Lontar.id – Ma’ruf Amin mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden di umur yang tak lagi muda, kini ia sudah sepuh dan tak bugar lagi. Faktor umur memang kerap dijadikan bahan diskusi di warung kopi dan media sosial, apakah diusia Ma’ruf Amin sekarang yang sudah masuk umur 75 tahun, masih mampu menjalankan tugas negara ketika terpilih kelak.
Memang tidak bisa dijustifikasi, jika faktor umur menghambat seorang berhenti berbuat dan tak lagi bisa mengerjakan pekerjaan berat, apalagi beban sebagai wakil presiden yang super sibuk. Jangankan sebagai wakil presiden, pekerjaan jadi bupati, walikota dan gubernur saja sibuknya minta ampun, waktu istirahat terkuras habis mengurus masalah daerah dan menerima tamu yang terus berdatangan.
Jika mengajukan pertanyaan pada Ma’ruf Amin, apakah ia akan mampu mengerjakan tugas yang ia emban selama lima tahun? Mungkin Ma’ruf Amin akan menjawab dengan santai, bahwa tugas negara tidak saja dikerjakan oleh presiden dan wakil presiden, melainkan banyak pembantu atau para menteri yang akan mengerjakannya.
Tugas presiden dan wakil presiden hanya memastikan apakah pemerintahan berjalan dengan baik sesuai dengan program yang dicanangkan atau tidak, melalui pengawasan ketat terhadap para menterinya.
Misal, urusan pendidikan yang carut marut, sudah ada menteri pendidikan, kesehatan, hukum hingga masalah pertahanan negara juga ada menteri yang mengerjakan. Lalu apalagi yang dikhawatirkan jika Ma’ruf Amin sudah tua. Apakah kekhawatirannya, ditengah-tengah perjalanan pemerintahan tiba-tiba ia sakit keras lalu tutup usia?
Perkara sakit dan meninggal tidak ada yang bisa prediksi, bisa saja hari ini kita dianggap masih segah dan bugar, tapi tiba-tiba jatuh sakit dan meninggal, urusan ini tidak ada kaitan muda atau pun sudah tua, semuanya sama.
Bukankah sang pencipta yang telah mengaturnya, manusia hanya bisa berikhtiar lewat jalan mengobati di dokter dan berdoa, berharap agar segera sembuh. Jadi, masalah usia bukanlah faktor yang menghambat seorang mendedikasikan diri mengabdi pada bangsa dan negara.
Sikap Ma’ruf Amin yang maju mendampingi Jokowi, juga kerap mendapatkan cibiran dari masyarakat lewat media sosial. Ma’ruf Amin dinilai tengah berambisi menjadi penguasa, tanpa mempertimbangkan faktor umur. Umur yang sudah sepuh, dinilai masyarakat lebih cocok agar menghabiskan waktunya bersama keluarga dan cucu di rumah, bukan lagi memperlihatkan hasrat politikya lewat kontestasi politik.
Seperti dikutip di CNNIndonesia, Tekad Ma’ruf Amin sudah bulat, ia sudah maju dan tak ada lagi jalan kembali setelah namanya tercatat di Komisi Penyelenggara Pemilu (KPU) sebagai wakil presiden. Cibiran yang menyudutkan dirinya, ibarat sebagai pelecut membangkitkan semangat, bahwa ia yang sudah sepuh masih berguna untuk bangsa, meskipun di detik-detik terakhir.
“Ada yang bilang (saya) sudah tua, sudah bau tanah, kok mau jadi cawapres. Saya bilang kalaupun umur saya tinggal sehari lagi, saya akan siap membela bangsa,” kata Ma’ruf Amin membela.
Ma’ruf Amin memang dirasa belum tua, sebab ia yakin dirinya masih muda, meskipun bukan masuk pada kalangan milenial. Kalangan ini pada umumnya, mereka yang lahir di mana teknologi sudah canggih, kecerdasan buatan sudah merambah dan media sosial sudah menjamur.
Mereka memanfaatkan teknologi sebagai ruang berekspresi, menyampaikan pendapat, kritik hingga melihat peluang lewat jejaring sosial. Demikian dengan bekas Ketua MUI ini, aktif di media sosial tmTwitter. Lewat akun Twitter, Ma’ruf Amin kerap membagikan foto kegiatan, pertemuan dan komentarnya. Jadi pesan yang ingin sampaikannya, bahwa dirinya masih muda, paling tidak jiwanya sama dengan kalangan milenial.
Jika membandingkan umur dan kesuksesan dengan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Bin Mohammad. Ma’ruf Amin sekilas terlihat sama, mereka berdua sama-sama menanjak kesuksesan di umur yang sudah tua.
Di umur yang ke 93 tahun, hampir seabad, Mahathir Bin Mohammad berhasil duduk kembali sebagai perdana menteri untuk yang kedua kalinya. Jelas ini jadi angin segar bagi Ma’ruf Amin, sebagai pelecut jikalau umur tidak menghalangi dirinya mencapai kursi orang nomor dua di Indonesia.
Pada acara sambutan Hari Santri Nasional di Asrama Haji Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Ma’ruf Amin menyajikan data tentang standar umur yang dikeluarkan World Health Organization (WHO).
Berdasarkan data Who tersebut, kata Ma’ruf Amin, umur yang masuk kategori tua itu di atas 80-100 tahun. Sedangkan di bawah 80 sampai 60 tahun masuk kategori paruh baya. Lantaran dia masih berumur 75 tahun, maka Ma’ruf Amin masih paruh bayah, bukan tua.
“Menurut Who, tua itu dihitung 80 tahun? 80-100 tahun tua, 60 tahun sampai 80 tahun disebutnya sebagai setengah baya. Jadi kalau begitu saya belum tua, baru setengah baya kalau menurut Who,”