Lontar.id – Stok hewan kurban di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) mencapai sekitar 70 ribu ekor, yang akan didistribusikan di wilayah Sulsel maupun di beberapa daerah lain di luar Sulsel, khususnya di Indonesia Timur.
Penjelasan itu disampaikan oleh Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulsel, Abdul Azis, Minggu, 5 Juli 2020.
Menurutnya, pemerintah pusat melalui Dirjen Peternakan Kementerian Pertanian telah mengimbau agar tiap daerah di Indonesia melakukan persiapan kurban, khususnya pendataan stok hewan ternak.
“Jika merujuk data tahun sebelumnya, Sulsel bisa menyuplai sampai 26.000 ekor hewan kurban ke daerah lain di luar Sulsel. Dengan demikian, masih ada sekitar 43.000 lebih lainnya yang khusus untuk Sulsel sendiri,” jelasnya.
Azis menambahkan, setiap tahun Sulsel yang merupakan salahbsatu lumbung ternak di Indonesia, selalu mengirimkan hewan ternak ke wilayah lain. “Insyaallah, untuk stok hewan kurban, baik untuk Sulawesi Selatan maupun yang disuplai di tiap daerah di Indonesia Timur, saya kira tetap stoknya aman,” lanjut Azis.
Untuk pendistribusian hewan-hewan ternak tersebut, pihaknya telah mengimbau kabupaten/kota, untuk mengawasi dan melaporkan kondisi ternak, termasuk kelayakan hewan.
Azis menambahkan, dalam pemeriksaan hewan kurban, ada dua langkah yang dilakukan, yakni pemeriksaan antemortem dan postmortem. “Antemortem pemeriksaan yang melihat secara fisik ternak sebelum dipotong. Demikian juga setelah dipotong atau pemeriksaan postmortem dengan melihat bagian dalam hewan yang disembelih,” urainya.
Terpisah, Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulsel, Syamsul Bahri, mengklaim bahwa hewan kurban tidak mungkin tertular virus Corona, sehingga warga tidak perlu khawatir untuk berkurban.
“Hewan kurban inikan hewan ruminansia, jadi tidak mungkin terkontaminasi virus Corona. Jadi masyarakat tidak perlu ragu atau takut untuk berkurban. Karena kami akan melakukan pemeriksaan pada ternak yang akan dikurbankan,” jelasnya.
Pemeriksaan yang akan dilakukan pada hewan-hewan kurban justru terkait kemungkinan kontaminasi bakteri antraks, penyakit pada hati, karena itu zoonosis atau dapat menular dari hewan ke manusia.
“Kita harap para penjual dan pembeli tetap melakukan penerakan protokol kesehatan, menjaga jarak, ukur suhu, pakai masker kemudian cuci tangan. Itu yang dilakukan pada fase penjualan hewan kurban,” sebut Syamsul.
Nantinya, imbuh Syamsul, saat penyembelihan, proses pemotongan, pengulitan dan proses membagian, para pekerja yang terlibat harus jaga jarak.
“Begitu juga nanti yang mau ambil daging harus jaga jarak. Itu yang kita lakukan untuk antisipasi penyebaran covid-19,” tutup Syamsul.