Politik kita di Indonesia memang penuh dengan sandiwara. Sandiwara dalam Pilpres sudah merupakan suatu kewajaran. Pola sederhana, blusukan, dan janji kesejahteraan sudah terbiasa meluncur ke telinga saat musim 5 tahunan itu datang.
Jakarta, Lontar.id – Beragam cara coba dilakukan Capres-Cawapres untuk menarik simpati pemilih. Mulai dari memainkan kreatifitas, gimik, candaan, hingga sandiwara.
Memainkan Sandiwara adalah salah satu cara paling efektif untuk menarik perhatian. Itu (mungkin) tak lepas dari besarnya minat masyarakat kita terhadap sinetron di TV.
Cawapres Sandiaga Uno dan Tim kreatifnya paham betul cara ini. Sandiwara yang diatur dalam acara peluncuran rumah siap kerja dan pelatihan OKE OCE di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, Sabtu (23/3/2019) lalu, berbuah perhatian besar.
Pastilah bukan hanya Sandiaga dan program OKE OCE-nya yang semakin tersosialisasi, pemeran lain dalam sandiwara itu ikut melejit namanya. Dialah Vincentia Tiffani (20). Mahasiswi cantik asal Universitas Atma Jaya Yogyakarta ini sukses memainkan sandiwara yang telah disetting sebelumnya.
“Boleh enggak pak saya jadi istri kedua bapak,” kata Tiffani.
Tanya-jawab Tiffani dengan Sandiaga sukses melambungkan namanya dalam ‘sinetron’ singkat itu. Di awal, Tiffani mengaku pertanyaannya itu bukanlah candaan. Namun, di akhir ia lalu berusaha jujur dengan membuka tabir sandiwara itu lewat unggahan di akun instagramnya, vincentiatiffani, Rabu (27/3/2019).
“Saya diminta tolong sama panitia untuk menanya bagaimana kalau saya menjadi istri kedua bapak Sandiaga Uno. Kesannya seperti beneran ya. Tapi di situ sebenarnya adalah bercanda,” kata Tiffani dalam klarifikasinya lewat 4 slide video.
Pengakuan bercanda Tiffani jelas akan melahirkan persepsi berbeda bagi masyarakat. Ada yang mungkin menilainya sebagai cara kreatif, dan ada yang menganggapnya sebagai sebuah sandiwara. Itu juga tergantung dari siapa junjungan mereka.
Dan saya lebih senang menganggapnya sebagai peran wajar. Politik kita di Indonesia memang penuh dengan sandiwara. Sandiwara dalam Pilpres sudah merupakan suatu kewajaran. Pola sederhana, blusukan, dan janji kesejahteraan sudah terbiasa meluncur ke telinga saat musim 5 tahunan itu datang.
Tak perlu heran. Sandiaga bukanlah orang pertama yang melakukan itu. Ada banyak figur Caleg, Capres-Cawapres yang telah lebih dulu mapan soal bermain peran layaknya sinetron.
Langkah mereka sudah terencana. Ada peranan konsultan politik di belakang mereka. Konsultan inilah yang kerap juga merangkap sebagai lembaga survei.
Musisi yang hingga kini masih murni di jalannya, Achmad Albar sudah paham betul dengan sandiwara dunia yang penuh peranan. Ia menelurkannya lewat sebuah lagu yang berjudul ‘panggung sandiwara’. Lagu Achmad Albar bersama band-nya, God Bless hingga kini memang tak lekang oleh waktu. Karena sandiwara politik akan tetap abadi hingga muncul alasan mengapa kita bersandiwara?
Setiap kita dapat satu peranan
Yang harus kita mainkan
Ada peran wajar
Ada peran berpura-pura
Mengapa kita bersandiwara?
Begitulah potongan dari lagu panggung sandiwara. Sembari menikmati kopi, dan menanti respons kubu petahana, serta pembelaan kubu oposisi, alangkah baiknya kita menikmati lirik-lirik lagu yang telah jujur dinyanyikan oleh Achmad Albar itu.