Baca Dulu: Keberagaman Gender dalam Suku Bugis dan Hal-Hal yang Luput
Pada dasarnya setiap manusia Bugis bisa menjadi bissu, tidak hanya calabai.
Lontar.id – Salah seorang peneliti bissu, Halilintar latief pernah mengungkapkan kegelisahannya tentang anggapan banyak orang yang terlalu dihegemoni oleh calabai. Menurutnya, masyarakat hanya menganggap calabai yang bisa menjadi bissu, padahal tidak ada aturan yang seperti itu.
Latief juga tidak tahu, sejak kapan anggapan itu muncul sementara dalam sejarahnya, ada juga laki-laki, perempuan, dan calalai yang menjadi bissu. Jika menengok kembali asal-usul bissu pada naskah I Lagaligo, memang tidak diterangkan apa jenis kelamin bissu.
Menurut Pelras dalam bukunya Manusia Bugis, melalui nama-nama bissu juga tidak bisa diketahi apakah mereka lahir sebagai laki-laki atau perempuan. Akan tetapi dalam beberapa kasus tertentu, terdapat pula perempuan bangsawan yang menjadi bissu, misalnya saudara kembar Sawerigading. We Tenriabeng, dan salah seorang anak perempuannya, We Tenridio.
Sementara itu, bissu adalah manusia pilihan dari dewata (dewa) yang menurut Hamonic, dalam penelitiannya yang ekstensif tentang mantra-mantra dan ritual bissu, menyatakan dengan tegas bahwa bissu memiliki dua jenis kelamin (laki-laki dan perempuan).
Seperti halnya calabai dan calalai, identitas gender bissu salah satunya bisa dilihat dari atribut yang digunakannya, “Instead, clothing for the bissu functions to represent a trans-gendered state of being: they wear the jacket, white cloth, and adornments connoting the feminine and the kris or sword and head cloth that are distinctly masculine.” Tulis Kennedy dalam jurnal Penelitiannya yang mengkaji identitas bissu.
Dalam beberapa literatur juga dijelaskan memang peluang paling besar menjadi bissu dimiliki oleh para calabai yang tergolong dalam tingkatan calabai tungke’na lino yakni yang telah mendapatkan petunjuk dari dewata.
“Becoming bissu was often not a matter of free choice but the result of a call by a supernatural being, who became the mysticspouse the new bissu.”Tulis Pelras.
Setelah mendapatkan petunjuk, seorang calon bissu harus menjalani ritual irebba yang dalam bahasa Bugis bermakna baring. Ritual irebba adalah proses di mana roh bissu naik ke surga (seakan dia telah meninggal).
Sepanjang malam calon bissu tersebut harus dipayungi sebuah payung kerajaan. Saat roh calon bissu kembali ke dunia spiritual, calon bissu tersebut harus meminta izin untuk menjadi bissu.
Pada saat perjalanan itulah konsitusi bissu menjadi sangat penting. Bila calon bissu tidak mewujudi unsur laki-laki dan perempuan, dia tidak akan diterima oleh dunia roh dan karenanya tidak bisa menjadi bissu seutuhnya.