Lontar.id – Pertemuan Ketua Komando Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat (Kogasma), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan Presiden Jokowi di Istana Negara, lalu AHY melanjutkan pertemuan dengan Ketua Umum PDIP, Megawati.
Pertemuan itu merupakan sinyal kuat merapatnya partai berlambang bintang mercy ke kubu Jokowi-Ma’ruf. Pertemuan tersebut tak sekadar silaturahmi pasca lebaran oleh elit nasional, melainkan upaya menjalin komunikasi politik Pilpres 2019.
Jika dihitung, AHY sudah seringkali bertemu dengan Jokowi, jadi, publik sudah bisa membaca langkah AHY yang mendapatkan restu dari ayahnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sebab, apapun yang dilakukan oleh AHY merupakan representasi perintah dari Ketua Umum Demokrat SBY.
SBY adalah elit politik yang cukup disegani lawan-lawan politiknya, termasuk ketua-ketua parpol koalisi Jokowi-Ma’ruf sangat memperhitungkan SBY sebagai politisi yang sudah matang. SBY pernah menjabat menteri dan menjadi presiden selama 2 periode berturut-turut, ini modal besar bagi lawannya menghitung pergerakan dan langkah politik yang diambil Cikeas.
AHY diutus SBY beberapakali bertemu dengan Jokowi, tentu dengan perhitungan yang matang dan mementingkan kebesaran partai. Langkah ini diambil karena SBY sedang menyiapkan AHY sebagai calon presiden pada Pemilu 2024 mendatang. AHY juga merupakan tokoh sentral Partai Demokrat mewakili keluarga Cikeas atau mewarisi ‘kerajaan’ politik SBY di masa yang akan datang.
Tapi pertanyaannya, apakah PDIP terutama Megawati akan menerima AHY masuk dalam koalisi, mendukung pemerintahan selama lima tahun ke depan.
Ini menjadi tanda tanya bagi publik, sebab Megawati dan SBY punya hubungan historis yang tidak harmonis. Megawati masih menganggap manuver atau politik pengkhianatan SBY pada Pemilu 2004 lalu, dan ini akan menjadi kendala terbesar bagi Demokrat yang akan merapat ke kubu Jokowi-Ma’ruf.
PDIP dan Megawati adalah satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan, setiap keputusan PDIP tentu harus mendapatkan restu dari Megawati.
Apa yang perlu dikhawatirkan Megawati ketika AHY masuk dalam kabinet, mendapatkan jatah kursi menteri?
Tentu kita bisa menebaknya dengan mudah, Megawati khawatir AHY akan semakin populer setelah mendapatkan jatah menteri dan berbalik melawan PDIP pada pemilu 2024 nanti. AHY akan mendapatkan peluang lebih besar ketika berada di dalam pemerintahan, ketimbang menjadi oposisi seperti Gerindra dan PKS.
Tak hanya PDIP, partai koalisi yang juga punya kepentingan sama, mengusulkan kader sendiri maju di pemilu akan pupus harapannya karena AHY. Saya berpikir, kendati AHY kerap melakukan safari politik dengan Jokowi, partai koalisi yang merasa kepentingannya terganggu, ada kemungkinan akan menolak Demokrat untuk bergabung, demi menjaga stabilitas politik di masa mendatang.
Tapi semua itu akan kembali ke tangan Megawati, apakah ia berani mengambil keputusan besar itu dan memupus harapan pada pemilu 2024 mendatang.
Kecurigaan besar lainnya adalah, ketika AHY sudah berada di kabinet lalu menjelang memasuki pemilu ia memilih mundur dan mengumpulkan kekuatan baru. Bukan tidak mungkin partai koalisi merapat ke Demokrat dan mendukung AHY sebagai capres. Sedangkan PDIP kemungkinan akan bertahan dengan Partai NasDem mengusulkan capres dan cawapresnya.
Setelah itu apa yang akan terjadi, menurut saya, SBY akan menggalang kekuatan dengan safari politik ke pelosok-pelosok daerah dan meyakinkan masyarakat agar memilih AHY. Langkah politik SBY memang sulit untuk di tebak dan penuh tiba-tiba.
Disisi lain, jika AHY masih tetap bersama dengan Gerindra, AHY akan kesulitan maju sebagai capres karena akan terhalang oleh Sandiaga Salahuddin Uno (Sandi) yang kerap disandingkan dengan Anies Baswedan sebagai capres dan cawapres.
Jadi, bila Demokrat akan bergabung dengan koalisi, langkah ini sudah sangat tepat bila Demokrat bersikukuh mencalonkan AHY sebagai capres.