Lontar.id – Sebuah baliho capres nomor urut 02, Prabowo-Sandi berukuran sedang dengan latar warna putih lengkap dengan tulisan ‘Indonesia Menang’, terpampang di depan Kantor BukaLapak Jl. Ampera Jakarta.
Apakah baliho Prabowo-Sandi itu merupakan sebuah isyarat bahwa perusahaan startup BukaLapak, mengambil sikap politik di Pilpres 2019? Atau relawan Prabowo-Sandi, sengaja memasang dan mengirimkan sinyal ke kubu Jokowi-Ma’ruf bahwa Unicorn satu ini telah merapat?
Perusahaan ini sempat jadi perbicangan hangat dan trending di media sosial. Saat itu CEO BukaLapak, Achmad Zaky, sempat mengunggah status di akun twitter pribadinya, tentang perbandingan data soal dana alokasi anggaran R&D Indonesia dan presiden baru.
Cuitan Ahcmad Zaky lalu ketiban respons negatif dari pendukung fanatik Jokowi. Di kolom komentar, mereka ‘menyerang’ dan mengkritik Achmad Zaky dengan disisipi tagar #Uninstalbukalapak.
Zaky juga disebut sebagai orang yang tak tahu berterima kasih pada Jokowi. Alasannya, BukaLapak kerap dipromosikan Presiden sebagai perusahaan rintisan dalam negeri.
Lagipula menurut mereka, data yang ditulis Achmad Zaky diambil dari Wikipedia sebelum Jokowi dilantik sebagai presiden yaitu pada tahun 2010 lalu.
Artinya pada saat negara mengalokasikan anggaran R&D sebesar Rp2 miliar dan jauh tertinggal dari negara luar. Medio itu adalah awal kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Tak lama berselang, karena bikin ribut, akhirnya Zaky meminta maaf pada pendukung Jokowi. Setelah itu, ia diundang Jokowi bertemu di Istana Negara.
“Omong kosong Industri 4.0 kalau budget R&D negara kita kaya gini (2016, in USD). US 511B, China 451B, Jepang 165B, Jerman 118B, Korea 91B, Taiwan 33B, Australia 23B, Malaysia 10B, Spore 10B, Indonesia 2B. Mudah2an presiden baru bisa naikin,” cuitan Zaky
Omong-omong, mengapa tiba-tiba terpasang baliho capres Prabowo-Sandi di depan kantor BukaLapak, sih? Mengapa bukan baliho Jokowi-Amin? Memang ini akan memicu perdebatan, karena kubu Jokowi akan mempersepsikan itu sebagai suatu dukungan dan sikap politik.
Terlebih lagi saat perdebatan di media sosial yang sempat viral itu, yang akhirnya di kolom playstore, aplikasi BukaLapak diberi bintang 1, sehingga menurunkan ratingnya.
Saya memercayai bahwa politik selalu berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat setiap harinya. Misalnya tentang harga barang naik, harga bahan pokok juga naik, pajak naik, gaji buruh mandek, biaya segelas kopi mahal dan sebagainya, itu karena adanya pengaruh dari keputusan politik dari para elite.
Meski ada orang yang jijik bicara politik, kita tak bisa abai dengan politik. Lalu bagaimana dengan perusahaan? Apakah harus terlibat politik meskipun harus main kucing-kucingan dan tidak secara terang-terangan mendukung calon di depan umum?
Pada umumnya perusahaan selalu mengambil jalan tengah atau netral dan tidak mau ikut-ikutan dalam konstelasi politik apapun. Sikap tersebut agar perusahaan tetap fokus dan tidak terganggu dengan dinamika politik.
Begitulah. Intinya, tak ada salahnya, jika memang benar, baliho capres Prabowo-Sandi di depan Kantor BukaLapak sebagai sinyalemen kuat merapatnya Zaky ke kubu Prabowo-Sandi. Apalagi di sana ada Sandi yang dikenal paham tentang merintis perusahaan startup.
Hubungan tersebut bisa jadi sama-sama saling menguntungkan (simbiosis mutualisme). Sandi mendapatkan sokongan dukungan dari Achmad Zaky yang memiliki ribuan karyawan dan pasokan duit yang besar. Sedangkan dia mendapatkan keuntungan berupa kemudahan kebijakan jika Prabowo-Sandi terpilih.
Alasan lainnya, kubu pasangan Prabowo-Sandi sengaja memasang baliho sebagai strategi untuk memecah belah keharmonisan Jokowi dengan Zaky, yang baru saja bertemu di Istana Negara dan juga sama-sama dari Solo.
Pun kalau memang Zaky mengarahkan dukungan ke Jokowi-Maruf, maka akan menambah kekuatan 01, sebab Zaky dapat menjual jumlah karyawannya di hadapan petahana.
Alasan kedua ini cukup memungkinkan karena sejauh ini, Zaky sendiri belum pernah menyatakan sikap secara resmi akan mendukung capres yang mana.