada juga kantong plastik berisi bantuan juga dicetak bergambar Sri Mulyani. Meski begitu, Sri Mulyani menampik kabar tersebut. Menurutnya, itu serangan politik. Ia berdalih, ada orang yang tak suka padanya.
Sri mengaku kalau sebagian bantuan yang memuat foto dirinya di sana, berasal dari bantuan darinya serta donatur yang ingin membantu dirinya.
“Di sisi lain ada yamg memanfaatkan hal ini,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Memasuki momen politik ini, yang rentan kampanye lebih dulu. Bawaslu lalu mewanti-wanti kepala daerah.
“Jadi prinsip Bawaslu tidak akan melarang siapapun untuk membantu kemanusiaan, tetapi jangan mencampuradukan antara kemanusiaan dengan politik pilkada. Jadi jangan digunakan sebagai politisasi untuk pilkada,” kata Ketua Bawaslu RI, Abhan, dikutip dari Detik, Selasa (5/5/2020).
Abhan mengimbau masyarakat yang mengetahui kejanggalan itu, melapor kepada Bawaslu. Abhan juga meminta agar petahana percaya diri dapat memenangkan Pilkada lagi, tanpa harus memberikan embel-embel pada bantuan sosial yang diberikannya.
Alasannya, Abhan menilai sosok petahana diuntungkan posisinya dari sisi popularitas, lantaran sudah dikenal masyarakat.
“Sebetulnya bahwa petahana ini harus percaya diri karena sebagai petahana tentu sudah dikenal tetapi alih-alihnya bisa percaya diri malah ini potensinya penyalahgunaan terhadap bantuan COVID-19 ini,” tutup Abhan.