Tuesday, June 10, 2025
Jaringan :   Cermis.id   Etnis.id
Lontar.id
  • PaliwaraNews
  • BiwaraIndepth
  • NusantaraBudaya
  • KanggaOlahraga
  • RagamHiburan
  • KolomOpini
No Result
View All Result
Lontar.id
Home Opini

Membandingkan Kekompakan KMP dan Koalisi Adil Makmur

Oleh Syariat Tella
13 May 2019
in Opini, Politik
Prabowo-Sandi Yakin Menangkan Pilpres

Prabowo Subianto bersama para elite parpol yang tergabung dalam koalisi adil makmur saat deklarasi kemenangan di Rumah Kertanegara (Lontar: Ghazali).

116
SHARES
Share on FacebookShare on Twitter

Jakarta, Lontar.id – Dua kontestasi Pilpres di Indonesia dilalui oleh Capres Prabowo Subianto dengan dua nama koalisi berbeda. Saat berpasangan dengan Hatta Rajasa pada Pilpres 2014 lalu, koalisi merah putih (KMP) terbentuk.

Kekuatan Parpol pengusung yang terdiri dari Gerindra, PAN, Golkar, PPP, dan PKS kala itu memang bubar di tengah jalan. Satu persatu parpol pengusung balik mengarahkan dukungan ke Pemerintahan terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Dimulai dari PAN, lalu Golkar, dan selanjutnya PPP. Meski bubar, KMP tetap solid sebagai oposisi dengan PKS sebagai partner setia mereka. Namun, masa kekompakan KMP saat itu terbilang panjang. Sekitar setahun lebih mereka solid meski jagoan mereka Prabowo-Hatta kalah oleh Jokowi-JK.

Bahkan, solidaritas KMP sempat ditunjukkan dengan mendominasi parlemen. Niat KMP jelas untuk mengimbangi kebijakan eksekutif melalui dominasi wakil mereka di legislatif.

Masalah kemudian muncul saat Golkar dan PPP terlibat dualisme kepemimpinan. Sedikit banyaknya, solidaritas KMP saat itu mulai goyah. Hingga PAN, Golkar, dan PPP memilih berpaling dengan jaminan jatah Menteri di Kabinet Jokowi-JK.

Retak di Awal

Kini, cobaan solidaritas koalisi baru yang dibentuk Capres-Cawapres Prabowo-Sandiaga di Pilpres 2019 sudah retak duluan sebelum hasil resmi Pemilu diumumkan 22 Mei 2019.

Koalisi Adil Makmur yang di dalamnya terdiri atas Gerindra, PKS, PAN, dan Demokrat mulai terganggu dengan statemen di antara kader mereka. Adalah Waketum Partai Gerindra, Arief Poyuono yang menunjukkan itu. Di tengah proses rekapitulasi penghitungan suara KPU, Poyuono dengan tegas mengusir Demokrat dalam koalisi Adil Makmur.

Statemen Poyuono direspons elite Demokrat. Sekjen Demokrat Hinca Panjaitan mengatakan, pernyataan Poyuono itu merupakan statemen pribadi dan bukan atas nama partai. Demokrat mengaku masih solid di koalisi Adil Makmur.

Isu awal retaknya koalisi Adil Makmur saat Ketum PAN dan Komandan Kogasma Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sempat bertemu dengan Presiden Jokowi. Lalu disusul kemudian oleh pernyataan Andi Arief yang menyinggung soal keberadaan setan gundul dalam klaim kemenangan 62 persen Prabowo.

Poyuono tak terima dengan tudingan tersebut dan balik menyerang SBY dan meminta Demokrat segera menarik diri dari koalisi. Ujian kekompakan koalisi Adil Makmur mulai goyah bahkan sebelum hasil akhir diumumkan.

Jauh berbeda dengan kekompakan KMP di 2014. Hasil akhir nyaris tak menganggu solidaritas mereka. KMP bahkan sempat menyatu di Legislatif sebelum polemik dualisme dan tawaran begabung pemerintahan Jokowi datang.

Godaan jabatan dan ‘jatah’ Menteri memang kerap membuat parpol pengusung yang jagoannya kalah akan tergoda. Dan seperti yang terjadi pada Pemilu 2014 lalu, hanya tersisa Gerindra dan PKS yang tetap solid dalam lingkaran koalisi.

Kini, ujian itu kembali datang. Bahkan sebelum pengumuman resmi ditetapkan. Andaikan Jokowi-Ma’ruf resmi ditetapkan sebagai pemenang Pilpres 2019, masihkah Gerindra, PKS, PAN, dan Demokrat tetap menyatu dalam koalisi Adil Makmur, atau justru koalisi ini akan kembali bubar di tengah jalan?

Ujian solidaritas itu kembali datang. Hasil akhir akan menentukan. PAN punya jejak bergabung dengan Pemerintahan Jokowi. Sementara Demokrat kerap memposisikan diri sebagai parpol penyeimbang tanpa berkoalisi. Soal kesetiaan hanya PKS yang menunjukkan itu. Namun, hasil akhir Pilpres yang akan menentukan apakah Gerindra akan ditinggal ataukah PKS, Demokrat, dan PAN tetap setia dalam jalur koalisi Adil Makmur.

Share46Tweet29Share12SendShare
ADVERTISEMENT
Previous Post

Kala JK Bicara PAN dan Demokrat Merapat ke Kubu Jokowi

Next Post

KPU Jangan Takut Investigasi Kematian KPPS

Related Posts

Opini

by Dumaz Artadi
21 June 2022

Lontar.id - Seiring berjalannya waktu, tuntutan masyarakat pada peningkatan kinerja pemerintah semakin tinggi. Tata kelola pelayanan administrasi yang handal, profesional,...

Read more
Bawaslu Harap Seleksi Debat Penegakan Hukum Pemilu Tidak Diintervensi

Bawaslu Harap Seleksi Debat Penegakan Hukum Pemilu Tidak Diintervensi

3 February 2022
Pemerintah dan penyelenggara Pemilu Sepakati Pilpres Digelar 14 Februari 2024

Pemerintah dan penyelenggara Pemilu Sepakati Pilpres Digelar 14 Februari 2024

24 January 2022
Bawaslu Inventarisir Masalah Perbawaslu tentang Penanganan Pelanggaran

Bawaslu Inventarisir Masalah Perbawaslu tentang Penanganan Pelanggaran

13 January 2022
Ketua Bawaslu Sulsel Sebut Sosialisasi dan Pendidikan Demokrasi Tidak Boleh Berhenti

Ketua Bawaslu Sulsel Sebut Sosialisasi dan Pendidikan Demokrasi Tidak Boleh Berhenti

26 December 2021
Bawaslu RI Uji Coba Sistem Penanganan Pelanggaran Pemilu

Penanganan Pelanggaran Netralitas ASN Adalah Hal Unik

10 December 2021
Lontar.id

PT. Lontar Media Nusantara

Follow us on social media:

  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
  • Redaksi

© 2019 Lontar.id - Aktual Relevan Menyegarkan

No Result
View All Result
  • PaliwaraNews
  • BiwaraIndepth
  • NusantaraBudaya
  • KanggaOlahraga
  • KolomOpini
  • RagamHiburan
  •  Etnis.idwarta identitas bangsa
  •  Cermis.idaktual dalam ingatan

© 2019 Lontar.id - Aktual Relevan Menyegarkan

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In