Hari ini, 24 Januari 2019, Basuki Tjahaja Purnama akan bebas atau keluar dari penjara. Banyak masyarakat menunggunya. Sikap politiknya pun dinanti-nanti. Ia akan menjadi buah bibir.
Jakarta, Lontar.id – Ahok kini tak mau lagi dipanggil dengan nama sebutan itu. Ia sekarang lebih senang dipanggil BTP.
Saya jadi ingat, satu nama kompleks di Makassar yang diterjang banjir sekarang: Bumi Tamalanrea Permai. Tunggu, tunggu. Saya lagi bercanda saja kok. Ahokers diharap duduk dengan tenang sambil membaca tulisan ini.
Apalah arti sebuah nama, kalau kata Shakespeare. Namun, bagi BTP, nama dahulunya punya makna tersendiri barangkali. Itupun menurut saya pribadi.
Lewat secarik kertas yang berisi tulisan tangannya, tertulis beberapa pesan yang menarik untuk ditilik. Pertama, ia menyuruh para fans-nya untuk tidak golput.
Kedua, ia menyuruh memilih pemimpin yang bisa membawa Indonesia lebih baik ke depannya. Setelah itu, spekulan pun dengan bakulnya, memberi sinyal dan menebak BTP akan dukung siapa.
Ketiga, ya itu tadi. Ia tidak mau lagi dipanggil Ahok. Namanya barangkali sudah terdengar tidak menarik lagi, setelah banyak kejadian yang kurang mengenakkan terjadi.
Tidak enak pertama: Indonesia dibikin gempar karena pernyataan soal Al-Maidah ayat 51. Umat Muslim sampai mendemo dan mengerahkan kekuatan untuk memperingatkan pemegang sistem hukum untuk tidak main-main dengan palunya.
Tidak enak kedua: Ia banyak bersinggungan dengan lawan politiknya dan masyarakat umum, yang tidak suka gaya kepemimpinannya. Membentak orang, dan mengeluarkan kata-kata kasar, pernah ia lakukan.
Secara tersirat, dalam tulisannya yang belum lama ini ia tulis, ia merasa sudah banyak mendapatkan banyak pelajaran dalam penjara. Ia mau jadi orang yang lebih baik lagi. (Semoga itu terkabul. Aamiin!)
Tidak enak ketiga: Biduk rumah tangganya sudah pecah. Entah siapa yang gagal membina. Media lalu ramai-rami menggorengnya. Privasi, namun, hasrat kita untuk tahu, membuat ceruk pasar besar bagi media untuk memanfaatkan kita yang terlalu banyak ingin tahu.
Ketiga hal besar itu, saya kira mau dibuang. BTP, selepas dari penjara, ingin memulai hidup yang anteng dan tenang. Seperti minum teh hangat pagi hari, sambil makan biskuit di teras rumahnya. Ia ingin jadi lelaki yang tak lagi kontroversi. Ingin lebih sabar. Ingin lebih baik daripada sebelumnya.
Sama seperti para preman-preman yang sudah insyaf, dan menempuh jalan sunyi untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya, sembari menangisi dosa-dosanya terdahulu. Semoga saja BTP begitu.
Tiga Poin yang akan Jadi Cerita
Hari ini adalah hari yang spesial, malam Jumat, yang tentunya ditunggu-tunggu Ahokers, banyak orang, dan beragam pewarta. Di warung-warung kopi pasti akan banyak yang membincangkan pilihan politiknya.
Namun lebih dari itu, ada baiknya saya menulis beberapa poin yang akan kita ceritakan dalam rentang waktu panjang, soal BTP yang akan menghirup udara polutan jalan raya Jakarta.
Pertama: Apakah BTP akan masuk Islam? Entah mengapa media mengulas hal ini secara masif beberapa waktu terakhir. Apalagi di instagram. Jika punya kesempatan, memangnya kenapa kalau BTP masuk Islam?
Barangkali ini akan jadi bahan pembicaraan lagi dalam beberapa waktu ke depan. Nantikan saja.
Kedua: Kapan BTP akan menikah dengan Polwan yang sering dikabarkan dekat dengannya? Di bagian kedua ini, saya jadi bingung, apakah BTP itu sudah jadi selebritas atau politisi sih sebenarnya?
Masukan buat BTP. Jika sudah tidak lagi berminat dengan politik kita yang makin keruh dan bau anyir ini, baiknya, Anda jadi youtuber saja dan menceritakan kisah menarik selama di penjara.
Setelahnya, Anda baiknya mengelola dan mengolah arus informasi sendiri. Anda tinggal buzz lewat akun medsos Anda, untuk meminta like dan subscribe. Lumayan jika beberapa hari saja sudah bisa dapat sejuta pengikut.
Patut diperhitungkan, daripada bermain politik praktis, jika keseleo lidah lagi, BTP akan dapat masalah besar. Lebih baik cari duit dengan jalan lain deh, ya.
Ratusan juta bisa diraupnya, jika mau mengelola konten youtube. Jika memang berminat, yuk, panggil saya jadi manajemen Anda. Ehe ehe ehe. Sebab, janji politik tidak begitu ngefek ke saya, soal lapangan kerja.
Ketiga: Siapa yang dipilih BTP di Pilpres 2019 nanti. Apakah Prabowo yang pernah mengusungnya saat maju di Pilkada DKI bersama Jokowi?
Ataukah Jokowi, temannya saat maju di Pilkada DKI, yang sekarang berpasangan dengan orang yang lisannya pernah membuat Ahok masuk hotel prodeo.
Saya kira, cuma tiga hal ini yang akan dibahas orang-orang ke depan lebih banyak. Warung-warung makan akan jadi tempat bertukar cerita, di tempat tukang sayur mangkal, di depan wc umum juga.
Bertarung dengan Hasrat Gimmick
Tunggu, ada hal yang saya ingat. Langkah BTP ini mirip Awkarin setelah capai digempur dengan pelbagai macam masalah.
Lewat akun instagramnya, ia mendaku kalau ia akan menjadi perempuan yang baru. Tidak cengeng, dan tidak suka bikin kontroversi. Bahkan secera blak-blakan, ia akan menjual akun instagramnya.
Penjelasan itu semua, dibabari lewat akun youtube Awkarin. Secara gamblang, ia bercerita dan curhat soal keadaannya. Ia bilang, akan menjual akun instagramnya pada dirinya sendiri.
Sebuah gimmick yang menarik dan tidak terkira. Ia sudah untung berlipat ganda, karena mencuci otak penontonnya untuk menonton pidato singkatnya di youtube sampai habis. Ya, sampai videonya selesai.
Pesan saya cuma satu bagi BTP: Semoga saja, Anda tidak mengikuti jejak New Karin. Saya berharap, Anda harus menjadi New Ahok sekarang. Setelah kesialan dan khilaf melumat Anda.
Maka dari itu, yuk bisik BTP: Selamat menghirup udara bebas, Pak BTP!