Lontar.id – Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) berkomitmen mengentaskan permasalahan perempuan dan anak, salah satunya stunting melalui Kick Off Kelurahan Ramah Perempuan dan Peduli Anak di Kelurahan Tanjung Mas, Semarang, Jawa Tengah pada Senin (8/11).
Selain pencanangan, Menteri PPPA, Bintang Puspayoga turut memberikan paket bantuan bagi 79 anak stunting dan ibu hamil di Kelurahan Tanjung Mas.
“Sumber daya yang paling berharga bagi suatu negara adalah sumber daya manusianya. Maka, menjadi penting bagi kita untuk berinvestasi pada 84,4 juta anak atau 31,6 persen dari populasi Indonesia yang harus menjadi perhatian kita bersama. Kelurahan Tanjung Mas ini stuntingnya masih tinggi, perkawinan anaknya masih tinggi, sehingga pekerjaan rumahnya masih banyak. Saya yakin dan percaya ketika kita bersinergi dan berkolaborasi, kita bisa keluar dari permasalahan-permasalahan tersebut,” ujar Menteri Bintang, seperti dilansir laman resmi Kementerian PPPA, Selasa, 9 November 2021.
Menteri Bintang mengatakan Kemen PPPA sebelumnya juga telah mencanangkan 142 model Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA). Sementara, Kelurahan Tanjung Mas merupakan percontohan Kelurahan Ramah Perempuan dan Peduli Anak pertama di Indonesia.
“Dari sini kita akan membuat indikator-indikator Kelurahan Ramah Perempuan dan Peduli Anak, lalu kita bawa ke pusat untuk kita sebarluaskan ke kota-kota yang ada di seantero nusantara ini. Saya yakin keberhasilan di akar rumput akan berdampak besar kepada berhasil kita di pusat,” ungkap Menteri Bintang.
Penanganan stunting merupakan wujud dari pemenuhan hak dasar anak, yaitu hak hidup, tumbuh dan berkembang, mendapatkan perlindungan, dan partisipasi.
“Inilah yang menjadi tanggung jawab kita bersama, tidak hanya pemerintah pusat, tetapi juga menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, dunia usaha, lembaga masyarakat, termasuk rekan-rekan media. Inilah ke depan mari kita bangun sinergi dan kolaborasi untuk mewujudkan perempuan berdaya anak terlindungi Indonesia maju,” tutur Menteri Bintang.
Sementara itu, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menjelaskan, terdapat tiga risiko bagi anak yang mengalami stunting, yaitu risiko secara fisik, intelektual, dan kesehatan.
“Pertama secara fisik dia pendek. Kedua, kemampuan intelektualnya juga terbatas. Ketiga, orang stunting kalau sudah usia tua mudah kena stroke, tekanan darah tinggi dan mudah kena serangan jantung,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Hasto menekankan pentingnya penanganan dan pencegahan stunting, salah satunya melalui program dapur sehat dengan sumber makanan lokal agar dapat menekan angka stunting menuju 14 persen di tahun 2024. “Kita membuat percontohan dapur untuk mengatasi anak stunting, jumlahnya 79 anak. Stunting itu jangan hanya diatasi, tapi dicegah, kalau mengatasi stunting waktunya pendek, begitu masuk seribu hari kehidupan pertama sudah tidak bisa diatasi,” ujar Hasto.
Melalui kegiatan penanganan stunting yang dimotori oleh Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Semarang, dalam kurun waktu satu bulan, 72,16 persen balita yang mengalami stunting di Kelurahan Tanjung Mas sudah mengalami peningkatan berat badan. “Ini merupakan pilot project yang pertama terkait penanganan stunting di Semarang. Di tahun 2022, ada 24 lokasi stunting yang akan kita lakukan hal serupa,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Mochamad Abdul Hakam.