Lontar.id – Pertemuan Jokowi dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Kompleks Istana Kepresidenan, memicu lahirnya banyak spekulasi. Sebab partai berlambang bintang mercy besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini, merupakan koalisi pendukung Calon Presiden Prabowo-Sandi.
Di saat AHY dan Jokowi bertemu, kubu Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo yang sedang berjuang hidup mati, mengawal proses kecurangan pemilu. Paling tidak kecurangan pemilu menurut versi mereka yang diklaim selama ini.
Di kubu Prabowo diketahui masih mengumpulkan sejumlah bukti-bukti adanya kecurangan yang dianggap memenuhi syarat sebagai terstruktur, sistematis dan masif. Selain itu juga, mengumpulkan data form C1 Plano hasil perhitungan suara di setiap TPS, lalu akan dimasukan dalam data center BPN.
Sehari sebelumnya, pendukung Prabowo yang tergabung di Persaudaraan Alumni 212, Front Pembela Islam mengeluarkan ijtimak ulama ke-3 dengan menghasilkan 5 poin rekomendasi. Salah satunya mendiskualifikasi paslon Jokowi-Ma’ruf.
Terlebih lagi, AHY menemui Jokowi tanpa sepengatahuan kubu BPN. Apa saja yang dibicarakan? Apakah Demokrat sudah melunak dan meninggalkan Prabowo-Sandi? Apakah Jokowi menawarkan kursi menteri pada AHY dan sejumlah pertanyaan lain bisa saja muncul, mengingat kubu Jokowi unggul sementara hasil quick qount lembaga survei dan real count KPU.
Pemilu adalah kompetisi politik, maka tujuannya adalah menang. Jika kalah dalam arena kontestasi, apakah parpol harus berpuasa selama 5 tahun kedepan. Menurut saya beberapa parpol sulit menerima itu, maka pilihan rasionalnya adalah bergabung dengan kubu yang menang. Meskipun kredibilitas partai akan dipertanyakan oleh publik dan koalisi pendukung.
Saya melihat sinyalamen perubahan arah dukungan Partai Demokrat mulai terkuak, ketika pertemuan itu terjadi. Apalagi AHY merupakan representasi Demokrat dan SBY, deal politik dan tawar menawar sudah jadi hal biasa pada pertemuan elit politik dewasa ini.
Jika Demokrat tetap bersikukuh berada dibarisan Prabowo-Sandi, sementara kemenangan Jokowi-Ma’ruf sudah ada di depan mata. Demokrat menjadi partai yang sangat tidak diuntungkan, meskipun misalnya pada hasil akhir rekapitulasi KPU, Prabowo-Sandi menang. Partai Demokrat tetap tidak mempunyai andil yang cukup besar dikoalisi.
Sebab dikubu Prabowo Subianto, sudah sangat identik dengan PKS dan Alumni 212. Parpol yang bakal mendapatkan kue lebih besar tentu PKS, alumni 212 dan PAN.
Kembali lagi, pilihan rasional yang dapat diambil Partai Demokrat adalah bergabung dengan Jokowi-Ma’ruf. Karena masa depan Demokrat ke depan sangat bergantung pilihan politiknya sekarang.
Coba kita perhatikan di Demokrat, AHY merupakan sosok yang sedang bersinar, apalagi setelah Pilkada DKI Jakarta. Namanya semakin melambung tinggi, bahkan disebut-sebut sebagai calon wakil presiden menggandeng Prabowo. Tetapi Prabowo memilih rekan satu partai yaitu Sandiaga S Uno.
Saat itu Demokrat sempat terlibat debat sengit, hingga muncul istilah jendral kardus (Prabowo) dan jendral baperan (SBY).
AHY adalah tokoh masa depan Demokrat menggantikan peran SBY di masa yang akan datang. Ia bisa muncul sebagai figur yang memiliki pengaruh kuat, paling tidak pada pemilu 2024 nanti.
Pertarungan Demokrat yang sesungguhnya ada di 2024, AHY sebagai salah satu figur yang representasi mewakili Demokrat, bakal diusung maju sebagai calon presiden.
Tanda-tanda itu muncul saat AHY menggunakan Mobil Toyota Land Cruiser hitam dengan nomor polisi B 2024 AHY. Plat mobil 2024 AHY merupakan bahasa komunikasi politik Demokrat terhadap Jokowi. Bahwa di pemilu selanjutnya nanti AHY sudah memastikan sebagai salah satu kandidat.
Bagaimana mengamankan jalan menuju 2024? Menurut saya, cara yang harus dilakukan Demokrat adalah dengan meninggalkan kubu Prabowo-Sandi dan bergabung dengan Jokowi-Ma’ruf. Sebagai partai koalisi, sudah pasti punya jatah kursi menteri, setidaknya 1 kursi.
1 kursi menteri sebagai harga merapatnya Demokrat akan diisi oleh AHY. Selama menjabat sebagai menteri, AHY akan punya banyak waktu membangun kekuatan politik dan menata basis di bawah. Sehingga jalan menuju 2024 tidaklah terlalu sulit.
Apakah nanti, AHY akan maju sebagai capres atau cawapres, itu tidaklah terlalu penting. Sebab AHY akan terlebih dahulu membuktikan diri selama 5 tahun ke depan.